tag:blogger.com,1999:blog-2704580722097835702024-03-13T15:32:22.849+07:00Apa Kata RezaReza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.comBlogger32125tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-77136244183895980112015-05-15T22:47:00.000+07:002015-05-19T08:43:28.805+07:00Anggrek di Pulau Flores<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFr2Jsp-vkOTtVzLsBJe_MaE3TMSt2vYgqQjfpDnKYPeaBUk_AEPrvusfaRqAJ0Vlq_dHT23Pn-gvBRc3KOlhelPOGVemGUxySuSl5Lg3ZYO9jw8A3_SU5DB77EiIU9HUhpXceQ7JlAt8/s1600/Silhouette+Bidadari.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFr2Jsp-vkOTtVzLsBJe_MaE3TMSt2vYgqQjfpDnKYPeaBUk_AEPrvusfaRqAJ0Vlq_dHT23Pn-gvBRc3KOlhelPOGVemGUxySuSl5Lg3ZYO9jw8A3_SU5DB77EiIU9HUhpXceQ7JlAt8/s320/Silhouette+Bidadari.jpg" width="240" /></a></div>
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Kupu-kupu masih beterbangan di seputar kepalaku. Berputar riuh, membuatku semakin pening. Bukan mabuk laut aku yakin, aku hanya kurang tidur agaknya meskipun gelombang selat Sape siang itu membuatku mual. Saat aku beringsut mengambil botol minum di <i>backpack-</i>ku, aku melihat kamu masih di situ. Di samping dek yang terbuka, dekat sekoci.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Urung tanganku meraih botol air mineral saat sejurus kamu menoleh, menatapku sesaat dan tersenyum sebelum matamu kembali menatap gugusan bukit yang menyembul dari dasar laut sebagai pulau kecil. Kulihat angin laut mempermainkan helai-helai rambutmu yang sepanjang bahu. Mengibaskannya ke sana ke mari hingga tampak leher jenjangmu. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Dinihari tadi, saat bus yang aku naiki semenjak dari Denpasar dua malam sebelumnya sampai ke akhir perjalanannya di Bima, aku baru menyadari betapa angkuhnya aku terhadapmu. Ya, aku ingat kamu naik bus yang kutumpangi dari Mataram dan duduk di sebelahku, satu-satunya bangku yang masih tersisa. Waktu itu aku hanya melirikmu sekilas, lalu mataku kembali ke lembar-lembar buku yang menemaniku sebelum bus kembali berangkat.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Masih lamakah kita sandar di Labuan Bajo? Tanyaku sambil melangkah di sampingmu di dinding dek dekat sekoci. Kamu menggeleng. Sambil tersenyum kamu bilang, "Entahlah... menurut <i>nyong</i> itu masih sekitar tiga jam lagi."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Hemm... bisa mati bosan aku di atas fery ini..." Sudah lima kali aku menyeberangi selat semenjak dari Surabaya. Dari Ketapang - Gilimanuk, Padangbai - Lembar, dua selat di NTB yang aku lupa namanya sampai ke Sumbawa, dan terakhir Sape - Labuan Bajo yang meskipun gelombangnya tak seganas Padangbai - Lembar tetapi kurasa Selat Sape ini misterius.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Dan kamu masih tersenyum melihat aku gusar. Lalu kamu tertawa kecil. "Nyanyian kamu bagus" katamu. "Aku terkesan sekali waktu kamu ikut bernyanyi dengan pengamen di Bima pagi tadi. Kukira kamu punya cerita tentang lagu itu, lagumu penuh perasaan."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Ah, biasa saja. mungkin karena terbawa jiwa yang sedang sepi."</span><br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Dan lagi-lagi kamu tersenyum. Tahukah kamu, aku telah jatuh simpati denganmu sesaat setelah aku mandi dan menyeruput kopi di terminal kota Bima. Saat itu kamu duduk di bangku bus kecil yang baru akan berangkat dua jam lagi, selepas Subuh. Wajah kamu tak muram, tapi juga tak ceria. Ya, tenang seperti telaga. Saat itu, aku ingin di sisimu. Menggenggam tanganmu. Aih... betapa tololnya aku kalau saja hal itu aku lakukan. Pasti kamu mengira aku sedang bermain drama, opera atau <i>acting</i> roman picisan. Tapi sejujurnya, hasratku bicara seperti itu.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Maka, seandainya saja kau tahu, lagu "Pandangi Langit Malam Ini" dari Jikustik yang aku nyanyikan itu, yang diiringi pengamen yang juga bersuara merdu itu, adalah tentang kamu.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Kok ngelamun sih...?" Tiba-tiba kamu mengagetkanmu. Duh, bagaimana bisa aku melamunkan perempuan yang sedang ada di sampingku, lalu aku disadarkannya pula olehnya?</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Nggak, aku lagi berpikir aja. Apa yang di benak manusia-manusia yang terayun-ayun gelombang dan kantuk di atas kapal fery ini? Mau kemanakah mereka? Apa yang akan mereka lakukan di tanah Flores nanti?"</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Kamu sendiri, mau kemana sesampainya di Flores nanti?"</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Entahlah, agaknya aku harus ke Ende."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Ende? Kamu mau menziarahi pengasingan Bung Karno atau ke Danau Tiga Warna?" tanyamu sambil berkerut bingung.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Aku mau ke Kupang. Menurut ABK, kalau mau ke Kupang harus menyeberang lagi dari Ende."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Hahaha.... Ya Tuhan... nyebrang lagi? Tak ada puas-puasnya kamu menyeberang." </span><br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Dan aku serasa bodoh di hadapanmu, tetapi aku senang, setidaknya kamu memperhatikanku. Akupun ikut tertawa terbahak-bahak hingga bule <i>backpacker</i> yang tengah lelap di balik topi rimbanya terbangun dan melirik sinis ke arah kita. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Meskipun ingin, sejak bis berangkat menuju pelabuhan Sape lepas Subuh tadi, aku tak kuasa mengajakmu berbincang. Kita berdua, yang juga duduk bersebelahan lebih memilih untuk memperhatikan cidomo yang hilir mudik di jalanan kota Bima. Dan sekarang, saat daratan Flores sayup-sayup terlihat, aku baru bisa bicara dengan kamu. Ah, kenapa tak sedari tadi?</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Hei... Om Willy...!!! Tolong bawa sahabat beta ini ke Ende...!!!" Demikian teriak ABK kepada sopir bus yang berjajar tak jauh dari dermaga sesaat setelah fery sandar.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Sore itu, kita masih bersama dalam bus yang akan membawa kit ke Ende di ujung Flores. Ya, selama lebih dari duapuluh empat jam kita bersama menelurusuri bukit, lembah dengan tebing di satu sisi dan jurang di sisi lainnya. Terkadang kepala kamu bersandar di bahuku, tertidur. Lalu pagi menyapa kita di Ruteng dengan udara dingin, savana, gereja di tengah padang rumput, juga babi-babi yang menyeberang jalan sesekali. Siang yang kita nikmati bersama birunya laut yang bersih dan bebatuan juga pasir putih di bibir pantainya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Selama itu juga kita lebih banyak diam. Dan aku tak juga tahu nama kamu. Hanya tangan kamu yang sesekali merengkuh lenganku saat tertidur di pundakku. Trenyuh. dan bagi kita itu lebih dari cukup. Terus begitu hingga akhirnya sampai di kota Ende.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Dengan angkot yang di sana dipanggil taksi, yang di dalamnya berdebam <i>sound system</i> yang memainkan <i>house music</i> atau lagu-lagu cengeng khas Obbie Mesakh dan Pance kamu antar aku ke Puskip, Pelabuhan Ende yang sampai sekarang aku tak paham apa makna Puskip itu.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Kapal Kirana 2 dari Ende ke Kupang akan berangkat hari Selasa jam 21.45 WITA. Astaga.... itu berarti tiga hari lagi. Dan kamu tersenyum sambil menggandengku ke sebuah tempat. Hotel, tempatku harus menginap untuk tiga hari ke depan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Hotel yang paling besar di Ende saat itu, tetapi dengan pelayanan ala <i>homestay</i> yang ketika aku meminta TV, digotonglah TV entah dari ruang mana. Dan, tiga hari itu aku hanya ditemani TV hitam putih dengan satu-satunya siaran yang bisa ditangkap. TVRI.</span><br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Ya, aku sendiri, tanpa kamu.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Aku hampir menangis saat kamu tinggalkan aku di lobby hotel. Kamu bilang, "Terimakasih sudah menjadi bagian dalam perjalanan ini. Mmmm... bukan hanya di perjalanan ini, tetapi perjalan hidupku."</span><br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Aku kehilangan mata elang itu, hidung yang selalu ingin kucubit itu, bibir yang selalu tersenyum yang ingin kubasahi dengan bibirku. Dan yang pasti, aku kehilangan damai itu. Semua itu dari kamu. Tuhan, kenapa aku harus jatuh cinta...?</span><br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Malam terakhir di hotel senyap ini, saksi dari rindu dendamku, senyum tangisku terhadapmu. semua membekas, begitu lekat. Tapi bodohnya, aku tak punya jejak apapun tentang kamu. Ah, seharusnya aku tak perlu sok angkuh, sok kuat, sok dewasa. Karena saat ini aku seperti anak-anak, yang tersedu ditinggal ibunya ke pasar.</span><br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Pintu kamar diketuk, mengabarkan bahwa ada telpon untukku dari seseorang yang tak jelas kudengar siapa namanya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Halo.... Dengan Ombak...?" kata seseorang di ujung telpon. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Ya, betul... saya sendiri."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Baik-baik kamu di perjalananmu ke Kupang yah, ingat beberapa jam lagi kapalmu berangkat. Terimakasih sudah bersamaku beberapa hari lalu. Jangan sampai lupa sama aku. Hati-hati yah...!"</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Hei... bagaimana aku bisa lupa sama kamu...? Dan, bagaimana kamu tahu namaku? Bukankan kita tak pernah kenal nama...?"</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Hahaha.... Apa susahnya tanya ke resepsionis hotel?" kamu tergelak.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Kenapa kamu nggak temani aku di sini?"</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Karena, kalau aku temani kamu, aku akan musnah. Aku peri pelindungmu. Kamu sudah aman sekarang. Simpan nomorku yah, aku titipkan ke petugas hotel. Jaga diri kamu..."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">KLIK....!</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Aku termangu. Petugas hotel yang menghampiriku meletakkan secarik kertas dan mengangguk hormat ke arahku. Masih tak aku hiraukan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Siapa nama perempuan yang menelpon saya tadi...?" tanyaku ke resepsionis.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Ibu Anggrek."</span><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">*** </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Kapal Kirana II perlahan meninggalkan pelabuhan Ende di Flores. Di buritan aku termenung menekuri lembar kertas yang diserahkan petugas hotel tadi.</span></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Tertulis di situ : 021xxxxxxx</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Jakarta.... entah kapan dapat kutemui Anggrek di sana. Kini aku tahu, mungkin dia benar peri pelindungku. Dia akan musnah jika bersamaku. Seperti anggrek yang dibuang oleh pohon induk semangnya. Mati karena hal yang tak pasti. Maka kamu memilih untuk tetap tumbuh di pohon itu, sementara warna indahmu kamu bagikan kepadaku.</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Di buritan kapal kupandangi gemintang di langit. Mungkin di saat yang sama entah di mana kamu menatap langit yang sama. Langit malam ini.</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"...................<i>bila kau rindukan aku Putri, coba kau pandangi langit malam ini</i></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><i>bila kau tiada cukup mengerti, cobalah kau hirup udara pagi, aku di situ..................." </i></span></div>
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><br /></span>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-66541612641046426402015-03-02T14:55:00.002+07:002015-03-02T14:55:29.934+07:00Konser Musik Bergizi Di Balikpapan<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">CATATAN DARI JAVA JAZZ 2015 PRE EVENT DI BALIKPAPAN</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyb2iYAD42Lb8_p1AeHFx0tzggmQtYCppz7DkJ_wFATQzGqz-4r4GU6C9gleXuVYxAU14gb6QiHDn-P-ZAAU4B3-u9Lb2LT76Kxd6W9VtszArTRuSwEIBw5AOp8wdDm_6mwj4zlkc_49c/s1600/IMG_4823+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyb2iYAD42Lb8_p1AeHFx0tzggmQtYCppz7DkJ_wFATQzGqz-4r4GU6C9gleXuVYxAU14gb6QiHDn-P-ZAAU4B3-u9Lb2LT76Kxd6W9VtszArTRuSwEIBw5AOp8wdDm_6mwj4zlkc_49c/s1600/IMG_4823+Compress+Doc.jpg" height="213" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;">Peak Performance Java Jazz 2015</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;">Pre Event Balikpapan</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Malam yang sangat berkesan, ketika panggung jazz berskala internasional hadir dan memenuhi kehausan pecinta jazz di Balikpapan akan ajang apresiasi musik jazz.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">27 Pebruari 2015, sederet musisi jazz <i>perform</i> di panggung Java Jazz 2015 Pre Event di Grand Mahakam Ballroom Swiss-Belhotel Balikpapan. Mereka adalah Trie Utami, Nita Aartsen, Donny Suhendra, Indro Hardjodikoro, M. Iqbal, Yeppy Romero serta dua musisi dari Italia (Danielle Cappucci dan Marcello Allulli) dan Israel Varela dari Mexico. Itulah kenapa konser jazz ini menjadi berskala internasional. Ya, karena ada tiga musisi internasional itu tadi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lebih dari sebulan sebelumnya, Bang Jay (Ahmad Jailani) sang ketua Balikpapan Jazz Lovers (BJL) menemui saya dan mengabarkan berita gembira, dimana Balikpapan melalui BJL mendapatkan kepercayaan untuk menggelar Pre Event Java Jazz 2015. Sebagai pecinta jazz dan <i>host</i> program C Radio Jazz Corner tentu saja saya menyambut dan mendukung dengan sepenuh hati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya sempat tanya kapada Bang Jay, kenapa Balikpapan dipercaya oleh Java Festival Production untuk menyelenggarakan <i>event</i> ini. Ah, mungkin karena aktifitas jazz di Balikpapan cukup intens. Seperti dikirimnya musisi jazz Balikpapan untuk tampil di panggung Java Jazz beberapa tahun yang lalu, juga di beberapa ajang jazz lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ya okelah... Memang sebagai warga Balikpapan sudah seharusnya merasa bangga, karena Balikpapan terpilih menjadi salah satu kota penyelenggara Pre Event Java Jazz 2015 selain lima kota lainnya seperti : Medan, Bandung, Malang, Jogjakarta dan Semarang. Dan Balikpapan adalah kota pertama di Kalimantan yang mendapat kepercayaan untuk itu. <i>Very nice...</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></i></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk0Ts7XjLKouN0-8AGlDgnW_fpbw0F5DIeWqN73RfdQhodeimh02axyow3_WWZTp3WqUbCOl2CXs2nHxHKQovbiOmsgdP84lrRh4BOPaBX5f-RRVrmcnf0_a2Z1_zOnAOsSHHe8GyBlvs/s1600/IMG_4730+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk0Ts7XjLKouN0-8AGlDgnW_fpbw0F5DIeWqN73RfdQhodeimh02axyow3_WWZTp3WqUbCOl2CXs2nHxHKQovbiOmsgdP84lrRh4BOPaBX5f-RRVrmcnf0_a2Z1_zOnAOsSHHe8GyBlvs/s1600/IMG_4730+Compress+Doc.jpg" height="213" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Press Confrence</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam sesi konfrensi pers pagi hari di Barito Lounge Swiss-Belhotel menjelang konser malam harinya, Nita Aartsen sempat menjelaskan formasi yang bakal <i>perform</i>. Di antaranya ada Donny Suhendra, Indro Hardjodikoro dan M Iqbal. Formasi kedua ada Israel Varela, Nita Aartsen dan Danielle Capucci serta disusul oleh Marcello Allulli. Formasi selanjutnya ada Donny Suhendra dan Yeppy Romero serta Donny Suhendra, Indro Hardjodikoro, Nita Aartsen, M. Iqbal dan vokalis Trie Utami.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Malamnya, Mahakam Grand Ballroom Swiss-Belhotel Balikpapan dihangatkan oleh RSKD Band sebagai Band Pembuka. RSKD Band sendiri adalah band yang cukup unik di Balikpapan. </span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4wJR4LkoodyD4XkTcVIJmuRL0Y9312CDeTzldhTr-ykEYU8fr2wTZUogkFkLQJ-NnfzlcNDPmfwcixxKXESatVhv70RPatTlb5_9VvZ0ZsT60Clt2B3RAhw2UD-IP-WYRUSAyM_-BMZ0/s1600/IMG_4747+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4wJR4LkoodyD4XkTcVIJmuRL0Y9312CDeTzldhTr-ykEYU8fr2wTZUogkFkLQJ-NnfzlcNDPmfwcixxKXESatVhv70RPatTlb5_9VvZ0ZsT60Clt2B3RAhw2UD-IP-WYRUSAyM_-BMZ0/s1600/IMG_4747+Compress+Doc.jpg" height="213" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">RSKD Band</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keunikan pertama, RSKD Band yang merupakan inisial dari Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo memang digawangi oleh para dokter senior dan tenaga medis dari rumah sakit ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keunikan kedua, RSKD Band bisa dikatakan sebagai <i>mini big band</i>, dimana dalam formasinya dilengkapi juga dengan <i>brass section</i> dan <i>string section.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagai band pembuka, RSKD Band memainkan empat nomor jazz yang sudah sangat familiar bagi pecinta musik dan <i>jazz lover</i> yang hadir malam itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-lLb2kUK-AGzSiipvpnySCm2Lm2nay4zttRAapK8P3OPEKb5ETwvGxaNRa_7t7Pq2t8FLS7ZExnbEElNaQSrqfcpmC44jJRhmcbktTkNydI8cyO4P5JBNbnYqbO4lLiZl8OXgLFu5xoo/s1600/IMG_4758+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-lLb2kUK-AGzSiipvpnySCm2Lm2nay4zttRAapK8P3OPEKb5ETwvGxaNRa_7t7Pq2t8FLS7ZExnbEElNaQSrqfcpmC44jJRhmcbktTkNydI8cyO4P5JBNbnYqbO4lLiZl8OXgLFu5xoo/s1600/IMG_4758+Compress+Doc.jpg" height="219" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Donny Suhendra & Indro Hardjodikoro</span></td></tr>
</tbody></table>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg05lS-e5nlz2LvI_MZwA-bXjC6PuZBL59wwyVhNJ0XT32cMy5XYCKhzJL8Rr2NHsUmN63qAnVajSybf0N9CXccyITNOns_bSAx2ZAyGVBf6nY1RkazveKHsTTfMb6wAbS-OLQY7KZmaWE/s1600/IMG_4755+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg05lS-e5nlz2LvI_MZwA-bXjC6PuZBL59wwyVhNJ0XT32cMy5XYCKhzJL8Rr2NHsUmN63qAnVajSybf0N9CXccyITNOns_bSAx2ZAyGVBf6nY1RkazveKHsTTfMb6wAbS-OLQY7KZmaWE/s1600/IMG_4755+Compress+Doc.jpg" height="200" width="195" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">M. Iqbal</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah itu, Donny Suhendra dan Indro Hardjodikoro dan M. Iqbal langsung menggebrak dengan komposisi dari Chick Corea dan Jon Coltrane. Komposisi jazz standard yang langsung membangun nuansa jazz. Bagi pecinta musik yang mengalami era remaja tahun 80-90an, siapa yang tak kenal dengan Donny Suhendra? Gitaris yang membawa warna tersendiri dalam Krakatau juga Adegan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Juga Indro Hardjodikoro yang awal karirnya bersama Halmahera selalu dekat dengan Tohpati. Lalu banyak <i>project</i> Indro berkolaborasi dengan banyak musisi kenamaan, bahkan musisi internasional seperti Kenny Garret, Michael Colina, Dave Koz, Michael Lington dan lain- lain.</span></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">M. Iqbal, drummer putra asli Samarinda yang mengatur <i>beat</i> dengan pukulan yang dinamis dan powerful mengiringi petikan gitar Donny Suhendra yang penuh improvisasi yang membikin terbelalak serta cabikan bass Indro Hradjodikoro yang dimainkan dengan kalem tapi berenergi dan penuh ekspresi.</span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKDMa2z7vCWiJV-4qfGIM2E4kGxC_RTCYMBZNKfCIzxlWtthjjeGMHbMOGychpv2rWuJk7JWqtypemaYNopSxojr2eHELIDB4imRHPCao3l2n-mqI8o6Ckzj9D9d_dMfqr_LDooK4JX-8/s1600/IMG_4763+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKDMa2z7vCWiJV-4qfGIM2E4kGxC_RTCYMBZNKfCIzxlWtthjjeGMHbMOGychpv2rWuJk7JWqtypemaYNopSxojr2eHELIDB4imRHPCao3l2n-mqI8o6Ckzj9D9d_dMfqr_LDooK4JX-8/s1600/IMG_4763+Compress+Doc.jpg" height="213" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yeppy Romero & Donny Suhendra</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara M. Iqbal dan Indro Hardjodikoro turun, tampil kemudian Yeppy Romereo. Bermain bersama Donny Suhendra, Yeppy Romero memainkan nomor-nomor dinamis Flamenco yang menjadi karakternya dalam bermain gitar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Komposisi seperti Spain dan Mediteranian Sundance dibawakannya berdua secara atraktif dengan diselingi inprovisasi dan <i>battle</i> di dalamnya. Serius, mereka seperti dewa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipd1inlacuPHIWBUabezRe6wFzqXxJgdeObO2iXj2oyn9zYeKMW7ETsdDwAHVgMo_7SphuPueO9bJLpBtK5tx1BoTFJiYnqZfbCZ-nbBuGJFhIdmAegYlSiZC88Gw-PLC4KYrBxRwORMs/s1600/IMG_4769+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipd1inlacuPHIWBUabezRe6wFzqXxJgdeObO2iXj2oyn9zYeKMW7ETsdDwAHVgMo_7SphuPueO9bJLpBtK5tx1BoTFJiYnqZfbCZ-nbBuGJFhIdmAegYlSiZC88Gw-PLC4KYrBxRwORMs/s1600/IMG_4769+Compress+Doc.jpg" height="213" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">VAC (Varella, Aartsen, Capucci)</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tampil berikutnya, ada VAC (Varella, Aartsen, Capucci). <i>Indeed, </i>mereka adalah Israel Varella yang bermain drum, lalu Nita Aartsen yang memainkan keyboard dan Danielle Capucci yang mengusung cello sebagai alat musik yang dimainkannya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">String cello yang dibetot dan sesekali digesek serta dipadu dengan denting suara piano dan drum menciptakan harmoni yang apik sekaligus <i>epic</i> dalam komposisi seperti Quatro kemudia komposisi milik Nita Aartsen, milik Israel Varella dan milik Danielle Capucci.</span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcGU0KiX-qVGE1Lg7ulQsAjtBoDsoIWEfJYV0J5oy_jZU3-a4uHhHFTN8Yfz2v0-XbaRcLzFaWrln1_mN93Z3TbtarfcpjzyfNEhVC5z1UFXKzCwxowi0qj4lcOXfHkCLx_0U1beR-g5A/s1600/IMG_4784+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcGU0KiX-qVGE1Lg7ulQsAjtBoDsoIWEfJYV0J5oy_jZU3-a4uHhHFTN8Yfz2v0-XbaRcLzFaWrln1_mN93Z3TbtarfcpjzyfNEhVC5z1UFXKzCwxowi0qj4lcOXfHkCLx_0U1beR-g5A/s1600/IMG_4784+Compress+Doc.jpg" height="213" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">VAC Featuring Marcello Allulli</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menyusul kemudian Marcello Allulli denga tiupan alto sax yang menambah harmonis bunyi-bunyian yang dibuat VAC. Allulli sendiri adalah musisi lulusan Berklee College of Music dan merupakan pemain saxophone yang disegani di Italia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara Danielle Cappucci, <i>bassist</i> yang juga berasal dari Italia mulai belajar bass mulai usia 16 tahun. Pengalamannya bermusik cukup panjang. Pernah bermain dengan Eddy Gomez, Paola Della Porta, Vashion Johnson dan banyak musisi dunia lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1ZDvHIQfLMvZa5vtqrWntoppkTnmFC75v1WtSQGJgPmfNjiEgq2mWa7EUIe2fmcwH4B2KMxwNphnK3AUuyWx5NwDOVkSnWkSvtnaHGfoLBlfEzdzAldqQnUGo432q52SISDMfAFrpwQ4/s1600/IMG_4779+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1ZDvHIQfLMvZa5vtqrWntoppkTnmFC75v1WtSQGJgPmfNjiEgq2mWa7EUIe2fmcwH4B2KMxwNphnK3AUuyWx5NwDOVkSnWkSvtnaHGfoLBlfEzdzAldqQnUGo432q52SISDMfAFrpwQ4/s1600/IMG_4779+Compress+Doc.jpg" height="200" width="133" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Israel Varella</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sedangkan Israel Varella, drummer dari Mexico yang saat <i>Press Confrence</i> sempat mengatakan bahwa postur dan tampangnya lebih mirip Indonesia ini memiliki karakter langka antara warna Flamenco, Mexico, klasik dan Arab. Varella telah banyak tampil dengan musisi-musisi jazz dunia dari berbagai genre seperti Pat Metheny, Charlie Haden, Bob Sheppard, Andrea Bocelli dan banyak nama lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beda lagi dengan Nita Aartsen. Pianis yang mulai belajar piano sejak berusia lima tahun dan menyelesaikan studinya di Moscow Conservatory jurusan Jazz Kontemporer ini pernah lama bermain sebagai musisi istana. Karenanya dia pernah bermain di hadapan Presiden Amerika Bill Clinton dan Pangeran Bernard.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nah,... balik lagi ke Java Jazz 2015 Pre Event di Balikpapan, di tengah VAC dan Marcello Allulli bermain, Donny Suhendra kembali <i>on stage. </i>Seteleh beberapa komposisi dibawakan, tak lama kemudian Trie Utami muncul ber-<i>scat singing</i> dalam komposisi One Samba dengan formasi Donny, Nita, M. Iqbal dan Capucci. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Trie Utami yang enerjik dan komunikatif dengan penonton kemudian berdialog dengan Donny Suhendra, karib lamanya di Krakatau. Jujur aja, ada keharuan di situ. Saat mengenang sebuah karya yang tercipta dari tangan Krakatau tahun 1993. Maka mengalunlah Sekitar Kita dalam formasi Capucci digantikan Indro Hardjodikoro. Menyusul kemudian beberapa komposisi termasuk Kota Baru, lagu khas Kalimantan Selatan.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj2Srz1jbw5QbNP_kUMsT92KlK8gGDEdNEP37ZxMmxZdBvxEk4cKe64UmRvbnFxVCeJnffRDC6Pkjh1kp4MTfnZLm4demcKOaooZ_s5eEBYHJd-Ltmh0L04kWgrLwTltwG8XZ-pq_h2-Y/s1600/IMG_4803+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj2Srz1jbw5QbNP_kUMsT92KlK8gGDEdNEP37ZxMmxZdBvxEk4cKe64UmRvbnFxVCeJnffRDC6Pkjh1kp4MTfnZLm4demcKOaooZ_s5eEBYHJd-Ltmh0L04kWgrLwTltwG8XZ-pq_h2-Y/s1600/IMG_4803+Compress+Doc.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCCjfcbf53xay4ruXm4TFAl8wHGkVSaR4xdlH_U1Fzmoksuca6VjrMCYW3lgZNcvCFEVEZukeUtETJ3Ux_lFYo-2KzVg-iggOxLhBIKG3M47UCO7QldOm7Mw9GIMh6xEn6UOyB_1beTQU/s1600/IMG_4804+Compress+Doc.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCCjfcbf53xay4ruXm4TFAl8wHGkVSaR4xdlH_U1Fzmoksuca6VjrMCYW3lgZNcvCFEVEZukeUtETJ3Ux_lFYo-2KzVg-iggOxLhBIKG3M47UCO7QldOm7Mw9GIMh6xEn6UOyB_1beTQU/s1600/IMG_4804+Compress+Doc.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menutup rangkaian <i>performance</i>, semua musisi naik ke <i>stage</i> dan ber-<i>jam session</i> dan melakukan sesi solo dengan sangat luar biasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Yes</i>... ini kali pertama pulau Kalimantan dijadikan sebagai tampat Pre Event Java Jazz. Dan Balikpapan menjadi kota pertama yang ditunjuk untuk menggelarnya. Bangga, tentu saja. Bagaimanapun hal ini menyiratkan Balikpapan menjadi barometer jazz di Kalimantan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tetapi, sebagaimana yang dikatakan Trie Utami dalam wawancara eksklusive dengan C Radio 96,2 FM Balikpapan mengatakan, bahwa tidak seharusnya jazz itu menjadi eksklusive, karena jazz pada dasarnya lahir dari ekspresi teriakan marjinal. Karenanya, sekat yang dibangun masyarakat tentang jazz yang begitu eksklusive harus diretas. So, kita tunggu kiprah para apresiator dan musisi jazz untuk menggelar event jazz yang membumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Salam Jaz...!!!</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">** Java Jazz 2015 Pre Event terselenggara atas kerjasama PT Java Festival Production dan Balikpapan Jazz Lovers.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">** Didukung oleh Swiss-Belhotel Balikpapan, Citilink, Pertamina Fastron, Fotografer.Net</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">** <i>Organized by</i> Tobs Management, Tekabe</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">** Tribun Kaltim sebagai <i>Print Media Partner</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">** C Radio 96,2 FM sebagai <i>Radio Media Partner</i></span></div>
Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-66794171019324311872013-11-15T09:40:00.001+07:002013-11-15T09:40:54.364+07:00LALU KUTANYA, APA ITU JIWA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgfTYC1TFA_cDfssy1WkhqK9xcCJWV9oEVYl2OQk6ta5u0Yk2bjuXV94WOaEcWmNom7dos-vulqCFSl3KC_J1ahg3Ra5S8kuUAeIjXFmcMm97GK13TeO77godE4fTsMkFCvndo9UfWaLI/s1600/Gubug.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgfTYC1TFA_cDfssy1WkhqK9xcCJWV9oEVYl2OQk6ta5u0Yk2bjuXV94WOaEcWmNom7dos-vulqCFSl3KC_J1ahg3Ra5S8kuUAeIjXFmcMm97GK13TeO77godE4fTsMkFCvndo9UfWaLI/s1600/Gubug.jpg" /></a></div>
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kekasih, bisakah kau berikan jawaban untukku, apa itu jiwa? Semalam aku telah menanyakannya kepada mimpi tidurku. Dia tak punya jawaban."</span></b><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi mungkin lebih baik tak kita peroleh jawaban itu. Karena aku takut setelah menemukannya, aku takkan mencarinya lagi. Biarkan dia menampakkan dirinya sendiri suatu saat nanti. Yang penting bagiku, kita tetap rukun dalam menjalani hidup dengan arah yang kita pilih.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lihatlah di luar sana, terlalu banyak manusia yang terseok-seok menekuri jalan yang bahkan telah mereka pilih sendiri. Tak jarang mereka mengeluh panjang pendek, tetapi herannya mereka tak beranjak dari jalan itu untuk kemudian memilih jalan lain.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ah,... tetapi mungkin justru jalan yang mereka pilih, untuk merutuki dan menyalahkan semua keadaan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kekasih, masih percaya padaku kan? Bahwa hari-hari takkan pernah sama. Matahari pasti muncul setiap hari, tapi angin bisa bebas memilih akan bertiup dari utara atau selatan. Atau apakah mendung akan menyelimutinya atau tidak. Selalu saja berbeda. Maka seperti permainan, selalu saja ada harapan untuk menang, untuk membereskan semua tantangannya. Jika gagal, kita bisa mencobanya lagi. Tapi kita akan tetap memainkannya bukan? Karena jika tidak, kita pasti telah kalah sebelum memainkannya.</span><br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kekasih, penting bagiku untuk selalu pulang ke rumah kita yang selalu kau rawat. Di sana kau masak bahan makanan yang sederhana menjadi hidangan yang memiliki aroma kebahagiaan. Di sana kau siapkan peraduan yang bersahaja menjadi tempat rehat yang nyaman.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oiya kekasih, penting juga bagiku, kau takkan lelah berpegangan pada lenganku. Tetap sabar meski kuminta sedikit uang belanjamu demi beberapa batang rokok untukku. </span>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-64562582361857442302013-10-09T09:51:00.000+07:002013-10-09T09:54:20.106+07:00Mom N Jo - Happy Pregnancy, Happy Baby<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvaDnvYMt9LZo53nGSqazVgNL9yX5H7tTlTv1z7YZRgHga9RiTdjPL9_2MuxGjmO2MGzRB_AI6bpLIbfG7eQ8NIanzJOPqwId2spmVBsMEqg1wgDagy0yxCXLOp1RhP8accm4nJjwrH0k/s1600/Neon+Box+Mom+N+Jo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="70" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvaDnvYMt9LZo53nGSqazVgNL9yX5H7tTlTv1z7YZRgHga9RiTdjPL9_2MuxGjmO2MGzRB_AI6bpLIbfG7eQ8NIanzJOPqwId2spmVBsMEqg1wgDagy0yxCXLOp1RhP8accm4nJjwrH0k/s200/Neon+Box+Mom+N+Jo.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Saya emang udah tau kalau kesehatan selama kehamilan itu penting banget. Nah, salah satu cara biar kehamilan itu sehat, psikologi ibu hamil juga musti bahagia, seger, <i>relax</i> gitu dech...</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Loh, kok jadi ngomongin kehamilan? Emang siapa yang hamil? Oke... Saya emang lagi rencanain kehamilan. Eits... bukan saya sendiri yang mau hamil, istri saya pastinya. Nah, tadi kan saya bilang kalau kebahagiaan psikologis itu bisa ikut berpengaruh sama kesehatan proses kehamilan. Nah, cara yang paling asyik buat bikin ibu hamil itu bahagia, adalah dengan melakukan perawatan di spa. Ibu-ibu mana coba yang nolak kalau disuruh perawatan di spa? Nggak ada kali ya...</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZmkaZ2gQDLNzYFYeqT3pl-15xwlIt_CIrgsTd6fq8vLrA2l9uLOF5d0B5ik5uxDNfRgz7X6c3yIYB8KO08pAe0q-0p9uEpDcbu6Z997LzEXyLRBTCh_1k0o09-1gaa_n6pZoLryfTrMk/s1600/IMG_1072.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZmkaZ2gQDLNzYFYeqT3pl-15xwlIt_CIrgsTd6fq8vLrA2l9uLOF5d0B5ik5uxDNfRgz7X6c3yIYB8KO08pAe0q-0p9uEpDcbu6Z997LzEXyLRBTCh_1k0o09-1gaa_n6pZoLryfTrMk/s200/IMG_1072.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Lah... itu mah cuman asyik buat ibunya doang! Yang asyik buat ayahnya mana? Bentar dulu, sabar! Udah tau belum yang namanya Mom N Jo? Sebagai orang yang <i>health concious</i> atau peduli dengan kesehatan, atau perhatian sama keluarga, musti tau apa itu Mom N Jo. Mom N Jo itu adalah spa khusus buat ibu hamil dan bayi. Udah banyak tuh Mom N Jo buka di Indonesia.</span><br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzPiUYY53_jIzmsbgSJspV_bSC5XK8w8BzpiMeDRrRA3eYqWAVaeDo7iKPZOXZCpMRZ9PQ6_KEvT2cX0dFKbaZTlWY8hLIbhHaaglQzqm8n08mTrsLHxqagkrz1hAnshB7gb7e2gYx7OA/s1600/IMG_1051.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzPiUYY53_jIzmsbgSJspV_bSC5XK8w8BzpiMeDRrRA3eYqWAVaeDo7iKPZOXZCpMRZ9PQ6_KEvT2cX0dFKbaZTlWY8hLIbhHaaglQzqm8n08mTrsLHxqagkrz1hAnshB7gb7e2gYx7OA/s200/IMG_1051.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Oke, saya cerita dulu ya... kenapa Mom N Jo ini berdiri. Dulu, <i>founder</i> Mom N Jo yang namanya ibu Vivi itu hamil. Terus, saat hamil itu beliau kok ngerasa banyak keluhan ya dengan kehamilannya. Mau pijat, <i>massage</i>, eh... ditolak sana-sini sama spa yang ada. Akhirnya beliau maksain ke spa langganan dan terapis langganannya juga. Tapi hasilnya malah bikin badan jadi makin pegel. Kacau kan?</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeg42yQ1VBBit4p_iD7SZlcob1zjRdCNg6P5hg1uIDh2hNoICBMG93aD1w6plS-gg_zqb10MFHoxwEsdpMxMBZIrhBbJK32Tif6O-ekPUUHmFkjSaEG3RkvYnY5dmCcXmDwXMZQMafU04/s1600/IMG_1113.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeg42yQ1VBBit4p_iD7SZlcob1zjRdCNg6P5hg1uIDh2hNoICBMG93aD1w6plS-gg_zqb10MFHoxwEsdpMxMBZIrhBbJK32Tif6O-ekPUUHmFkjSaEG3RkvYnY5dmCcXmDwXMZQMafU04/s200/IMG_1113.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Ibu Vivi ini bertanya-tanya dong, kenapa kok ibu hamil susah banget buat dapetin perawatan, padahal nih... katanya yang namanya hamil itu pegel, nggak nyaman gitu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Singkat cerita nih, beliau cari informasi sana-sini, literatur ini-itu, googling klik sana-klik sini. Kesimpulannya, ibu hamil itu boleh kok melakukan perawatan, selama.... tekhnik <i>treatment</i>-nya itu benar.</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT6gaeIS-bxwCbmwxRV1jy_RTi9jUGkPl8amiQNMt3jW3oMlghjblrnOh6qk17zJuAehyphenhyphenPY_P7oTfirb9TP1rRJEj1PvYqTiszNHQkOXlRw3A8Nkhd9HDpPYZO8VS3Oz0_7unjNcyl2bk/s1600/IMG_1077.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT6gaeIS-bxwCbmwxRV1jy_RTi9jUGkPl8amiQNMt3jW3oMlghjblrnOh6qk17zJuAehyphenhyphenPY_P7oTfirb9TP1rRJEj1PvYqTiszNHQkOXlRw3A8Nkhd9HDpPYZO8VS3Oz0_7unjNcyl2bk/s200/IMG_1077.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Setelah itu, beliau belajar tekhniknya ke luar negeri sampai jadi Master of Therapist. Setelah balik lagi ke Indonesia, dalam pengamatan beliau ternya <i>demand</i> untuk ibu hamil yang butuh perawatan spa itu ada. Keluhannya juga sama seperti apa yang dirasainnya dulu saat hamil. Akhirnya, dibukalah Mom N Jo pas tanggal 28 April 2006. Gitu ceritanya.</span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgauo64ZwTWBGEaqbQoUFgxEOeMN8F48-_S8ehdzh3z9awvLkr3-SG_eBYF7MIadaVS9oBoimPuT3MUvl8963puuytNa_wO-5dzF2vaD3W-2cyDd33NRqwEAegN6noClrhyphenhyphenRuwBKFQBFgM/s1600/IMG_1070.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgauo64ZwTWBGEaqbQoUFgxEOeMN8F48-_S8ehdzh3z9awvLkr3-SG_eBYF7MIadaVS9oBoimPuT3MUvl8963puuytNa_wO-5dzF2vaD3W-2cyDd33NRqwEAegN6noClrhyphenhyphenRuwBKFQBFgM/s200/IMG_1070.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Walikota Balikpapan & Ibu</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Nah, kemarin tanggal 6 Oktober 2013 baru aja dibuka Mom N Jo Balikpapan. Peresmiannya sendiri dibuka oleh Walikota Balikpapan, H.M Rizal Effendi, SE. Wuih... seneng nih ibu-ibu di Balikpapan. Iya lah, soalnya ini spa ibu hamil dan bayi pertama yang dibuka di kota Balikpapan. Keren banget kan...!</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Oke, balik lagi ke soal kehamilan. Yang namanya ibu hamil</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6X3NuwO3n-lFCQ5DBbrEiWW2OIr2afGF6p-qbad_vMJcFMiLQuoXqd0hPBrlQS1KQ25zZFmHiH1guLhxkPN1S21V_7eLw9PEV4VYHMu487GKF6jh3orLf0ydtcj8VNp8dt7kWP3kLJjY/s1600/IMG_1109.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6X3NuwO3n-lFCQ5DBbrEiWW2OIr2afGF6p-qbad_vMJcFMiLQuoXqd0hPBrlQS1KQ25zZFmHiH1guLhxkPN1S21V_7eLw9PEV4VYHMu487GKF6jh3orLf0ydtcj8VNp8dt7kWP3kLJjY/s200/IMG_1109.jpg" width="200" /></a></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"> atau bahkan keluarganya kan pasti pengen dong selama proses kehamilan ibu itu tetep tampil cantik, ngerasa nyaman dan ceria? Kalau ibu hamil ngerasa bahagia, semua anggota keluarga juga jadi ngerasa seneng kan? Ujung-ujungnya, kehamilan yang dijalaninya juga jadi sehat. Ini yang dinamain <i>triple down effect</i> (*eh bener nggak penggunaan istilahnya?) ya... pokoknya efek domino gitu lah. Ini yang saya bilang, asyiknya buat semua. Positif banget.</span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEKB2HKXg4CTyGf93q3u9txK8PRSxmIZ6zakP180X2lwrL0jml-juKDp3g0ENOraHnkWb_mtoaAjcTYIGIespbxVVGUF1x5Kl4tOCeu1APoqplnL86zpTILhlxAI6IqGLcCYQDMpx3wLE/s1600/IMG_1082.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEKB2HKXg4CTyGf93q3u9txK8PRSxmIZ6zakP180X2lwrL0jml-juKDp3g0ENOraHnkWb_mtoaAjcTYIGIespbxVVGUF1x5Kl4tOCeu1APoqplnL86zpTILhlxAI6IqGLcCYQDMpx3wLE/s200/IMG_1082.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sweet Corner</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Cara asyik buat bikin kayak gitu ya dengan memanfaatkan pelayanan perawatan di Mom N Jo itu sendiri, ya kan? Nggak cuman buat ibu hamil doang kok. Buat yang lagi nggak hamil juga boleh, bayi atau anak-anak apalagi, mau perawatan bareng sekeluarga silahkan aja. Bahkan buat cowok atau bapak-bapak juga boleh, tapi catet ya... kata Pak Wiharto Insan Surya, <i>Owner</i> Mom N Jo Balikpapan, perawatannya musti bareng sama pasangannya. Kan Mom N Jo Spa sehat luar dalem.</span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwu9ApYJ0YADs5SjBKhVzL77bvnm9ShVR8-CNiaTAS60Wol6rmN9A7WWmbd9Y11Ie1RhxBNwLOyRtSBwMxZ-rWorzEePgpXMKH-TLq_LzjQRc34RIkvRtu-yjZ9k7ZygpHf2nBjNcprik/s1600/IMG_1060.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwu9ApYJ0YADs5SjBKhVzL77bvnm9ShVR8-CNiaTAS60Wol6rmN9A7WWmbd9Y11Ie1RhxBNwLOyRtSBwMxZ-rWorzEePgpXMKH-TLq_LzjQRc34RIkvRtu-yjZ9k7ZygpHf2nBjNcprik/s200/IMG_1060.jpg" width="133" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pak Surya</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Oiya, enak juga tuh kalau perawatan bareng sekeluarga. Kebetulan Pak Surya nggak nyediain fasilitas <i>hot spot</i> atau <i>wifi</i> di sini. Kalau udah gini kan <i>quality time</i>-nya bisa terwujud, ya kan..? </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRKTNIaETkpAHLluIyPloJIPG1hyphenhyphen9QJQAWlB2KP5BiyYyPHn3CkUIZS9SX8uvj6bvVvksPyvneMHParRTIxVi69Zq51k1V1Lp1y3WnE-F_EvY419MLDyW9L_hRhoKcuSgTOqgLL4DQ6Uw/s1600/IMG_1106.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRKTNIaETkpAHLluIyPloJIPG1hyphenhyphen9QJQAWlB2KP5BiyYyPHn3CkUIZS9SX8uvj6bvVvksPyvneMHParRTIxVi69Zq51k1V1Lp1y3WnE-F_EvY419MLDyW9L_hRhoKcuSgTOqgLL4DQ6Uw/s200/IMG_1106.jpg" width="133" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Wulan</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Kata Mbak Wulan (nama lengkapnya Mbak Endah Wulan Sari), Managing Director Mom N Jo, produk-produk perawatan di Mom N Jo itu banyak. Misalnya nih, Spa Ibu Hamil, Spa Bayi dan Spa Anak. Spa ibu hamil itu kayak <i>massage, facial, creambath</i> sama masker badan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Kalau buat bayi, ada <i>baby swim, baby massage,</i> bahkan ada juga <i>treatment</i> untuk bayi prematur. Terus ada juga <i>kids spa.</i> Mbak Wulan ngomong gini, "Mental dan psikologis anak-anak sekarang itu sekarang kan tekananya makin tinggi ya... harus menguasai bahasa asing, sempoanya harus bagus, belum lagi tekanan dari lingkungannya. Makanya perawatan kayak di Mom N Jo ini bisa ngurangin tingkat stress." </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Ada lagi yang penting, anak-anak sekarang kalau udah main <i>game</i> di tab misalnya, sampe lupa waktu. Khawatirnya nih, hal ini bisa menyebabkan bungkuk. Ada kok terapinya di Mom N Jo.</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCCaPjvzbmCxIBs-_Glh5vriSwG4XxJ9IEu9dvfJq_Ui0a3q-d91yTkFvX-aKbLwLWeeqY74tBifTx_NyAySjLVEh9Vi2VC37aOgIQYvi2KZgCkQ3lgrPwwqGXR3vuCttiyFaADdJeyzU/s1600/IMG_1114.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCCaPjvzbmCxIBs-_Glh5vriSwG4XxJ9IEu9dvfJq_Ui0a3q-d91yTkFvX-aKbLwLWeeqY74tBifTx_NyAySjLVEh9Vi2VC37aOgIQYvi2KZgCkQ3lgrPwwqGXR3vuCttiyFaADdJeyzU/s200/IMG_1114.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Kata Mbak Wulan lagi, </span><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">"Jadi <i>kids spa</i> itu kita ada ada <i>massage</i> coklat, berrendam coklat, <i>strawberry, facial.</i> Salah satu yang menjadi <i>signature</i> Mom N Jo adalah <i>Pediatric Massage.</i> Ini adalah gabungan dari <i>massage, hydro theraphy, streching</i> dan stimulasi. <i>Pediatric Massage</i>
ini diperuntukkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Perawatan ini
penting bukan hanya untuk anak-anak berkebutuhan khusus seperti autis
dan <i>down syndrome</i>, tetapi juga untuk anak-anak yang secara
anatomi bisa menjadi bermasalah karena aktifitas yang berlebihan,
seperti terlalu banyak bermain game sehingga dikhawatirkan tubuhnya akan
menjadi membungkuk."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaemDJK5jQOk8PbUVTuhhrv0-TGeilGro4foOwo6BY6KPVO8iJjHSgp7zDE9qEf2k8AGK_g0_Qg4IXJLNiO6bQCD3IfD18lW2H1S_coBFyEz4LIn0u9INw2s96fZw6mnAs14uNd6M7qqo/s1600/IMG_1057.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaemDJK5jQOk8PbUVTuhhrv0-TGeilGro4foOwo6BY6KPVO8iJjHSgp7zDE9qEf2k8AGK_g0_Qg4IXJLNiO6bQCD3IfD18lW2H1S_coBFyEz4LIn0u9INw2s96fZw6mnAs14uNd6M7qqo/s200/IMG_1057.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tim & Terapis Mom N Jo Balikpapan</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Eh tapi, yang namanya ibu hamil itu kan nggak boleh sembarangan ya kalau melakukan perawatan. Jangan khawatir, Mom N Jo memiliki terapis-terapis yang bisa diandelin deh. Mereka itu udah menjalani pelatihan selama sekitar 6 bulan. Udah gitu terus di-<i>upgrade</i> secara berkala. Terus <i>trainer</i>-nya sendiri didatengin langsung dari Amerika dan Singapura.<i> </i>Gimana nggak keren coba...!</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Mbak Veronika, Store Manager Mom N Jo Balikpapan juga bilang, kalau bahan-bahan yang digunain di Mom N Jo itu diawasi secara ketat. Bayangin, bahan perawatan buat dewasa sama anak-anak aja dipisahin. Padahal semua bahannya kan aman gitu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Oiya, di Mom N Jo Balikpapan juga ada <i>Sweet Corner.</i> Wah... apaan lagi tuh? Kata Pak Surya, <i>Sweet Corner</i> ini tempat buat <i>kids party.</i> <i>Party</i> yang positif dan edukatif tentunya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Ya udah deh, kalau penasaran coba aja sendiri di:</span><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1o6kgn78Al2kWF9cEavy7tUkJtVzNZFKsRs3MAfbXQ2YnFu0KghHaaqrw800Zbl8QU7Ly0PC6IuyF9n1b7d7TSTRxa-6L4OMdPa1WKnrNHAADUqz_6UoojrueJGfNInNID57EvnzAkRA/s1600/IMG_1104.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1o6kgn78Al2kWF9cEavy7tUkJtVzNZFKsRs3MAfbXQ2YnFu0KghHaaqrw800Zbl8QU7Ly0PC6IuyF9n1b7d7TSTRxa-6L4OMdPa1WKnrNHAADUqz_6UoojrueJGfNInNID57EvnzAkRA/s200/IMG_1104.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Mom N Jo Balikpapan</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Healthy Pregnancy, Happy Baby</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Mom, baby and kids center</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Jl. A. Yani No. 1 RT 048 Balikpapan</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Telp. 0542 - 8038333, HP 0813 15777 888</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">PIN BB 2667070 </span>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-22205897495910781342013-06-04T10:56:00.005+07:002013-06-04T14:05:00.716+07:00Balikpapan Jazz Fiesta Day #2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipv8Uy2sZv7OlhklsXZAuPUYlVmLlfYNLjGXphOzGpS8kwV4vmH2RAKM_hyBBtiTWaql8u0XFnU1vshFCtR1OMxdvniHOdVmbLL16-tvN4fxag-Y9pxyYrAgY3xQrXL0qyxLMH8JcOWhY/s1600/BALIKPAPAN+JAZZ+FIESTA+2013.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="118" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipv8Uy2sZv7OlhklsXZAuPUYlVmLlfYNLjGXphOzGpS8kwV4vmH2RAKM_hyBBtiTWaql8u0XFnU1vshFCtR1OMxdvniHOdVmbLL16-tvN4fxag-Y9pxyYrAgY3xQrXL0qyxLMH8JcOWhY/s320/BALIKPAPAN+JAZZ+FIESTA+2013.png" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Perpaduan antara pantai, malam minggu dan jazz. Moment yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. <b>Wartajazz</b> menyuguhkan komposisi yang <i>enjoyable</i> itu dalam hari ke-dua <b>Balikpapan Jazz Fiesta 2013 di Pantai Kemala, 1 Juni 2013.</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seperti diperkirakan sebelumnya, jumlah penonton memecahkan rekor sebelumnya seperti Mahakam Jazz Festival 2012. Yang asyik, meskipun dengan penonton yang begitu membeludak, semuanya bisa menikmati <i>show</i> dengan baik termasuk dengan berbagai nuansa yang mendukungnya. Ada <i>table</i> ber-<i>candle light</i> di atas pasir yang terhampar tepat di bibir pantai, ada makanan-makanan enak yang boleh dipesan. Angin yang tenang mendukung pengunjung untuk menikmati tiap nada yang tersaji dari komposisi-komposisi jazz yang dibawakan oleh para <i>performer.</i> <table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAOAdDAOsSiFbFfzKMZfvhqLd_rO8-9djwseV8QePmba6RyfydnUHRw9hX8gK1z-aRmbRZKM64F0tF38xkOtAla-hrqRga6BPLAVFuW3QRdqtvp_fGZo97BIq02EsRMieB5VXvS7lKszQ/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-05965.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAOAdDAOsSiFbFfzKMZfvhqLd_rO8-9djwseV8QePmba6RyfydnUHRw9hX8gK1z-aRmbRZKM64F0tF38xkOtAla-hrqRga6BPLAVFuW3QRdqtvp_fGZo97BIq02EsRMieB5VXvS7lKszQ/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-05965.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo Booth</td></tr>
</tbody></table>
</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Yes, hari ke-dua Balikpapan Jazz Fiesta yang merupakan hari terakhir dalam penyelenggaraannya tahun ini memang sudah diprediksi bakal semarak. Penonton yang datang di hari sebelumnya sudah pasti datang lagi, kemudian ramainya kicauan <i>jazz lovers</i> yang mengusung <i>hash tag <b>#</b></i><b>JazzPantai</b> menundang animo yang begitu besar.</span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj50atzpMeIfZwR24jIB1RJramwe4VjMe_5cgZtXx5YJiQSh_c-Dgl6K5-n7qcPR1x4H7nsGkotbdDf8dI7DUyVUxGqnaI5Bfamm6gbeK9iLGFRyJB3Ho4qjZCLKbd3GclzTvtM38vJTUY/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-05970.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj50atzpMeIfZwR24jIB1RJramwe4VjMe_5cgZtXx5YJiQSh_c-Dgl6K5-n7qcPR1x4H7nsGkotbdDf8dI7DUyVUxGqnaI5Bfamm6gbeK9iLGFRyJB3Ho4qjZCLKbd3GclzTvtM38vJTUY/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-05970.jpg" style="cursor: move;" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">WPP Band</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seperti halnya hari pertama, Balikpapan Jazz Fiesta kembali dihangatkan oleh musisi-musisi lokal baik dari Balikpapan maupun dari Samarinda. Penampilan </span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Rully N' Friend, RSKD (Balikpapan) dan WPP Band, Harmonic's, YK Band (Samarinda) </b>seperti <i>appetizer</i> yang sedap dan menggugah untuk menikmati penampilan <b>Dony Suhendra Power Fusion Trio, Benny Likumahuwa, Rio Sidik dan Gugun Blues Shelter.</b></span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaejXeF3ID80NwCvfWlAH4pZ70-UcEfNEjzInlTOntQvejiYddNzP7u0dlzDlIHMUAOTd1QmC6tN_Dy0-uGNv5-ab6gLuvIeT7BDcPlPyku2lJqI6jaQ4tD2qf7q5i9zdt1oQMnFMNM3k/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-05972.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaejXeF3ID80NwCvfWlAH4pZ70-UcEfNEjzInlTOntQvejiYddNzP7u0dlzDlIHMUAOTd1QmC6tN_Dy0-uGNv5-ab6gLuvIeT7BDcPlPyku2lJqI6jaQ4tD2qf7q5i9zdt1oQMnFMNM3k/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-05972.jpg" style="cursor: move;" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">RSKD Band</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>RSKD</b> yang merupakan band unik beranggotakan para dokter di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo memainkan komposisi-komposisi <i>classic jazz</i>, di antaranya <b>Beyond The Sea</b> milik Frank Sinatra,<b> Just The Two Of Us</b> dari Bill Whiters sampai versi jazz dari lagu keroncong <b>Di Bawah Sinar Bulan Purnama.</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Band pembuka lain yang cukup menonjol adalah <b>YK Band</b> dari Samarinda. Beberapa komposisi yang disuguhkannya memberikan nuansa berbeda, seperti <b>Alien</b>, atau <b>Leleng</b> yang bernuansa etnik dengan nada-nada pentatonis Dayak, ditutup dengan <b>Borneo.</b></span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7Lj8gKGtoQcn053OwVaM1NXl2ijCcsjq7ywaIezHIhDqtm3Rau-BCV3E465nFdm6VpCfaQ91mKEueQ_m7jiB6u-WrQ0M1Z2Dz1ySE2lj-z9pNTKop4um8TOVyqNUXLpvRFC7yTbM_pAU/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-05988.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7Lj8gKGtoQcn053OwVaM1NXl2ijCcsjq7ywaIezHIhDqtm3Rau-BCV3E465nFdm6VpCfaQ91mKEueQ_m7jiB6u-WrQ0M1Z2Dz1ySE2lj-z9pNTKop4um8TOVyqNUXLpvRFC7yTbM_pAU/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-05988.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">YK Band (Samarinda)</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kembali tampil di hari ke-dua Balikpapan Jazz Fiesta 2013, D<b>ony Suhendra Power Fusion Trio.</b> Dony Suhendra dengan kelincahan jemarinya di atas senar gitar, kadang lembut, menyayat, terkadang meraung. Lalu nada-nada rendah yang dihasilkan dari bass <b>Adi Dharmawan</b> mengimbangi, dan juga <i>beat-beat</i> yang terjaga oleh hentakan drum<b> M.Iqbal.</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dony Suhendra Power Fusion Trio seperti sedang menunjukkan kematangan yang telah melalui proses panjang yang dipadukan dengan energi muda yang membuatnya terramu dalam komposisi yang pas. Bukan hanya untuk dinikmati atau diapresiasi tapi juga direnungkan. Komposisi yang dibawakannya di antaranya adalah <b>G7</b>, komposisi yang baru pertama kali dibawakan. Dan Balikpapan Jazz Fiesta mendapatkan kesempatan pertama kali untuk menikmatinya. Disusul <b>Ten Spirit</b> yang juga merupakan komposisi baru dari Dony Suhendra Power Fusion Trio.</span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpFPpIlLH50DGCR-imzqTfQZjQD3FP5HjfPBqkExtu26j0j3CKI4KNatl0uNGWEAGtbrYEwDsvmUbXGyeEbdmgTq0kb_n91NHlD0CfvACoTTxULj6q6_KCcxhCVGZ1lKrLjQcWhBwHdGM/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-05995.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpFPpIlLH50DGCR-imzqTfQZjQD3FP5HjfPBqkExtu26j0j3CKI4KNatl0uNGWEAGtbrYEwDsvmUbXGyeEbdmgTq0kb_n91NHlD0CfvACoTTxULj6q6_KCcxhCVGZ1lKrLjQcWhBwHdGM/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-05995.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Benny L, Rio Sidik, Dony Suhendra Power Fusion</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">"Perenungan" ini semakin dalam saat <b>Benny Likumahuwa</b>, <i>jazzer</i> senior yang harus kita <span id="goog_1248355659"></span><span id="goog_1248355660"></span>akui sebagai legenda, mengajarkan bahwa jazz bukan semata-mata <i>skill</i>, tetapi ada filosofi di dalamnya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Yang paling memukau untuk Balikpapan, adalah ketika <b>Rio Sidik</b> yang entah di mana memainkan terompet-nya dengan begitu menyentuh, lalu ternyata menyeruak di antara kerumunan penonton. <i>Surprising !</i> Kemudian berkolaborasilah Dony Suhendra Power Fusion, Benny Likumahuwa dan Rio Sidik dalam sebuah sajian yang menghibur sekaligus apresiatif.</span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinjxifpfLXLvI-i4OOnkqlYjssclHdS-DgoC9UML2D3k0O52KMyOAYxubZlPsObF-BKTpl8RB6x_VLW5Vts8Erh-9eNnfiPBkAEJX4Ppf-t9f7AJNgTcCAKMKe3v50TiZBLxR_41kfXG4/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-05992.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinjxifpfLXLvI-i4OOnkqlYjssclHdS-DgoC9UML2D3k0O52KMyOAYxubZlPsObF-BKTpl8RB6x_VLW5Vts8Erh-9eNnfiPBkAEJX4Ppf-t9f7AJNgTcCAKMKe3v50TiZBLxR_41kfXG4/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-05992.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Rio Sidik</span></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdVt4R2Kxrxk7ktLjKQk6yVnMGSnzdI2xj5wuNLuXkkRAgbSzVzcTa6dAjPXJvhjlZQsvgg5agVGBFOOQDkQ5cAAaM0NzN6eZ6VOEoQGQ1VJZ6vsPz8aKPeTUz-jOwaL0GSi97YFZqwJA/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-05999.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdVt4R2Kxrxk7ktLjKQk6yVnMGSnzdI2xj5wuNLuXkkRAgbSzVzcTa6dAjPXJvhjlZQsvgg5agVGBFOOQDkQ5cAAaM0NzN6eZ6VOEoQGQ1VJZ6vsPz8aKPeTUz-jOwaL0GSi97YFZqwJA/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-05999.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Benny Likumahuwa & Rio Sidik on Battle</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Rio Sidik, trumpeter asal Bali yang sudah melanglang buan di banyak festival jazz internasional ini juga memiliki suara yang tidak bisa dianggap sepele. <b>Georgia in My Mind</b>, boleh jadi inilah <i>performance</i> Rio Sidik melalui vokalnya dalam kolaborasi ini yang paling banyak mendapatkan <i>applause</i>. Dalam memory, komposisi ini juga meninggalkan kesan, dengan banyaknya yang berkicau dalam twitter untuk nomor ini.</span><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXnsbJl7Jb0JYK6Qz6XsJ5RR42UNw5pk0r4RtLq04bnsZ9tsj6ti9kPJwuENp9OvMKmeV1_oPsRYMxN-nUTs9wuc9hn0ud0WycneZc-h6-9bZC1YC2mu2Gjs3hLQn_4LXgVCw9NqRhW7I/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-06000.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXnsbJl7Jb0JYK6Qz6XsJ5RR42UNw5pk0r4RtLq04bnsZ9tsj6ti9kPJwuENp9OvMKmeV1_oPsRYMxN-nUTs9wuc9hn0ud0WycneZc-h6-9bZC1YC2mu2Gjs3hLQn_4LXgVCw9NqRhW7I/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-06000.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Gugun Blues Shelter</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menutup pesta jazz Balikpapan Jazz Fiesta 2013, band yang sangat dinantikan, <b>Gugun Blues Shelter</b> akhirnya tampil dengan sangat menghibur. <b>Gugun</b> (gitar & vokal), <b>Bowie</b> (drum) dan <b>Jono</b> (bass) bule kocak yang selain bermusik bersama GBS juga banyak tampil di banyak acara TV.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Di awal penampilannya, Gugun Blues Shelter (GBS) langsung mengebrak dengan lagu-lagu dari albumnya seperti <b>Set My Soul In Fire</b>, <b>Move On, She Don't Need Romancing, On The Run</b> yang <i>groovy</i> itu, dan pastinya <b>Funk</b> yang <i>funky.</i></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Gugun dengan cabikan gitar blues-nya yang memberikan pesan <i>pain</i>, gebukan drum Bowie yang atraktif dan dentuman bass Jono yang ditingkahi dengan gaya dan komunikasi yang kocak semakin menyemarakkan suasana.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> </i></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Berbicara tentang band beraliran blues khususnya di Indonesia, tentunya
kualitas dari <table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtfmdNMOnK2FAaQfjumKWhJ7Z6pWWkYTlZeYRb4tBMLU8Nly3YYmXhXH5-mArvlYHytiWuTg1nicbEmyOZ35YOVvHNavE27uH35tRLyKxYO4lzjhyphenhyphenSFlvsRi1y-xwClkPgKLcd_riSNes/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-06003.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtfmdNMOnK2FAaQfjumKWhJ7Z6pWWkYTlZeYRb4tBMLU8Nly3YYmXhXH5-mArvlYHytiWuTg1nicbEmyOZ35YOVvHNavE27uH35tRLyKxYO4lzjhyphenhyphenSFlvsRi1y-xwClkPgKLcd_riSNes/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-06003.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gugun & Jono GBS</td></tr>
</tbody></table>
Gugun and the Blues Shelter atau yang biasa dikenal dengan
Gugun Blues Shelter sudah tidak diragukan lagi. GBS memiliki
karir yang cemerlang dalam usia yang relatif muda. Gugun Blues Shelter
terbentuk pada tahun 2004 di Jakarta dengan nama awal The Blues Bug
memiliki pengaruh musik yang kuat dari <b>Jimi Hendrix, Stevie Ray Vaughn,
Bettie Davis, dan Led Zepplin.</b></span><br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kehadiran band bernafaskan blues ini tidak hanya
menyita perhatian dunia musik Indonesia. Pasalnya Gugun Blues Shelter
juga memiliki banyak penggemar di Eropa khususnya Inggris. Nama band
Gugun Blues Shelter tercatat pernah beberapa kali tampil dalam panggung
blues di Inggris. Bahkan band ini pernah melakukan touring ke beberapa
kota di sana. </span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dan yang paling
membanggakan, Gugun Blues Shelter pernah ikut tampil dalam perayaan
ulang tahun Hard Rock ke-40, Hard Rock Calling 2011. Dalam event yang
diselenggarakan selama beberapa hari di Hyde Park, London, Inggris
tersebut Gugun Blues Shelter tampil berbagi panggung dengan musisi kelas
dunia seperti Rod Stewart, Bon Jovi, dan The Killers.</span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlszR2dMUgyruC0t5S53PIH5rzZtJVIaQBIStQM46R0T0IP9MosQMoatf2ctVHnToxpbhBcdz68b5KAxkAAV7brkRqTgvSwQyBs7F2GilxewG7R-adSvfEDHOFAX5GWRlGoPAwdQcaAdk/s1600/Balikpapan+Selatan-20130601-06012.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlszR2dMUgyruC0t5S53PIH5rzZtJVIaQBIStQM46R0T0IP9MosQMoatf2ctVHnToxpbhBcdz68b5KAxkAAV7brkRqTgvSwQyBs7F2GilxewG7R-adSvfEDHOFAX5GWRlGoPAwdQcaAdk/s320/Balikpapan+Selatan-20130601-06012.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bowie GBS</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain
meramaikan panggung blues Inggris, Gugun Blues Shelter juga pernah
tampil beberapa kali di Malaysia dan juga event Singapore Art Festival
yang sekelas dengan Java Jazz Festival di Indonesia. Pavilion Indonesia
di Shanghai World Expo 2010 juga pernah diramaikan oleh band ini.
Tentunya di Indonesia sendiri nama Gugun Blues Shelter sudah malang
melintang dalam meramaikan panggung musik. Tidak hanya tampil dalam
panggung bertemakan blues seperti Jakarta International Blues Festival,
band ini juga seringkali mengisi acara sekelas Java Rockin’ Land dan
Java Jazz Festival.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Akhirnya selesai sudah rangkaian Balikpapann Jazz Fiesta 2013 yang digelar di Pantai Kemala dengan <i>stage</i> tepat di bibir pantai. Balikpapan Jazz Fiesta 2013 <i>organized by </i><b>Jalamaya Production</b> (<i>initiated by</i> <b>Wartajazz</b> dengan <i>Festival Director</i> <b>Agus Setiawan Basuni</b>), disponsori oleh <b>Djarum Super Mild</b>, didukung oleh <b>Balikpapan Jazz Lover</b>, <b>Komunitas Fotografi</b>, <b>C Radio</b> sebagai salah satu dari sekian banyak <i>media partner</i> serta banyak dibantu oleh para <b><i>volunteer</i></b> yang membantu kesuksesan acara ini.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>Last but not least,</i> terimakasih dan apresiasi buat Wartajazz dan Jalamaya Production yang sudah memberikan kesempatan buat penikmat jazz untuk menikmati sajian berkualitas.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Sampai jumpa di Balikpapan Jazz Fiesta 2014. </b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: blue;"><span style="background-color: blue;"><b> </b><span style="background-color: white;">(Written by Reza Ahmad - Host C Radio Jazz Corner - 94.6 FM C Radio Balikpapan)</span></span></span><b> </b></span></div>
Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-28048250269485013052013-06-01T13:59:00.000+07:002013-06-01T13:59:30.512+07:00Balikpapan Jazz Fiesta Day #1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp_S3BWQLjvSSeosY6t0q20OK9KQ6gZ3yP_WycmKfG9_Vl9_IOkgvX25VMjLaQvHAX2hy3ERFn6URKETP9Hh0Q9YXDwBToFnzY67jHza-6Nmqiz_BTZZdkL2hipEoFPjHfZmxxwBKAEI0/s1600/BALIKPAPAN+JAZZ+FIESTA+2013.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="147" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp_S3BWQLjvSSeosY6t0q20OK9KQ6gZ3yP_WycmKfG9_Vl9_IOkgvX25VMjLaQvHAX2hy3ERFn6URKETP9Hh0Q9YXDwBToFnzY67jHza-6Nmqiz_BTZZdkL2hipEoFPjHfZmxxwBKAEI0/s400/BALIKPAPAN+JAZZ+FIESTA+2013.png" width="400" /></a></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Cozy.....! Itulah kesan yang sangat kental terasa dalam gelaran <b>Balikpapan Jazz Fiesta 2013</b> hari pertama, 31 Mei 2013. Balikpapan Jazz Fiesta sendiri merupakan festival jazz pertama yang diselenggarakan di Balikpapan. Untuk kawasan Kalimantan Timur, ini adalah festival jazz yang ke-dua setelah sukses digelar di Samarinda dengan label <b>Mahakam Jazz Festival</b> setahun yang lalu.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Agus Setiawan Basuni</b>, <i>Festival Director</i> dari Jalamaya Production (<i>initiated by </i>Warta Jazz) mengatakan dalam <i>interview</i> program <b>C Radio Jazz Corner di C Radio 94.6 FM</b> Balikpapan (30/5/2013) bahwa Balikpapan Jazz Fiesta dapat diakatakan sebagai proyek idealis. Pertama, menumbuhkembangkan potensi musisi berbakat di Balikpapan. Ini karena melihat banyaknya potensi musisi-musisi jazz Balikpapan, sehingga diaharapkan akan muncul band-band jazz baru di masa yang akan datang.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kedua, Balikpapan Jazz Fiesta akan memberikan agenda wisata dengan geliat positif yang bisa ditimbulkannya. Terbukti, pada gelaran hari pertama, Balikpapan Jazz Fiesta mampu mendatangkan animo <i>jazz lovers</i> dari luar daerah yang datang ke acara ini. Misalnya ada <i>audience</i> yang datang dari Jakarta, Surabaya, bahkan Padang.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Yang menarik dari Balikpapan Jazz Fiesta 2013 adalah <i>venue</i> di <b>Pantai Kemala Balikpapan</b>. Menarik karena <i>stage</i> benar-benar berdiri di tepi pantai, tepat di atas pasirnya. Dan menurut Agus Setiawan Basuni ini yang pertama kali di Indonesia.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sistem koordinasi dan mekanisme administrasinya juga menggunakan sistem yang baru pertama kali diaplikasikan dalam dunia <i>showbiz</i> seperti ini. Tanpa tiket sama sekali. <i>Jazz lovers</i> yang akan datang hanya perlu mendaftar <i>invitation</i> di <b>www.balikpapanjazzfiesta.com</b> dan selanjutnya <i>by email</i> secara otomatis akan mendapatkan <i>unique </i>ID yang harus ditunjukkan di pintu masuk. <i>Unique</i> ID ini akan berlaku juga di festival-festival jazz selanjutnya di Balikpapan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Gelaran hari pertama (31 Mei 2013) sebelum dibuka oleh <b>Walikota Balikpapan H. Rizal Efendi, SE</b>, Balikpapan Jazz Fiesta didahuli dengan penampilan band-band jazz Kalimantan Timur yang sangat potensial. <b>Seperti Soulace</b> yang memainkan komposisi dengan <i>beat-beat</i> <i>groovy</i>, atau<b> Second Rise</b>, <b>De Cress</b>, <b>Archipelago</b> serta <b>Bodhisatvva</b> yang menghentak lewat <i>cover version</i> dari Toto seperti Africa dan Rosanna.<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbSgshlf9-WEEfc664tsecw-JBwMmyEkwjpjecboH0I1aZsn7lUfUFMbW1SJjBB0iMQV6aRHUkj4P8V8k34eNxW1ZOoCDU1JtUuQioXtCMa-fuuYGkuMj-v9BMZdTYkSOvhBaL6VlQVFU/s1600/20130531_194804.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbSgshlf9-WEEfc664tsecw-JBwMmyEkwjpjecboH0I1aZsn7lUfUFMbW1SJjBB0iMQV6aRHUkj4P8V8k34eNxW1ZOoCDU1JtUuQioXtCMa-fuuYGkuMj-v9BMZdTYkSOvhBaL6VlQVFU/s320/20130531_194804.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bodhysatvva</td></tr>
</tbody></table>
</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dalam sambutan pembukaan, Walikota Balikpapan H. Rizal Effendi, SE menyatakan sangat <i>apresiate</i> dengan penyelenggaraan Balikpapan Jazz Fiesta 2013. Diharapkan, acara ini akan dijadikan agenda rutin di Balikpapan. bahkan Walikota menjanjikan, "Jika Kota Balikpapan mendapatkan Adipura Kencana tanggal 10 Juni nanti, maka kita akan pesta jazz."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Semakin malam, <i>jazz lovers</i> yang datang ke Balikpapan Jazz Fiesta di Kemala Beach semakin membeludak. Secara khusus, pengunjung yang datang terlebih dahulu akan berkesempatan duduk di <i>table</i> yang dikemas ala <i>candle light diner.</i> </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>Perform</i> pertama kali sebagai penampil utama, <b>Dony Suhendra Power Fusion Trio</b>. Siapalah <i>jazz lovers</i> yang tidak kenal dengan gitaris senior yang satu ini. Namanya sempat mewarnai band yang digawangi oleh Indra Lesmana, Krakatau. Kematangan bermusiknya dalam jazz seperti menjadi sebuah "kebijaksanaan luhur" yang menyejukkan <i>jazz lovers</i>.</span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqTFZebVkvbmrce27aITIDEzHi-RVa4Y0ymxmBUPBCuKBJNUTQH0XJJFxU1Ugo_t_RZcMRWRsVuJ3zutI_gM98iFLSlCX59GmX-9xZA1lslqOdiGwtf50YCOk_g7fYvPMno66uTiz9LC0/s1600/IMG-20130531-05930.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqTFZebVkvbmrce27aITIDEzHi-RVa4Y0ymxmBUPBCuKBJNUTQH0XJJFxU1Ugo_t_RZcMRWRsVuJ3zutI_gM98iFLSlCX59GmX-9xZA1lslqOdiGwtf50YCOk_g7fYvPMno66uTiz9LC0/s320/IMG-20130531-05930.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dony Suhendra Power Fusion Trio</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dony Suhendra Power Fusion Trio diperkuat oleh "bassist seribu band" <b>Adi Dharmawan</b>. Adi adalah musisi jazz yang berkarakter kuat, dengan kepala yang selalu plontos dan selalu mengenakan pakaian bawahan seperti sarung berwarna hitam polos. Jangan tanya soal <i>skill</i>. Adi Dharmawan memiliki <i>skill</i> yang cukup mumpuni dan berkarakter kuat. Di beberapa penampilannya yang lain dalam Ligro Trio (grupnya bersama Agam Hamzah dan Gusti Hendy) Adi kerap menyenandungkan nada etnis melalui suaranya, magis dan bernuansa <i>world music.</i></span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjruJx1LaKq9hDoGuasgP8BmO0YE3xohMic7_jcPaErVVkd4_ChMvtQNuimUhz7l4AEGzwo94PywRqYV7BU3ARGFOaSL73HIEvCyohpQ719LuL-_gtz9JOEzGI8Jxpqcbu4CL1vW9G5RF0/s1600/IMG-20130531-05932.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjruJx1LaKq9hDoGuasgP8BmO0YE3xohMic7_jcPaErVVkd4_ChMvtQNuimUhz7l4AEGzwo94PywRqYV7BU3ARGFOaSL73HIEvCyohpQ719LuL-_gtz9JOEzGI8Jxpqcbu4CL1vW9G5RF0/s320/IMG-20130531-05932.jpg" width="239" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">M. Iqbal on Solo Drum</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu <i>drummer</i> Dony Suhendra Power Fusion Trio, <b>M. Iqbal</b>. Dia tak kalah mendapatkan <i>applause</i> dari penonton. Terlebih ketika berkesempatan untuk <i>solo drum.</i> Dony Suhendra secara khusus mengomentari M. Iqbal, putra Samarindra kelahiran Tenggarong sebagai <i>drummer</i> potensial dan sangat berbakat. M. Iqbal sempat menjadi <i>drummer</i> tamu dari Emerald dalam gelaran Jak Jazz Festival 2012, kemudian menjadi <i>drummer</i> Trisum (bersama Dewa Budjana, Tohpati dan Balawan). Sesuatu yang membanggakan sekaligus menginspirasi musisi-musisi muda Balikpapan untuk berkarya lebih baik lagi.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> </i></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mereka bertiga, selain memainkan komposisi-komposisi mereka sendiri, juga sempat memainkan komposisi dari Chick Corea.</span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPHhvXMlylzyVa8goleeMw9kGksUqIxKrEMELjq8AdhQXgadL6-xeCQ760eDMcE8MCudzeBUuakCnwnAJ8Mry0wufTKILYMgg3Z9E6bI-_hrviOR45B7EbYxCFhJoIdBs1WzlWkTfjK00/s1600/IMG-20130531-05936.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPHhvXMlylzyVa8goleeMw9kGksUqIxKrEMELjq8AdhQXgadL6-xeCQ760eDMcE8MCudzeBUuakCnwnAJ8Mry0wufTKILYMgg3Z9E6bI-_hrviOR45B7EbYxCFhJoIdBs1WzlWkTfjK00/s320/IMG-20130531-05936.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Barry Likumahuwa Project (BLP)</span></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>Performer</i> berikutnya adalah <b>Barry Likumahuwa </b></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<b>Project (BLP)</b> dengan <i>front man</i> Barry Likumahuwa yang dinamis dengan permainan bass yang telah membawa banyak prestasi bahkan di kancah internasional. Putra musisi legendaris Benny Likumahuwa ini lebih suka band-nya ini dipanggil dengan BLP, karena menurutnya ini adalah performa secara tim bersama dengan rekan-rekannya seperti Dennis Junio (alto sax) yang sering menjadi <i>scream maker</i>, juga Ray Monte yang bertindak sebagai vokalis.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc76SLh553gqlexcdzusbSFF0ovrl_9HSAhad3-JUbpddi3K8ZtnSeC_fezGBArKghMf4Zf2mbvtLrdJsNH_CHFREHdo_OacmOa1uxGwzEEFNgSNh5ijKWxkoqZhFauOc-MTr7sE0yPpA/s1600/20130531_223445.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc76SLh553gqlexcdzusbSFF0ovrl_9HSAhad3-JUbpddi3K8ZtnSeC_fezGBArKghMf4Zf2mbvtLrdJsNH_CHFREHdo_OacmOa1uxGwzEEFNgSNh5ijKWxkoqZhFauOc-MTr7sE0yPpA/s320/20130531_223445.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Benny Likumahiwa in collaboration with BLP</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Di tengah penampilan BLP, hadir secara mengesankan, ayah dari Barry Likumahuwa, <b>Benny Likumahuwa</b> legenda jazz yang multi instrumentalis tetapi kerap memainkan trombone dan flute. Seperti yang disajikan dalam kolaborasinya dengan BLP, Benny Likumahuwa meniup trombone dengan beberapa komposisi. Bahka secara dramatis, Benny Likumahuwa melepas horn dari trombone-ya lalu tetap memainkannya. Tidak cukup sampai di situ, dia juga lalu melepas <i>mouthpiece</i>. Maka nada-nada keluar hanya dari <i>mouthpiece</i> yang ditiupnya. Kemudian, tanpa <i>mouthpiece</i>, Benny Likumahuwa ber-<i>scat singing.</i> Luar Biasa.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kebanggaan jelas terlihat dari Benny Likumahuwa ketika menceritakan bagaimana anaknya (Barry Likumahuwa) semenjak kecil diperkenalkan terhadap musik, lalu kini memilih bass sebagai instrument-nya. Kebanggan itu juga tercermin dalam salah satu komposisi yang mereka bawakan, <b>"Like Father Like Son.</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kembali tampil berkolaborasi dengan BLP, <b>Monita Tahalea</b>. Penyanyi jebolan Indonesian Idol ini menjadi yang paling cantik di atas panggung Balikpapan Jazz Fiesta 2013. Memang, penyanyi berdarah Ambon - Austria - Manado ini menjadi satu-satunya <i>performer</i> wanita selain band-band pembuka.<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9j5pAmKLjs6sBuf5MHPQ4Ln40moCsjIv2_jkaRKGJCbGJIkmUYNAQHTCOt_FATGwOUhjIW9obuOQW9OGtSSQamnRp3IqQ0m0yJ5oWkMDJRrvdgyVejKB8YwGdImuD3HnFNU-Q2m0lpmQ/s1600/20130531_225208.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9j5pAmKLjs6sBuf5MHPQ4Ln40moCsjIv2_jkaRKGJCbGJIkmUYNAQHTCOt_FATGwOUhjIW9obuOQW9OGtSSQamnRp3IqQ0m0yJ5oWkMDJRrvdgyVejKB8YwGdImuD3HnFNU-Q2m0lpmQ/s320/20130531_225208.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Monita Tahalea with BLP</td></tr>
</tbody></table>
</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tiga lagu dilantunkannya dengan menyentuh bersama dengan BLP. Sebagian diambil dari <i>single</i> yang telah dibuatnya, seperti <b>"I Love You" </b>dan <b>"Untukmu"</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Terakhir, tentu saja hentakan BLP menuntaskan acara dengan sentuhan <i>funk</i> dan improvisasi dari masing-masing personelnya. Komunikasi dengan penonton secara dialog verbal dan secara musikalitas mampu mencairkan suasana menjadi semakin asyik. Inilah yang kemudian jazz mulai disukai anak-anak muda.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Satu kata: KOMPLET! Gelaran Balikpapan Jazz Fiesta malam pertama ini cukup mengakomodir semua range usia, mulai anak muda, dewasa sampai yang veteran. Apresiasi yang tinggi kepada <b>Warta Jazz, Jalamaya Production, Djarum Super Mild,</b> media partner (di antaranya <b>C Radio 94.6 FM Balikpapan</b>), juga <b>Balikpapan Jazz Lovers</b> serta penonton yang sudah menyaksikan Balikpapan Jazz Fiesta dengan enjoy dan tertib.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kita akan guncang malam ke-dua Balikpapan Jazz Fiesta 2013. Masih ada <i>performance</i> dari para musisi yang tampil di malam pertama. Tentu saja dengan dilengkapi penampilan dari <b>Rio Sidik</b>, trumpeter asal Bali yang telah memiliki sekain banyak pengalaman manggung di banyak festival seperti Java Jazz Festival, Asean Jazz Festival di Batam dan Penang Jazz Festival di Malaysia, Jarasum Jazz Festival di Korea hingga Afrika Selatan. Serta bersama kelompok Saharadja, ia kerap berkeliling dunia.</span> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b> </b></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Malam ke-dua nanti akan ditutup dengan penampilan <b>Gugun Blues Shelter</b>. Band blues yang juga telah bentak mengharumkan nama Indonesia di kancah musik internasional. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b> </b></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sampai jumpa nanti malam di pantai Kemala Balikpapan dalam Balikpapan Jazz Fiesta 2013 hari ke-dua.</span><br />
<br />
<span style="color: blue;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">written by Reza Ahmad (Host C Radio Jazz Corner - 94.6 FM C Radio Balikpapan)<b> </b></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: blue;"><b> </b></span> </span>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-11618384084859314962013-01-01T16:57:00.001+07:002013-01-01T16:57:44.906+07:00Kembang Buatmu<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYnEjAWPuGyOWSPWoTTmWoiW1HYTFca_ydfuOUCGXizWOHDfL8Eo_xuvyfAGqqgBWGT-Brm40Cg9KRJX-ELtuCFcRIhrM2doaJVfrZ5TLeW8xp55m1MyMfp8xRysCFhD7Ny7GurkZNJaI/s1600/Buket+Mawar+Merah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYnEjAWPuGyOWSPWoTTmWoiW1HYTFca_ydfuOUCGXizWOHDfL8Eo_xuvyfAGqqgBWGT-Brm40Cg9KRJX-ELtuCFcRIhrM2doaJVfrZ5TLeW8xp55m1MyMfp8xRysCFhD7Ny7GurkZNJaI/s1600/Buket+Mawar+Merah.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tahun baru
kali ini aku di tanah orang. Tak ada yang istimewa sebenarnya, seperti banyak
tahun yang aku lalui. Kecuali saat aku kecil, saat justru aku tak tahu bahwa
kembang, lagu dan puisi menjadi ungkapan cinta.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sebenarnya
sore hari 31 Desember aku bisa saja duduk di cafe tepi Pantai Melawai, sambil
menikmati ombak Teluk Balikpapan yang tenang. Atau menelusuri jalan minyak yang
lengang diapit hutan Kalimantan yang diam dan jajaran kilang minyak yang
berderet angkuh. </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Nyatanya tidak, aku bahkan membatalkan rencanaku untuk <i style="mso-bidi-font-style: normal;">hang out</i> bersama teman-teman kantor,
memandangi warna warni kembang api, atau menyesap beberapa teguk bir diiringi
dentuman musik yang membuat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">trance</i> di
sudut <i style="mso-bidi-font-style: normal;">club.</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Aku hanya
sedang kangen kamu. Ya, kamu yang saat ini terbaring di sisiku bersama dengan
begitu banyak jejak kebersamaan. Tidurlah, agar mimpi bisa tersimpan dalam
kemasan yang bisa kita bawa kemanapun, seperti kita membawa nafas kita. Suatu
saat nanti, kemasan mimpi itu akan kita buka untuk melunasi perjalanan
meraihnya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tidurlah,
agar dalam mimpi kamu bisa mendengarku bernyanyi. Tapi jangan anggap bahwa
nyanyianku adalah mimpi. Aku hanya sedang lupa caranya menyanyikan lagi cinta.
Tapi percayalah, senandung itu masih terdengar jelas jika kamu bisa menyusup ke
dalam ruang hatiku.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Esok, ketika
aku baru bisa terlelap dan kamu sudah terjaga, pergilah ke toko bunga di
seberang jalan. Kau ambillah pesanan bungaku untukmu, ada puisiku di situ.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kumohon, ambillah
sendiri, karena aku malu jika harus menyerahkannya sendiri untukmu.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Selamat
Tahun Baru......</span></span></div>
Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-76170594690216919282012-11-21T12:00:00.002+07:002012-11-21T12:00:31.279+07:00Crop Circle<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0mm 5.4pt 0mm 5.4pt;
mso-para-margin:0mm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7Tc_xuKhTbGruD6OJ-3s4hJzgNerg2aQvTTQBbbe0amR8_AvUVt2CwsKnIjdNOdWsapTHWpaRJZvVFdIFDhwxsa1NzxrxXKLaTzx8UbcZFLHoBpYo1BrJKUYVxHG7AG2DKl8dxRQ8ucw/s1600/Crop+Circle.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7Tc_xuKhTbGruD6OJ-3s4hJzgNerg2aQvTTQBbbe0amR8_AvUVt2CwsKnIjdNOdWsapTHWpaRJZvVFdIFDhwxsa1NzxrxXKLaTzx8UbcZFLHoBpYo1BrJKUYVxHG7AG2DKl8dxRQ8ucw/s200/Crop+Circle.jpeg" width="178" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Biar kupesan lagi segelas bir lagi. Bukan karena dingin.
Udara malam ini memang begitu kelabu, kadang ungu seperti warna janda,
menelisik celah-celah jendela lalu menuju entah ke mana.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dan satu gelas lagi. Bukan karena tubuhku perlu hangat, tapi
karena kamu yang dingin. Mungkin satu gelas lagi, hingga bisa kulihat kupu-kupu
beterbangan dari bibirmu. Merah, kuning, biru berkepak kecil berputar menari.
Aku tersenyum meski kutahu aku sedang mendustai diriku sendiri.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Heningmu nyaris tanpa jeda. Ya, nyaris, karena terkadang
kamu memperlihatkan catatanmu kepadaku. Tapi saat itu pula aku hanya bisa
tertegun, tak bisa membaca, mendadak buta huruf. Tulisanmu seperti kode-kode
alien yang terenkripsi, susah bagiku untuk memahaminya. Terkadang malah kamu
tunjukkan lukisanmu. Aku bisa melihat keindahannya, tapi aku tak bisa
menterjemahkannya. Bagiku, lukisanmu serupa dengan <i>crop circle</i>. Indah, rapi,
simetris. Kutahu itu mengandung arti, tapi aku tak tahu apa.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku mabuk. Dan kamu bersedia menemaniku. Tapi hening, itulah
yang sebenarnya membuatku mabuk. Pagi tadi kubuatkan lukisan untukmu. Selembar
danau yang tenang, dikelilingi pepohonan hijau yang daunnya seperti terpangkas
rapi membentuk gambar jantung. Lalu ada <i>bungalow</i> kecil di pangkal dermaga. Dan
juga perahu berwarna merah muda dan biru tertambat di tiang dermaga.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kamu hanya tersenyum. Itu saja.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dan aku harus memesan lagi bergelas-gelas bir.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Aku tersesat meskipun baru mencoba memasuki binar matamu.”
Kukatakan itu saat kita duduk di bangku paling sudut kafe, dekat jendela yang
menghadap jalanan agar aku bisa mengalihkan perhatian bila salah tingkah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Mau pesan minum?” katamu.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“<i>Lemon squash</i>.”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Bir...?”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Nggak.”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku sedang tak butuh bir. Sekilas kupandang bibirnya,
berharap ada senyummu. Ya, kamu memang tersenyum. Tapi setelah itu kamu
berpaling ke stage kecil dimana Careless Whisper mengalun dari penyanyi
bertubuh subur itu.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kunyalakan sebatang rokok, kuhisap dalam-dalam lalu
kuhembuskan. Sekedar bersiap seperti ancang-ancang untuk bicara. “Kamu tahu
mengapa dua orang yang saling mencinta, mereka menyebut belahan jiwa satu sama
lain?”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Hem....?”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Maksudku kapan dua orang yang saling mencintai bisa
menghayati makna dari kata belahan jiwa seperti yang sering diucapkan?”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kapan...?” kamu balik bertanya sambil menyeruput <i>hot chocolate</i>.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Saat keduanya terpisahkan....”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kok bisa?”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Karena saat itu mereka merasa sebagian hatinya terrampas.
Hilang separuh. “</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Menyakitkan pasti...”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Ya, seperti diriku saat ini. Belum menyatu, apalagi
terpisah. Tapi sakitnya sudah terlebih dahulu aku rasakan.”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tanganmu terulur menyentuh dan mengusap punggung tanganku.
Dan akupun tak tahu apa maknanya. Lalu mengalir kata-kata bijak tanpa jeda yang
membuatku menjadi pusing. Selalu begitu, dan selalu seperti ini. </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku tak tahu apakah aku yang bodoh untuk membaca hatimu,
menafsirkan kedekatan kita, aku yang tak bisa berbicara dengan bahasamu, atau
kamu yang tak bisa menangkap isyarat cinta?</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ya, aku cinta kamu. Selalu kuyakini kamu tahu itu.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tapi selalu hening saat bersama. Atau suara dari bibirmu
berisi hasihat bijak yang bagiku menjelma menjadi bilangan-bilangan biner....
01100011110000110110110....</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bukan itu yang ingin kudengar.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kamu mau pulang sekarang...?” tanyamu sambil beranjak.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Nanti saja”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kutinggal dulu ya, aku......bla bla bla bla........”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku tak hirau dengan ucapan-ucapannya. Pandanganku kabur,
otakku kendur. Hingga seolah telingamu memanjang runcing ke atas, matamu
membesar dan kepalamu meninggi. Lalu seolah kata terakhirmu berbunyi : “Aku ada
arisan di planetku...”</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ketika kamu beranjak, ada gambaran crop circle di atas kursi
yang kamu duduki. Hangat, sedikit mengepul dan bau hangus.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aaaah.... <i>I need some beers....!!!</i></span></span></div>
Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-32242770790435248432012-08-28T10:40:00.006+07:002012-08-28T11:33:01.455+07:00Menanti Hujan<span style="font-family:arial;font-size:85%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjifvF_rzr56-UhePLWL3hwJCPQe5XBiSfmN_PaiQE4r5C7Ig4ANBnJIzxpr83tIMZ9ahoWKppiS8ubLYIMH3v6Weigc7hx4wzKTrOiXdJ2zP10Co7Au7v2pwRB8d5Y6hmeacnxlKCQ12o/s1600/Rain.jpeg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 236px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjifvF_rzr56-UhePLWL3hwJCPQe5XBiSfmN_PaiQE4r5C7Ig4ANBnJIzxpr83tIMZ9ahoWKppiS8ubLYIMH3v6Weigc7hx4wzKTrOiXdJ2zP10Co7Au7v2pwRB8d5Y6hmeacnxlKCQ12o/s320/Rain.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5781564002392425570" border="0" /></a></span><span style="font-family:arial;font-size:85%;">Mendung berayun</span><span style="font-family:arial;font-size:85%;"> di atap kotaku, seperti tatapan kekasih yang janjikan damai tanpa harus terucap. Hujan pertama yang mengakhiri garangnya kemarau selalu saja menjadi romansa. Bukan saja bagiku, tetapi pasti juga bagi setiap orang, dengan ceritanya masing-masing.<br /><br />Sejenak kunikmati semilir angin yang menyertainya. Selalu saja begitu alurnya, sama seperti tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya. Yang berubah hanyalah lagu jiwaku. Ya, dulu ketika aku kecil hujan pertama kusambut dengan teriakan gembira seraya berlarian di bawah rinainya.<br /><br />Ketika belia remaja mendampingi usiaku, aku biasa menikmatinya dengan duduk di muka jendela, memandangi rintiknya yang menerpa dedaunan. Dan saat itu kubisa senandungkan lagu cinta yang belum lama kukenal. Bersamanya banyak tercipta bait-bait puisi dalam lembar-lembar catatan atau bahkan surat-surat kasmaran. Bersamanya aku merasa seperti tokoh utama dalam film-film percintaan yang paling romantis.<br /><br />Dan kini, saat ini, aku berharap masih menikmati hujan pertama berdua denganmu seperti beberapa musim belakangan ini. Seperti biasa, uap tanah serupa dengan candu yang memabukkan yang menerbangkan angan tentang sebuah cerita damai. Seperti biasa, kita berdua akan saling diam, sibuk dengan fantasi masing-masing.<br /><br />Seperti sebuah tradisi, selanjutnya kau akan bertanya masihkah diriku mencintaimu, lalu memintaku menjadi rinai hujan yang membasahi jiwamu.<br /><br />"Ya...tentu saja aku mencintaimu. Tak perlu kau ragukan hal itu."<br /><br />"Jika begitu, tunjukkan rasa itu! Aku juga ingin kau belai sekali-sekali" katamu sambil merajuk.<br /><br />"Bukankah aku telah menunjukkan hal itu dengan caraku sendiri? Dengan berada di sini bersamamu?"<br /><br />Mungkin aku adalah seseorang yang tak begitu pandai mengungkapkan cinta dengan kemesraan seperti layaknya pasangan yang sedang berpacaran. Kau pernah mengatakan bahwa cinta kita harus dihias sekali-sekali agar tak gersang.<br /><br />Katamu, "Kalau sampai gersang aku takut akan mati."<br /><br />"Kenapa harus mati jika kita sendiri yang berkehendak untuk menjaga dan mempertahankannya?"<br /><br />"Tak maukah kau menghiasi ruang hati yang kita isi dengan kebersamaan cinta?"<br /><br />Ingin kukatakan kepadanya bahwa aku lebih memilih untuk membiarkannya begitu saja. Bukan kutinggalkan prasasti cinta itu. Tentu saja akan kutengok setiap pagi, siang dan malam. Tapi kusenang membiarkan lumut tumbuh subur di sela-sela permukaannya. Kusenang membiarkannya tampak tua.<br /><br />"Kau tahu kenapa?" kataku kemudian. "Karena kuingin kita melihat cinta kita itu telah tumbuh dewasa. Dengannya menjadi bukti bahwa kita telah memilikinya sejak lama sekali."<br /><br />Kuingin kita berdua menilainya betapa banyak sejarah yang telah tertoreh dari cinta yang kita miliki. Sejarah untuk kita sendiri. Meski berlumut bahkan mungkin lapuk, tapi tidak dengan ruhnya.<br /><br />"Tapi lenganmu belum rapuh untuk sekedar merengkuh pinggangku kan? Bahumu belum terlalu lemah untuk menopang kepalaku kan?" Ah...pertanyaanmu lagi.<br /><br />Kataku, "Baiklah...."<br /><br />Kuharap hujan segera turun menemani saat ini untuk kita.<br /><br /><br /></span>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-67011093269160923692012-05-04T02:06:00.003+07:002012-05-04T02:13:54.584+07:00KOTAK AJAIB<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBAUr6OAaDC1m7xX5Gah9fYuqqpjENZJsN0WEtykBQR1gS72Pr-2f3qNc6cxU1yRhRz8WpDHthRv96zzSGHTroBgqzgsRZDKCNYN3R13bWx3ksThDpvry6W3xeYkLjpwey3xtPPfMFdJg/s1600/radio.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 176px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBAUr6OAaDC1m7xX5Gah9fYuqqpjENZJsN0WEtykBQR1gS72Pr-2f3qNc6cxU1yRhRz8WpDHthRv96zzSGHTroBgqzgsRZDKCNYN3R13bWx3ksThDpvry6W3xeYkLjpwey3xtPPfMFdJg/s320/radio.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5738386193162493970" border="0" /></a><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ini bukan sembarang kotak ajaib. Dia ada semenjak tercipta hingga entah sampai kapan selama orang masih punya kuping sebagai indera pendengaran.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dia ada sejak jaman engkong-nya engkong, jaman kumpeni dan marsose bercokol, jaman Bung Tomo membakar semangat pertempuran, jaman Koes Plus yang masuk bui lantaran musik ngak ngek ngok-nya, jaman kelompencapir hingga jaman Cherybelle dan M. Nazarudin kesandung Wisma Atlet. Ya, setidaknya sampai saat ini.</span><br /><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Baiklah, sekarang kita bicara tentang RADIO, si kotak ajaib yang saya maksudkan tadi.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ada ungkapan orang bijak yang mengatakan :<b> “ Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. “ </b></span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Masa yang berlalu hanya mengubah teknologi, bentuk, dan orang-orang di dalamnya. Adapun tentang fungsi ? <i>Sami mawon</i>, sama saja. Lalu di manakah ajaibnya ?</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Nah, bicara soal ajaibnya kotak bernama radio itu, saya bisa membuat anda tersentak dan menyadari tentang sesuatu. Sabar.... Untuk menuju ke sana saya ingin mengajak anda merenungkan satu hal :</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hal apakah yang harus anda sishkan, sempatkan atau korbankan untuk mendengarkan radio ? Apakah anda perlu menyempatkan waktu tertentu untuk mendengarkan radio ? Apakah anda harus menyapkan ruangan tertentu untuk mencerna siaran radio ? Apakah anda harus meninggalkan aktifitas yang sedang anda jalani ?</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Jawabannya : Tidak !</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Anda tak perlu melakukan semua itu. Anda bisa melakukan aktifitas apapun untuk mendengarkan radio. Biarkan radio yang menemani anda.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Anda bisa menyimak siaran radio sambil makan, membaca, ngobrol, mengemudi, marah-marah, mandi, atau bahkan tidur dan mungkin –maaf—bercinta . Biarkan radio yang menyuapi anda akan hiburan.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Anda tak perlu memasuki ruangan tertentu untuk mencerna siaran radio. Bebas saja. Bisa di kamar, di ruang tamu, di jalan, di mobil, di kantor, di kafe, atau di mana saja. Biarkan radio yang menyajikan informasi untuk anda.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Radio tak menuntut anda untuk melebarkan mata untuk membaca atau melihat warna-warna visual. Radio tidak meminta anda duduk di satu tempat. Praktis, yang anda perlukan hanyalah telinga ! Itu saja.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Anda menyadari sesuatu ? Bukankah ini ajaib ?</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Yang ini lebih ajaib. Anda pasti pernah menyaksikan sebuah<i> video clip</i>. Pasti. Apakah yang anda lihat ? Anda dituntun—atau dituntut—untuk mengikuti visual yang ditayangkan.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sekarang bandingkan dengan ketika anda mendengarkan lagu lewat radio, dimana sang penyiar mengantarkan untuk menyimak lagu tersebut. Ya... hanya mengantarkan saja. Sebatas itu. Lalu, saat lagu itu diperdengarkan, imajinasi anda sendirilah yang bermain, menggambarkan adegan demi adegan, lengkap denag tekstur, warna dan aroma yang anda buat sendiri dalam benak anda.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ajaib ! Betul kan ?</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Setiap manusia memiliki kesan, suasana hati atau perasaan masing-masing setiap detik yang dijalaninya. Ajaibnya—lagi-lagi—ajaib, radio bisa menemani pendengarnya dalam suasana apapun ketika itu. Tak peduli apakah pendengarnya tengah menangis karena sedih, tersenyum dan tertawa karena bahagia, putus harapan atau optimis, sedang ingin tahu sesuatu, semuanya dapat tersentuh.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ah, ternyata radio dapat mempengaruhi emosi pendengarnya. Bisa menyemangati saat sedih, atau bahkan ikut berempati akan problema yang di alami pendengarnya. Dalam saat yang sama. Ya, dalam saat yang sama, secara personal, pribadi.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bukankah seseorang akan merasa tersanjung atau merasa dihargai jika disapa secara pribadi ? Di situlah salah satu kekuatan radio. Meskipun ucapan penyiar didengarkan oleh ratusan bahkan ribuan orang, pendengarnya akan merasa tersentuh secara personal, intim.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Ini juga ajaib bukan ?</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Maka penyiar yang benar akan menggunakan sapaan pendengarnya dalm bentuk orang ke-dua tunggal seperti : anda, kamu, <i>elu, ente, ngana, maneh, you,kowe, sampeyan, yeiy</i> dan sebagainya sesuai dengan karakter format radionya (biasa disebut<i> call audience</i>). Dan bukannya : Anda semua, <span style="font-style: italic;">you all </span>atau lainnya yang berkonotasi jamak.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Karenanya, berapa kalikah dalam hidup anda merasa tersentuh karena cu</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">ap-cuap</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> penyiar ? </span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Anda pasti pernah dibuatnya menangis padahal di saat itu juga pendengar lainnya dibuat tertawa, atau sebaliknya. Hanya radio yang bisa begini.</span><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kawan, penemuan teknologi radio adalah suatu hal yang : <b><i>brilliant</i></b>.</span><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Maka, profesionalitas dan keratifitas awak radio juga musti : <b><i>excelent</i></b>.</span><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dan pendengar yang memilih stasiun radio yang baik untuk didengar adalah : <b>amazing</b>.</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Nah, dengan berbagai kejaiban itu, apakah radio siaran itu akan ditinggalkan ?</span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saya rasa tidak. Karena saya yakin. <i>Haqqul yaqin</i> andapun salah satu dari pendengar radio. </span><br /><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dengan media lain ? Kita hanya berbagi waktu saja.</span><br /><br /><b><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sekali di udara tetap di udara !</span><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bravo Radio !</span></b>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-41413533468885059862012-02-01T10:22:00.001+07:002012-02-01T10:23:56.496+07:00Pulang<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZYP9kicYquyuyU41qKVk-5x67cq6OzxlF-GXrDiAWt5NRqUNqU1VJdRXUVz4LFLsQ4T2YddJcK4A84pX3HeIiaqnFKfPXWQn4OIUKdcM0q6hS68uuueYvQtFPsnErkUQkER8zuAVC1Y4/s1600/siluet.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 206px; height: 235px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZYP9kicYquyuyU41qKVk-5x67cq6OzxlF-GXrDiAWt5NRqUNqU1VJdRXUVz4LFLsQ4T2YddJcK4A84pX3HeIiaqnFKfPXWQn4OIUKdcM0q6hS68uuueYvQtFPsnErkUQkER8zuAVC1Y4/s320/siluet.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5704002609808111650" border="0" /></a>Kutahu, suatu saat nanti aku akan pulang. <p> Hujan masih saja turun dengan derasnya, seperti ditumpahkan begitu saja dari langit. Aku menepikan sepeda motorku ke sebuah halte. Beberapa orang berteduh di bawahnya. Kulirik jam tanganku, jam lima sore.</p> <p> "Pulang dik....?" tanya seorang bapak yang duduk sambil mengepulkan asap rokoknya di sebelahku. Aku hanya tersenyum. Senyum yang kuyakin terlihat aneh. Aneh, sama anehnya jika kudengar kata "pulang".</p> <p> Kutepiskan bercak lumpur yang mengotori sepatu boot yang membungkus ujung kakiku hingga ke lutut. Bapak tua itu mengangsurkan bungkus rokoknya kepadaku. Aku mengambilnya sebatang, kunyalakan lalu kuhisap dalam-dalam asap pahitnya, seperti menelan bulat-bulat kegetiranku.</p> <p> "Saya juga kangen rumah. Anak-anak saya juga pasti sudah menunggu saya pulang." Ah, kata-kata itu lagi. Aku jengah mendengarnya. Namun aku mengangguk, penasaran. Sepertinya bapak ini bisa membaca pikiranku.</p> <p> "Pasti rumah Bapak hangat." Kataku pada akhirnya.</p> <p> "Hehehe.... hangat itu di sini dik..." katanya sambil menunjuk ke arah dadanya. "Jiwa kita sendiri yang akan bikin hangat atau dingin apapun yang kita miliki. Percaya sama Bapak, kehangatan itu yang akan membuat kita selalu pulang ke tempat yang sama."</p> <p> Aku tersenyum kecut. Bukannya aku tak percaya kata-katanya, tapi aku tengah kesulitan untuk memaknai kata "pulang". Beberapa bulan ini aku hanya mengenal kata "singgah". Bagiku pulang itu hanya ke sebuah tempat yang pernah aku miliki. Tempat yang kini hanya secara diam-diam aku rindukan.</p><p>"Bapak tahu bagaimana rasanya kehilangan. Tapi adik pasti lebih tahu bagaimana perasaan yang sebenarnya."</p><p>"Terimakasih pak. Saya pernah mengucapkan selamat jalan kepada apa yang hilang. Dan saya sedang berusaha untuk melakukan hal yang sama, saat ini, saat kerinduan itu datang lagi."</p><p>"Ya ya ya... itu baik sekali."</p><p>Aku menghela napas panjang. Di benakku tergambar lagi sudut-sudut ruangan yang pernah kupeluk. Kukenali setiap jengkal lantai dan dindingnya. Dulu, aku selalu nekad menerobos hujan agar lekas sampai ke rumah untuk kemudian kubasuh tubuhku dan menghirup secangkir kopi atau bersembunyi di balik selimut sambil mengeja baris-baris buku yang belum selesai kubaca.</p><p>Hujan hanya tinggal menyisakan gerimis. Bapak tua itu menepuk pundakku, "Pulanglah ke tempatmu singgah. Tidur dan bermimpilah tentang tempatmu pulang. Lalu genggam dan kejarlah. Jangan lupa berdoa dan adukan hanya kepada Tuhan." Dengan berlari-lari kecil bapak tua itu menuju kesebuah angkutan kota yang akan membawanya pulang.</p><p>"Kamu di mana...?" Suara kecil dari telepon genggamku memanggil dengan nada khawatir, menungguku untuk pulang.</p><p>Ya, setidaknya aku masih memiliki tempat pulang yang tak mungkin akan hilang. Seketika hatiku hangat.</p><p>Jika benar Tuhan selalu punya rencana terbaik, pada waktu yang tepat pasti aku akan bisa wujudkan mimpiku. Aku beranjak menuju sepeda motorku. Tanpa terasa air mata menetes membasahi wajahku, bercampur dengan rinai gerimis.</p><p>Aku tahu, suatu saat nanti aku akan <b>pulang</b>.<br /></p>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-18264236409559233532011-09-21T14:15:00.002+07:002011-09-21T14:30:46.267+07:00NADA MIMPI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOQHKvmP-6kd8AR0hEKT9fEhwVXC5la10iaa4UlV0Z3Fem9niLh9pefXgrw8MwuEw5GLNvGGEJWt4La_smUNel8xmiWgms3VUurm4Wq00m2DdbcLbjA0Re2MVWzOJ8CFrf-UiWdwsCIv0/s1600/images.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 147px; height: 199px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOQHKvmP-6kd8AR0hEKT9fEhwVXC5la10iaa4UlV0Z3Fem9niLh9pefXgrw8MwuEw5GLNvGGEJWt4La_smUNel8xmiWgms3VUurm4Wq00m2DdbcLbjA0Re2MVWzOJ8CFrf-UiWdwsCIv0/s320/images.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5654708937482634370" border="0" /></a><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Bagiku kau adalah nada. Nada yang oktafnya terlalu tinggi hingga aku tak dapat menjangkaunya. Tak dapat kuraih meski sekencang apapun aku berteriak. Baiklah, aku tetap akan menyenandungkan nada milikmu , dengan nada yang sama meskipun dalam oktaf yang berbeda. Meskipun dengan begitu aku tetap tak bisa memilikimu, utuh.</span> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Lalu senandungku merayap meniti hembusan angin ke dalam imaji yang melukiskan warnamu dalam benakku. Ada wajahmu yang kukira kukenal dengan sangat dekat. Ada rambutmu yang menggelayut membelai buah dadamu. Ada puting susumu, yang telah menyusui tiga anak, namun bagiku tetap serupa dengan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>puting susu perawan. Ada pipimu yang terjatuh, tetapi menurutku masih seranum apel seperti layaknya belia. Ada tubuhmu yang mengundangku untuk memberikan pelukan dan dekapan juga gumulan.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Kau terlalu mahal!” kataku saat itu. Saat angin membawa suara kita.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Kau pikir kau harus membeliku?”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Tidak, aku harus membeli jarak. Dan kukira aku tak mampu membayarnya.”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Hah....” kudengar desahan nafasmu itu. “Lalu kenapa kita tak seranjang saja selamanya?”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Mimpi! Senandungkan nadamu adalah mimpi. Warnamu mimpi. Wajahmu mimpi. Rambutmu mimpi. Payudaramu mimpi. Puting susumu mimpi. Pipimu mimpi. Tubuhmu mimpi. Pelukan, dekapan dan gumulan itupun mimpi. Semua tentangmu itu mimpi.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Dan kita seranjang bersama adalah mimpi di dalam mimpi.” Kataku pada akhirnya.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Berarti itu tak mungkin?”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Entahlah...apakah mungkin ada cinta kedua jika hanya boleh ada satu kebersamaan.”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Kau pernah berkata, akulah kebahagiaanmu sedangkan dia adalah kenyataan. Jika begitu, apakah bahagia itu tak bisa ada dalam kenyataan? Apakah kenyataan itu tak bisa memberikan bahagia? Akupun tak juga bisa menemukan jawabnya.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Yang kutahu, kita harus mensyukuri kenyataan. Tapi kenyataan yang mana? Apakah gejolak hatimu padaku dan gairahku tentangmu bukan kenyataan jika kita berdua merasakanya dengan segenap panca indera?</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Ah...tanya, tanya dan tanya! Hanya itu yang selalu ada.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> "Baiklah, kita uji saja apakah ini realita atau hanya sekedar lagu impian” kataku kemudian.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Bagaimana caranya?”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Apakah semua rasa itu akan tetap terjaga meski kita tak bertegur sapa untuk waktu yang panjang, atau akan terkikis helai demi helai hingga akhirnya habis.” Seperti halnya tetumbuhan yang tak pernah disiram, mungkin dia akan mati. Atau akankah seperti seorang anak yang tak pernah dijenguk orang tuanya, dia masih akan mencari dan tetap mengakui orang-orang yang mengukir jiwa raganya.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> "Itu berarti jika kita terjebak menjadi tetumbuhan yang mati kita telah memilih jawaban bahwa kita hanya bermimpi?”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Ya,... dan bagiku itu bukan jebakan, tetapi pilihan. Membuatnya tetap bersemi, tetap mencari atau memilih untuk berpaling sia-sia.”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Hemmm... lalu apa lagi?”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Ketika kita memberi atau berbuat sesuatu untuk salah satu di antara kita, adakah kita merasa telah berkorban atau tidak.”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Maksudmu?”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> “Cinta telah tutup usia jika kita merasa telah berkorban untuk seseorang yang kita cintai. Karena orang akan melakukan apapun untuk cinta, tanpa pamrih dan tanpa merasa perih.”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Malam-malamku sendiri. Sunyi rebah berserakan di beranda, di kamar tidur, di mana-mana seolah menguntitku kemanapun aku beranjak. Ada hampa terhampar di sekelilingku ketika senja mulai menurunkan tirainya. Dan aku berharap kau tak mengalami hal yang sama. Karena aku tak merasa berkorban jikapun kau bermanja dengan semua yang ada dalam rumahmu. Karenanya, aku tak merasa sendiri.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style=""> Jangan berharap apapun dengan mimpi kita. Saat ini, mimpi ataupun kenyataan bagi kita tak ada bedanya. Sama saja.</span></p><p class="MsoNormal"><span style=""> Kita bisa memilih kenyataan, tapi kita tak bisa memesan mimpi, seperti kita tak juga bisa menghindarinya. Maka biar saja mimpi itu terbit, mengembara dalam kamar-kamar jiwa. Dan kita tak bisa membelokkan ke mana arahnya. Kita tak bisa memiliki kendali atasnya.</span></p><p class="MsoNormal"><span style=""> Mungkin kenyataan antara kita tak masuk logika. Tentu saja, maka tak usah dipikirkan karena inilah mimpi, tapi bukan juga imajinasi.</span></p><p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Teruslah tidur kalau kau mau, biarkan mimpi itu menyunggingkan bibirmu mengulas senyum. Biarkan jiwamu yang menyanyikan nada-nada mimpi. Karena otak saat ini tengah rehat.<br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:EN-US"> Esok hari mentari tetap akan bersinar sekalipun mendung membatasi.</span></p>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-34432303967349554162011-08-19T18:42:00.003+07:002011-08-19T18:49:07.179+07:00RINDU INI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqxmaFIU-bbbHGh3c-j7wKa1jvvBTuTVx_rVv7GtfDRPlx_tae5xXL64TXVnufJ86fAOMSrDrRPPts2LKVCJwSUAoL6pdOFJPHf6ybt6m5gey3oIjBzLbyQsUfZFLbmIND5atpilBhcxY/s1600/Kangen.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 145px; height: 191px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqxmaFIU-bbbHGh3c-j7wKa1jvvBTuTVx_rVv7GtfDRPlx_tae5xXL64TXVnufJ86fAOMSrDrRPPts2LKVCJwSUAoL6pdOFJPHf6ybt6m5gey3oIjBzLbyQsUfZFLbmIND5atpilBhcxY/s320/Kangen.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5642531332603136082" border="0" /></a><span style="" lang="EN-US">Akhir-akhir ini, makhluk yang bernama rindu rajin sekali mengunjungiku. Pagi hari dia membangunkanku, siang dia datang lagi menemaniku, malam dia menanarkan mataku serupa penampakan.</span><xml><w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"><w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"><w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"><w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"><w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"><w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"><w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"><w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"><w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"><w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"><w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"><w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"><w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"><w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"><w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"><w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"><w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"><w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"><w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"><w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"><w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"><w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"><w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"><w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"><w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"><w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"><w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"><w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"><w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"><w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"><w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"><w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"><w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"><w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"><w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"><w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"><w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"><w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"><w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"><w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"><w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"><w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"><w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"><w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"><w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"><w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"><w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"><w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"><w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"><w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"><w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="EN-US">Bukannya aku tak mau terusik kerinduan, karena kerinduan adalah riak-riak cinta dimana gelombangnya masih bergelora. Tak terbayangkan jika tak ada ombak kerinduan, pastilah di tengah samudra hati sana telah senyap dari gairah. Maka, aku inginmenikmatinya saja sebagai interlude sebuah lagu.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="EN-US">Tapi yang membuatku nelangsa, sayap rindu itu hanya mampu hinggap di bubungan atap kamarku. Dia tak sepenuhnya bisa terisap ke dalam jiwaku. Padahal, jika rindu itu dapat kubaca sepenuhnya, mudah saja bagiku untuk mengirimkan balasannya, kepadanya yang telah mengutus rindu ini menemuiku. Ya, kerinduan itu hanya bisa merembes melewati celah-celah genteng bocor, atau kisi-kisi jendela kamarku.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="EN-US">Ini masalahnya. Kamu saat ini begitu jauh, hingga kedua belah tanganku tak mampu menjangkaumu dalam rengkuhan. Padahal malam-malam ini begitu dingin, dan kamu pasti butuh pelukan.Padahal malam tadi begitu cerah, hingga gemintang menampakkan dirinya, kolosal sekali. Dan kamu pasti butuh diriku untuk menghitung jumlahnya.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="EN-US">Tapi sudahlah, kita telah sama-sama sepakat memilih rindu untuk mewakili cinta yang sebenarnya. Selama kita saling percaya bahwa rindu yang kita kirimkan takkan pernah menjadi hampa dan sia-sia, selama itu pula rindu ini akan teduh dan menyejukkan, bukan membakar seperti cemburu. Kita telah sepakat juga untuk hal itu.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="EN-US">Kusdar, aku tak bisa menemani kamu terbang karena banyak hal. Bagaimanapun sepinya diriku, juga dirimu, ingin kukatakan padamu,</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="EN-US">“Kulepaskan kamu untuk terbang sejauh yang kamu yakin bisa jangkau. Dan di sini, akan kubangun sarang yang tenang dan hangat untukmu, untuku, untuk kita.”</span></p>
<br /></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:latentstyles></xml>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-45850019665709342642011-06-20T07:40:00.005+07:002011-06-27T13:58:13.791+07:00Aku, Dia Dan Bintang<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl-O8YrObzcJ9BcN_B3hKIgxrO810dCSaJWeuC6M9Hp_3ZjEdl8wA14Q1ly-TQMwoKiHtfjhBrk5Ed111dvPdDkJ5nYRIshJe5k8G0HIF_KjwAWZa5bPm7VA7eoO8k399-XH81Hf3yLrA/s1600/Sunset.htm" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 220px; height: 165px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl-O8YrObzcJ9BcN_B3hKIgxrO810dCSaJWeuC6M9Hp_3ZjEdl8wA14Q1ly-TQMwoKiHtfjhBrk5Ed111dvPdDkJ5nYRIshJe5k8G0HIF_KjwAWZa5bPm7VA7eoO8k399-XH81Hf3yLrA/s320/Sunset.htm" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5620096330978213938" border="0" /></a> Aku tak bisa berkata tidak ketika cinta menemuiku saat itu. Dia kabarkan padaku bahwa dia berjanji untuk merengkuh jiwaku, menyemai gairah yang selama ini terlupakan dan hampir mati.<br /> <br />"Aku suka pantai... aku suka laut. Kamu bisa hirup aromanya kan? Tahu nggak, angin yang kaya, lautan yang luas, matahari yang melimpah, membuatku merasa bebas..."<br /> Dia terpekik kecil sambil merentangkan kedua tangannya seperti menyambut pelukan. Matanya terpejam, bibirnya menyimpulkan senyum.<br /><br />Ah, betapa Tuhan menciptakan perempuan ini begitu indahnya, lalu jika dipadukan dengan suasana pantai senja itu, sungguh aku ingin sekali menuliskan sebaris puisi untuk kemudian kulagukan dengan melodi yang indah.<br /><br /> Aku biarkan dia menggumuli kedamaian dan kebebasan yang sedang dipeluknya. Seperti seorang ayah yang memandang takjub buah hati pertama yang baru saja dilahirkan, kupandangi wajahnya dengan penuh pesona. Kukagumi garis wajahnya yang membiaskan cahaya tanpa dosa.<br /> <br />"Pulang yuk...! Sebentar lagi malam..." ajakku setelah mengusap rambut di kepalanya seperti mengusap kepala anak kecil.<br /><br /> Dia mengangguk , dan kami bergandengan tangan menyusuri pantai yang memerah karena bias jingga senja, dan sosok kami melukiskan siluet, sementara jejak kaki kami di pasir mengular membuntuti kami.<br /> <br />Laut sedang pasang ketika kami tiba di dermaga sehingga kaki-kaki kami bisa menyentuh air saat duduk di tepi dermaga yang diapit dua pohon nyiur. Hening, hanya suara riak kecil ombak, nyanyian daun pepohonan dan kepak sayap camar yang terbang pulang.<br /><br />Matahari baru saja meredupkan cahayanya, tenggelam dalam pelukan cakrawala. Perlahan, cahaya bintang mulai berpendar berganti memberikan sinarnya.<br /> <br />"Aku suka malam..." kataku.<br /> <br />"Kenapa? Aku lebih suka siang, lebih suka mentari..."<br /> <br />"Malam memiliki bintang, dan bagiku kamulah bintang. Bintang dalam hatiku. Aku bisa puas memandangnya saat malam seperti ini. Dan jika cinta adalah bintang, aku inginkan malam berjalan lebih lama, agar akau bisa tetap bersama cahayanya."<br /> <br />Dia menatapku, aku balik menatap bening samudra di matanya. Kurengkuh bahunya, dan kurebahkan kepalanya di bahuku. Lalu kubisikkan kepadanya,<br /> <br />"Tapi aku juga suka matahari, kamu suka menyebutnya mentari. Dia memberikan sinarnya sehingga bintang dapat bercahaya."<br /> <br />"Dengan tulus..."<br /> <br />"Ya, dengan tulus. Tanpa matahari, bintangpun akan mati. Aku mau jadi kedua-duanya. Bisa memberi dengan tulus, bisa menerima dan membagi cahaya."<br /> <br />Dia merepatkan pelukannya di pinggangku.<br /> <br />"Kamu suka laut?" tanya dia memecah kesunyian.<br /> <br />"Aku suka gunung..."<br /> <br />"Kenapa?"<br /> <br />" Sejuk, hijau dan di puncaknya akupun bisa meretas kebebasan. Ya, seperti kamu menikmati kebebasan saat di pantai."<br /> <br />Matanya terpejam, kepalanya terbenam di dadaku. Kaki kecilnya berayun-ayun dari bibir dermaga, menciptakan kecipak air.<br /> <br />"Aku menikmati saat-saat dengan kamu, di manapun kamu mengajakku," desahnya.<br /> <br />"Ya, denganmupun aku bisa belajar menyukai pantai. Karena lautlah yang memberikan uap airnya dan kemudian menyirami gunung dengan curahan hujan."<br /> <br />"Dan gunung menjernihkan airnya, lalu mengalirkan kembali ke pantai."<br /> <br />"Dengan ketulusan dan kasih sayang...."<br /> <br />"Aku mau jadi kedua-duanya...." bisiknya pelan.<br /> <br />Kemarin , cinta memperkenalkan perempuan ini ke dalam hatiku , dalam sekejap. Ya, begitu saja. Hingga sekarang aku menyadari betapa aku mencintainya, menyadari bahwa aku telah menumbuhkan benih kasih yang cinta berikan. Dan aku tak bisa membayangkan jika dia harus tercerabut dari hatiku.<br /> <br />"Aku menyayangi kamu setulusnya, dan aku juga menyayangi diriku sendiri karena diriku telah berani mencintaimu." Kuyakinkan padanya bahwa dia telah menggenggam separuh hatiku.<br /> <br />"Aku mau jadi dirimu yang tulus memnerikan cinta, aku mau jadi diriku yang bahagia dicintaimu."<br /> <br />Malam terus beranjak, kaki-kaki kami melangkah menjauh meninggalkan dermaga, untuk satu hal. Akan kami bagi lebih banyak cerita.<br /> <br />Aku menoleh sejenak memandang bintang dan tersenyum. Kini aku telah memiliki bintangku sendiri, seorang yang saat ini kugenggam tangannya, kubimbing menuju satu janji.Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-800034116186723052011-05-05T12:22:00.003+07:002011-05-05T12:48:55.816+07:00Bait 2 - Pisau Lipat<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPPc3jeZrroLEwanoS2jRDJnWXJ3iN9j7qH5NTOdR0hgDffiO4hvco5Hq_e4v_D2d6L3tZYkANL6YRZ4JAV1bkAEhVTZ958dyh4JmzMgEWMYKYr9TjgEjLG1FfeEIdIAGwp8lJik2VWTc/s1600/wayang-kulit-jawa.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 119px; height: 199px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPPc3jeZrroLEwanoS2jRDJnWXJ3iN9j7qH5NTOdR0hgDffiO4hvco5Hq_e4v_D2d6L3tZYkANL6YRZ4JAV1bkAEhVTZ958dyh4JmzMgEWMYKYr9TjgEjLG1FfeEIdIAGwp8lJik2VWTc/s320/wayang-kulit-jawa.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5603104852058549010" border="0" /></a><br />Matahari merah tembaga, seperti bara ujung rokok yang sedang dihisap. Semburatkan cahaya jingga berselaput mega serupa asap yang mengepul. Sebentar lagi, matahari tinggal separuh. Biasanya cahayanya akan digantikan pijar lampu-lampu jalan, yang menyala dengan sendirinya, tanpa ada yang menyalakan saklarnya.<br /><br />Pikiranku melayang ke masa SMP. Guru elektronikaku pada saat itu menjelaskan bahwa lampu itu dilengkapi sensor elektronik yang akan mendeteksi cahaya. Saat sensor itu menangkap kegelapan, secara mekanis sensor akan memicu konduktor yang akan mengalirkan arus listrik. Maka lampu akan menyala.<br /><br />Bersama teman-temanku saat itu, kami mempelajari dan mempraktekkannya, dengan sirkuit yang kami buat sendiri melalui skema yang diberikan guru elektroniku itu. Ah, aku tersenyum kecut. Itu sudah berlangsung lama sekali, saat aku baru menginjak remaja, saat pikiranku –dan teman-temanku juga –masih dipenuhi pengharapan yang besar akan kehidupan yang menggairahkan, akan janji-janji dan pujian yang ditebar negeri ini.<br /><br />Aku menekuri diriku sekarang. Pisau lipat masih dalam genggamanku, basah karena keringat yang membanjiri telapak tanganku. Gelisah menunggu sesuatu. Antara gelisah dan geram. Pandangan mataku serupa cahaya merah, seperti darah yang mengalir cepat di balik kulitku. Deras, lantaran jantung memompanya dengan cepat.<br /><br /><span style="font-style: italic;">"Cinta satu malam, oh indahnya"</span><br /><br />Suara nyanyian yang keluar dari radio butut dari dalam warung kopi dimana di atas bangku terasnya pantatku mendudukinya. Aku masih mengamati bangunan di seberang jalan. Dengan pisau lipat dalam genggaman, dengan pandangan yang berwarna merah.<br /><br /><span style="font-style: italic;">"Cinta satu malam, buatku melayang"</span><br /><br />Kebahagiaan hidupku hinggap seperti kerjapan mata, seperti cinta satu malam di antara kemuraman sepanjang tahun. Tetapi aku bersyukur. Jangan kau kira tidak!<br /><br />Seorang penjual tape keliling berwajah kocak bersiul-siul pulang memikul keranjang bambu yang bobotnya sudah menjadi lebih ringan, karena hampir habis terjual. Dan tanganku masih menggenggam pisau lipat yang berkilat-kilat ketika kuperiksa ketajamannya.<br /><br />Tadi pagi, saat berangkat dari rumah, kukira sore ini aku akan duduk di atas sepeda motorku yang melaju santai dengan siulan yang riang, dengan tatapan mata penuh warna. Mungkin mirip dengan bapak penjual tape tadi.<br /><br />Aku masih mengkhayalkan itu ketika sebuah mobil keluar dari gedung di seberang jalan. Gedung angkuh yang sedari tadi aku amati sejak masih ramai, sampai sepi berselimut gelap, sekarang ini. Dengan memperpanjang isapan terakhir, rokok aku banting kemudian aku injak. Dadaku bergemuruh lantaran berdebar-debar.<br /><br /><div style="text-align: center;">*****<br /></div>Debaran jantung, bagiku sudah tak memiliki rasa, hambar. Hanya seperti gatal kecil di ujung hidung yang akan beres dengan sekali garuk. Telah lama aku akrab dengan debaran jantung.<br /><br />Dia kerap mengunjungiku, dan intensitas kedatangannya akan semakin sering menjelang ketika akhir bulan tinggal beberapa hari. Hanya, aku trauma dengan suara motor yang berhenti di depan rumah. Seperti buronan yang bersembunyi dalam toilet pasar, sementara massa memburu dengan pentungan, preman berhamburan dengan celurit dan badik, serta aparat melacak dengan menenteng pistol.<br /><br />Padahal massa hanya mengejar seekor kucing garong yang menggondol ikan pindang dari bakul Mbok Yem. Padahal preman hanya sedang melarikan diri karena dikejar aparat karena baru saja terlibat tawuran memperebutkan daerah kekuasaan. Dan padahal... padahal motor yang berhenti di depan rumah hanya akan menanyakan alamat.<br /><br />Tapi aku, tetap saja berdebar. Sudah seringkali pengendara motor yang berhenti di depan rumah menggedor-gedor pintu dengan nada :<br /><br />"Hei.... buka pintu! Aku tahu kamu ada di dalam! "<br /><br />Lalu aku menciut dalam intimidasi cecunguk demi cecunguk yang berangasan, atas nama tugas dan pekerjaan. Atas nama target.<br /><br />Lalu, saat di jalan, aku trauma dan gentar dengan pengendara-pengendara motor berbadan tinggi besar, berjaket kulit, bersepatu kulit mengkilap dan menyandang tas kerja warna hitam, beberapa di antaranya telah berwarna semu merah saking bututnya.<br /><br />Lalu, di warteg aku kembali bergidik duduk di atas bangku yang dikerumuni mereka. Dengan menu yang sama denganku, mereka mengunyah nasi campur murah meriah. Hanya, rokok yang mereka isap berbeda. Mereka hanya membakar lintingan tembakau mahal, dengan merek bergengsi.<br /><br />Aih,... ternyata mereka sebetulnya sama berhematnya denganku. Itu berarti sama miskinnya denganku. Maka jelas, kapitalisme telah menghadapkan golongan yang sama-sama miskin untuk berkonfrontasi. Satu pihak mengintimidasi, sementara pihak lainnya terintimidasi. Sedemikian rupa, sehingga yang terintimidasi tersuruk-suruk, pontang panting tanpa tempo sedikitpun, demi memberikan poin dari target yang dibebankan oleh cecunguk di atasnya.<br /><br />Mereka ini yang direkrut untuk mengatakan :<br /><br />“Tidak bisa..!”<br /><br />“Harus sekarang, ya harus sekarang, besok sudah susah untuk menembus sistem”<br /><br />Mereka itu haruslah bergelar sarjana, agar fasih mengucapkan istilah-istilah rumit. Bukankah yang harus diintimidasi juga masyarakat kelas kambing yang mudah dibohongi lantaran congek dan tak pernah kenal kata kelas atas? Kalaupun mereka menemukan kaum intelek, mereka harus bisa main gertak dengan istilah-istilah yang makin kisruh lagi.<br /><br />Namun herannya, jika sudah tersuruk ke sudut, dimana mereka tidak bisa lagi berlari atau berkelit, mereka mengandalkan ilmu dari jaman purba. Inilah yang akhirnya mereka pilih, tinju mereka bisa melayang ke mana saja. Bukankah ini cara purba yang hanya dilestarikan oleh binatang? Anjing!<br /><br />Sementara mereka yang berhati baik, jujur, memiliki nurani? Tertatih tatih menapaki lantai kantornya, kemudian tejengkang ke luar terlibas kegagalan memenuhi target.<br /><br /><div style="text-align: center;">*****<br /></div><br />Mobil itu masih menunggu celah untuk memasuki jalan, ketika aku bergegas menghampirinya, dan menggedor jendela pengemudi. Ini orang yang aku tunggu dari siang hingga sore. Tanganku masih menggengam pisau lipat. Kemudian kutarik dompet dari saku celana belakangku. Kuambil rokok terakhir yang telah gepeng dalam lipatan dompet.<br /><br />Pagi tadi, aku berangkat dengan serantang nasi dengan lauk telur dadar yang dimasak istriku untuk bekal makan siang. Ditambah tiga batang rokok. Satu untuk teman minum teh awal bekerja, satu jatah sehabis makan siang dan satu lagi rokok terakhir sore hari.<br /><br />Rokok pertama telah aku hisap sewaktu menunggu antrian. Rokok kedua bukan menjadi penutup makan siang, karena rantang nasiku entah ke mana. Kunyalakan rokok terakhir.<br /><br />“Santai saja bos! Masih ingat saya?” Orang itu melotot geram. Pasti dia masih ingat aku.<br /><br />“Hei...! Masih ingat saya?” Ulangku sambil menghunus pisau lipat sambil tetap tenang menghisap rokok, seperti layaknya pembunuh yang telah berkali-kali meregangkan nyawa banyak orang. Orang itu menciut gemetar.<br /><br />Siang tadi aku datang ke kantor ini ini untuk membayarkan angsuran sepeda motorku. Ada tunggakan satu kali, dan bulan ini belum jatuh tempo. Kasir menolakku ketika aku akan membayarkan satu kali angsuran. Seperti pesakitan, aku diminta menghadap orang yang sekarang dalam todongan pisauku. Tanpa kesempatan sedikitpun bagiku untuk membela diri, aku diminta menandatangani selembar kertas yang aku tak tahu apa isinya, karena aku tak boleh membacanya.<br /><br />“Saya pinjam STNK dan kunci motor anda.” Kata orang itu siang tadi.<br /><br />“Harus kami cek dulu kondisinya.”<br /><br />Aku yang merasa tidak pernah merubah sedikitpun spesifikasi motorku, menyerahkannya tanpa kecurigaan apapun.<br /><br />“Sesuai aturan dan perjanjian, motor anda titipkan dulu kepada kami, dan bisa diambil kalau anda membayar satu angsuran lagi.”<br />Aku kaget.<br /><br />“Setengah jam lagi saya kembali, saya bayar dan motor saya ambil kembali, sesuai dengan yang bapak katakan tadi.”<br /><br /><div style="text-align: center;">*****<br /></div><br />Bangsat! Orang tadi tak bisa aku temui. Padahal aku sudah membawa uang sesuai yang dia minta. Teman-teman sekantornya tak bisa memberikan keterangan di mana dia berada. Sementara merekapun tidak mau menanggapi urusanku.<br /><br />“Saya sedang di luar kota, silahkan anda ambil motor anda kalau anda sudah melunasi secara keseluruhan sampai lunas.” Si bajingan itu berkata setelah aku berhasil meminta nomor ponselnya dari seorang karyawan yang tampaknya bersimpati kepadaku. Sampai lunas? Bukankah yang dia minta tadi satu kali angsuran lagi?<br /><br /><div style="text-align: center;">*****<br /></div><br />“Tampaknya luar kota itu masih di dalam kantor kamu ya?” Kataku sambil menghembuskan asap rokok ke mukanya.<br /><br />“Aku datang tadi pagi dengan iktikad baik untuk memenuhi kewajibanku, tapi kamu memang tengik. Apa yang kamu makan tadi pagi? Bangkai bayi? Atau mungkin kamu makan juga bekal makan siangku? Dasar cecunguk! Kalau anak buahmu yang mencegatku di tengah jalan, kemudian merampas motorku karena aku mangkir dan susah ditemui, itu baru hak kamu.”<br /><br />Kukira, orang ini lebih busuk daripada pesuruh-pesuruhnya yang berkeliaran di jalanan dan hinggap dari rumah ke rumah seperti pengemis. Karena dia orang yang menyuruh lelaki-lelaki tinggi besar berjaket kulit merebut motor-motor orang kecil tanpa peduli kesusahan yang dialami pemiliknya.<br /><br />“Anda sudah menandatangani perjanjian dulu, lalu siang tadi, maka itu yang kami lakukan...” Lalu mulut bejatnya bicara panjang lebar berbui-buih hingga lidahnya menjulur-julur meneteskan liur yang baunya serupa kubangan babi. Najis.<br /><br />“Kamu tidak sedikitpun menghargai iktikad, apalagi kesusahan orang. Apa kamu peduli itu? Yang kamu pentingkan hanyalah kedudukanmu, perutmu sendiri yang kuyakin dipenuhi belatung. Oh oh oh, kuyakin itu tak menjadi masalah buatmu. Biar perut kamu busuk dan mulut kamu bau comberan, yang penting bos kamu menganggap kamu berprestasi. Atau jangan-jangan itu masuk kantong kamu sendiri?”<br /><br />Kudekatkan pisau lipatku ke lehernya. Pasti dulunya dia pernah di jalanan juga, seperti cecunguk-cecunguk di bawahnya. Karenanya dia mencoba melawan, hingga pisau menggores sedikit lehernya.<br /><br />Aku yakin, aku harus membunuhnya. Tapi bagaimana dengan anak istrinya? Aku juga yakin mereka akan bertangisan di samping jasad yang telah kurobek jantungnya. Aku ragu. Tapi pasti ini akan menyelamatkan keluarganya dari makan makanan kotor, yang dibeli suami dan ayahnya dengan uang haram, dengan keringat dan air mata orang-orang sepertiku. Atau air mata darah seorang kakek yang bersamaku tadi siang juga mengalami nasib serupa, saat dia meminta surat pengantar untuk perpanjangan STNK motornya, sementara sang kakek memiliki tunggakan satu kali. Biadab!<br /><br />“Atas nama diriku, dan kakek-kakek yang tadi siang kau zalimi, aku harus menghabisimu.” Nada bicaraku agak bergetar, pandangan mataku menjadi semakin merah. Pekat. Aku belum pernah membunuh. Bagaimana bisa aku membunuh, sedangkan dengan kekerasan sedikit saja aku takut bukan kepalang.<br /><br />Tapi aku percaya bisa menikam jantung bajingan ini, meskipun aku tak percaya aku bisa berbuat kasar. Tapi persetan dengan keyakinan itu, karena dulu aku juga tak percaya apakah orang bisa sedemikian licik seperti anjing ini. Seperti halnya aku percaya bahwa orang harus selalu optimis, segala hambatan pasti akan ada jalan keluarnya. Tapi nyatanya, aku kerap dibohongi oleh optimisme, oleh keyakinanku sendiri. Konyol!<br /><br />Segala cobaan pasti ada hikmahnya. Hahaha, itu hanya penghiburan. Nyatanya, aku sering terjerembab, tersungkur karena cobaan, sementara hingga kini aku masih mengais-ngais hingga jari-jariku berdarah, di manakah hikmah yang kalian maksudkan, hah?!<br /><br />Ya, aku yakin akan menghabisinya, tidak ada alasan lain, orang seperti ini harus dilenyapkan. Tanganku yang menggenggam pisau tajam itu langsung menusuk, dan merobek. Tapi bukan di jantungnya atau bagian tubuhnya, melainkan jok mobil yang dikemudikannya. Aku tak bisa membunuh. Tapi aku ingin.<br /><br />Melihat aku merobek jok mobilnya denga pisau lipatku, orang itu mengira tikamanku meleset dari yang seharusnya ke dadanya. Maka dia berusaha menginjak gas mobilnya, berusaha melarikan diri. Aku kalap dan mengejarnya, lalu berdiri tepat di depan moncong mobilnya dan kemudian menikamkan pisauku lagi di atas kap mobilnya. Entah emosi atau kalut, bajingan itu menginjak kembali gas mobilnya.<br /><br />“Krek...” Ada sebuah bunyi dari pinggangku, lalu aku terkapar di tepi jalan di depan moncong mobil. Pinggulku retak dihajar bumper Kijang, ya mobil cecunguk itu.<br /><br />Seketika orang berlarian ke arah kami. Orang-orang itu lalu menarik bajingan itu ke luar dari mobil. Pukulan, tendangan, pentungan dan entah apa lagi menghujani orang itu.<br /><br />“Hajar terus keparat ini!” Teriak seseorang.<br /><br />“Bantai! Mentang-mentang kaya, naik mobil seenak pusernya sendiri!”<br /><br />“Hajar biar tau rasa!”<br /><br />“Rasain nih...!”<br /><br />Tidak ada yang memperhatikanku yang terkapar nyaris pingsan. Mereka terlalu sibuk menghajar keparat itu, juga mobilnya. Hingga antara sadar dan tidak karena rasa sakit yang luar biasa di pinggangku, yang membuatku mati rasa dan beku dari pingang ke bawah, sebuah bayangan menghampiriku, secepat kilat.<br /><br />Sosok tubuh itu tinggi besar, berpakaian serba putih dengan kulit yang bercahaya, menyilaukan. Sosok ini memeluk pinggangku dengan sebelah tangannya, seperti menenteng selembar handuk, ringan sekali. Kemudian melesat secepat kedipan mata. Membumbung ke atas melewati pucuk-pucuk pohon mahoni peneduh jalan.<br /><br />Kulihat keparat yang tadi dihajar masa sudah layu, menggelesot seperti cucian basah dengan bertumpu pada kedua lutut, kepalanya terkulai pada ban depan yang berada pada posisi membelok, sementara tangannya terkulai ke tanah. Mobilnya ringsek, seringsek wajah dan tubuhnya. Sementara massa yang tadi menghajar mulai saling bertanya.<br /><br />“Di mana korbannya?”<br /><br />“Iya, di mana korban yang tadi ditabrak? Tadi dia ada di kolong sini.”<br /><br />Demi mendengar sirine mobil polisi, mereka menghilang. Sepi. Hujan mulai turun, membuat tanah memerah karena darah. Darah yang harus tumpah karena amarah. Amarah yang harus menggelegak karena serakah.<br /><br />Aneh, bersama sosok yang menggendongku, aku tak merasakan rintik hujan. Aku dibawanya melesat, sejajar dengan lampu-lampu jalan yang padam satu per satu seiring dengan kelebat sosok yang membawaku. Setengah sadar aku sempat berpikir. Mungkin karena benderang putih sosok ini, sensor lampu mengartikannya sebagai sebuah cahaya yang dikiranya siang, hingga lampu mati. Atau mungkin sosok ini memiliki gelombang frekuensi yang mengacaukan sistem otomatis lampu. Ah, mungkin juga lampunya memang sudah harus diganti.<br /><br />Sosok ini membawaku semakin jauh, ke padang luas yang kesemuanya berwarna hijau. Seperti siang hari, tapi kesejukannya seperti pagi hari, sedangkan keheningannya seperti malam hari. Aku ternganga terkulai dalam pelukan sosok yang tanpa henti berkelebat semakin jauh.<br /><br />“Apakah aku sudah mati?” Aku bertanya kepada sosok yang menentengku.<br /><br />“Di manakah aku? Apakah aku sudah tak berjasad lagi?” Aku berusaha melirik ke tubuhku. Karena aku tak merasakan lagi rasa sakit di pinggulku yang tadi remuk.<br /><br />“Kalau aku sudah mati, lalu kemanakah kau akan membawaku? Surga, atau neraka?”<br />Namun sosok itu masih tetap saja diam. Yang dilakukannya hanyalah terbang, dan terbang sambil terus memelukku erat.<br /><br /><div style="text-align: center;">*****<br /></div><br />Bukan aku yang membunuh manusia zalim keparat tadi sore. Tapi secara tidak langsung aku harus bertanggung jawab. Apa dayaku, kukira akupun sudah mati. Mati dalam pertaruhan membela martabat dan harga diri. Apakah aku berhak menyandang mati syahid karenanya?<br /><br />Optimismeku yang kupelihara di dunia ikut ke sini. Tapi betulkah optimismeku di akhirat tak akan dibohongi, seperti halnya optimismeku di dunia yang selalu mangkir memberikan solusi?<br />Kecuali tadi sore dimana jiwaku berhasil memberontak, di dunia aku terlalu sering pasrah. Sekarangpun aku hanya bisa pasrah. Itu jalan yang biasa kuambil ketika segala kewajiban sudah kutunaikan tetapi apa yang menjadi hakku tak kunjung kuterima.<br /><br />Sosok putih bercahaya masih saja berkelebat. Tangannya erat memelukku pinggangku. Mungkin dia hanyalah pendekar sakti yang mencoba menyelamatkanku dari kesakitan dan keletihan hidup?<br /><br />Tapi ya, aku lelah. Letih.<br /><br />Lamat-lamat kudengar sebait tembang macapat yang sering disenandungkan nenekku saat aku kecil ketika malam menjelang tidur sambil mengusap-usap kepalaku. Pucung.<br /><br /><strong style="font-style: italic;">"Angkara gung, neng angga anggung gumulung<br />Gegolong nira, triloka lekere kongsi<br />Yen den umbar ambabar dadi rubeda"</strong><br /><br /><span style="font-weight: bold;">(Sifat angkara murka itu berada di dalam pribadi, Sesuai dengan tingkatan Anda, Ia meliputi tiga dunia, Bilamana dibiarkan, akan mendatangkan malapetaka)</span><br />Letih, semakin letih, membuatku mengantuk , seperti bayi dalam buaian sambil menghisap puting ibunya.<br /><br />Aku lelah, aku ingin tidur. Pasrah, kapanpun dan dimanapun aku akan bangun.<br /><br />Awal April 2011Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-61918884625898455992011-04-28T11:28:00.009+07:002011-04-29T14:11:26.047+07:00Bait 1 - Pinjami Aku Jiwanya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUewttADyW6M5cQxUqTdSTzx6RNTyyLKHX9drSKvlVTFTdVabf-StlE_cRs6gpVt1GZP2YRQ7lUoT9NB4isVsSNdBZf1rPo-2Ho1zts0FGKAsF_cMY23eRgxXkhllhV1WpdqUK1UdcZf0/s1600/aeta-kids-running-rain.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 237px; height: 158px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUewttADyW6M5cQxUqTdSTzx6RNTyyLKHX9drSKvlVTFTdVabf-StlE_cRs6gpVt1GZP2YRQ7lUoT9NB4isVsSNdBZf1rPo-2Ho1zts0FGKAsF_cMY23eRgxXkhllhV1WpdqUK1UdcZf0/s320/aeta-kids-running-rain.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5600505740923305714" border="0" /></a> Bukan dingin, hanya sejuk. Adem, ketika hujan sore hari membasuh bumi yang bersukacita menyambut tetes-tetesnya, ketika sekawanan anak kecil berlarian. Riang ke tanah lapang.<br /> <br />Mereka bercanda, berkejaran, saling tertawa lepas, seperti bunga mataharai siap mekar yang berayun disaput titik-titik hujan. Semuanya di depan mataku.<br /> Harus kuakui, aku iri kepada mereka yang kini sedang berloncatan di atas rerumputan basah serupa karpet lembut mengalasi kaki-kaki kecilnya.<br /><br />Ah,... andai saja dapat kupinjam jiwa mereka, sebentar..... saja. Sedetikpun tak mengapa, asal dapat kurasa hatiku kembali remaja, belia.<br /><br />Tolong pinjami aku jiwamu, hingga kurasa ruh yang menopang ragaku cukup perkasa kembali menegakkan bahu dan punggungku. Bolehkah kupinjam sejenak jiwanya, sesaat saja? Sedetikpun sangat membantu bibirku tersenyum.<br /> Agar kutahu bagaimana rasanya dicemaskan ketika tak nampak bayanganku memasuki pintu pagar saat senja beranjak. Agar kuingat kembali bagaimana aroma citarasa harapan, ketika sekarang ini aku merasa waktu dan kesempatan telah melarangku memiliki cita-cita.<br /> <br />Bolehkah kupinjam kaki mereka, agar aku dapat melangkah mengambil satu mata angin atau berbelok ke mana saja aku mau. Bolehkah kupinjam tangannya, agar dapat kutorehkan warna apapun yang kusuka. Bolehkah kupinjam bening bola mata mereka agar dapat kulihat dan kupilih bintang manakah yang akan kuraih?<br /> <br />"Pulanglah dik... ayah ibumu menunggu kalian. Pasti mereka cemas akan diri kalian."<br /> <br />"Sebentar saja lagi kak, kami masih ingin bermain."<br /> <br />Lalu hujan semakin deras. Gelegar petir akhirnya membuat mereka untuk melangkahkan kaki. Pulang. Sebagian dari mereka mungkin akan kena marah orang tuanya. Andai saja itu terjadi padaku, pasti kurasa itu akan jauh lebih baik, karena kutahu itu adalah cinta. Setelah itu, pastilah meraka akan didekap dalam pelukan dan selimut tebal yang hangat.<br /><br />Dan cinta terbiasa bicara dalam banyak bahasa. sering terdengar lembut, merdu berirama, terkadang membuai. Tak jarang cinta juga berbicara dalam nada dan bahasa yang tak bisa dipahami, seperti hasrat atau bahkan kemarahan, serupa kemarahan orang tua terhadap anaknya lantaran terlalu banyak bermain hujan-hujanan.<br /> <br />"Kami mencintaimu, kami tak ingin kehilanganmu. Maka jangan bermain hujan-hujanan. Kami khawatir kamu jatuh sakit." Ketika aku dewasa, baru kutahu bahwa itulah tafsir kemarahan orang tua. Karena cinta? Aku percaya, iya.<br /><br />Maka karena cinta jugalah aku tak ingin orang tuaku tahu meski aku terluka, terjerat atau bahkan sekarat. yang kutahu, hanya itu balasan atas cinta mereka, yang bisa kuberikan selain beberapa kebanggaan yang pernah kumahkotakan, dulu.....sekali.<br /><br />Aku tak dapat meminjam jiwa anak-anak tadi. Sama seperti aku tak dapat mengubah aliran air dari laut naik ke pegunungan, dar hilir menuju hulu. Sama seperti mustahilnya kutanam pohon terbalik, dahan dan rantingnya menghunjam tanah dan akarnya menjulang ke langit. Sama tidak mungkinnya dengan keinginanku untuk memutar kembali sang waktu dan kutambal semua lubang karena kesalahan.<br /> <br />Kini aku di sini. Tak adakah lagi harapan? Kakiku perih, tersayat jalanan, hingga guyuran hujan membenamkan mata kakiku dalam genangan yang memerah karena darah. Tapi aku masih harus dipaksa melangkah. Tanganku melepuh, dipaksa bekerja siang malam, tak ada waktu untuk membalutnya dan beristirahat. Bahuku bengkak, punggungku bengkok, terbebani hidup... dan juga dosa.... yang menghitamkan mukaku.<br /> <br />Ah.... dadaku sesak. Kurentangkan kedua tanganku, sementara kepalaku menengadah. Mataku terpejam, tak mau lagi kubuka. Aku tak mau melihat parade mimpi. Karena jangankan mimpi, harapanpun seringkali menghianatiku, membohongiku mentah-mentah.<br /> <br />"Semua omong kosong...!! Bulshit...!!!"<br /> <br />Lalu aku berteriak sekuat nafasku, menantang semuanya.<br /> <br />"Kenapa? Meski telah banyak dosa yang kuperbuat, sedemikian bencikah kalian kepadaku? Sampai-sampai kalian selalu bersekongkol untuk menjegal setiap langkahku mengejar mimpi? Apalagi yang akan kalian perbuat hah.....?! Membuatku mati? Merenggut jantungku? Menghajar pikiranku hingga aku tak dapat lagi berpikir dan berharap?"<br /> <br />Mereka, hujan itu, angin itu, petir itu berbicara sendiri-sendiri dengan bahasa yang tak dapat kumengerti. Atau mungkin saja merekalah yang tak mengenal apa yang aku ucapkan.<br /> <br />"Hahahahaha....." Aku tertawa keras, seperti orang yang sudah tidak waras. Aku tak dapat lagi menangis karena rasa sakit. Aku hanya bisa menangis ketika melihat kebaikan dan ketulusan.<br /><br />Itu lebih baik bagiku. Tetapi mungkin lebih baik lagi kuterus tertawa tanpa alasan. Agar gerombolan orang yang mengejarku dengan pena, dengan secarik kertas, dengan tinju dengan parang, celurit dan pistol berbalik arah.<br /> <br />"Sia-sia saja mengejar-ngejar tanggung jawab kepada orang yang sudah gila..." Tak mengapa seandainya akhirnya mereka ucapkan kata-kata itu padaku, ditambah beberapa tembakan ludah, cukuplah.<br /> <br />Atau sebaiknya kulawan saja mereka dengan tanganku? Agar tinju mereka melayang di wajahku, parang menebas pinggangku, celurit menjerat leherku atau pistol menyalak, melesatkan peluru yang menembus jantungku. Lalu aku mati,.....dan....selesai.<br /> <br />Aku letih. Hujan masih belum berhenti. Di sebuah rumah sederhana, seseorang menyalakan api unggun di tengah ruangan yang kosong, tak lagi berisi perabotan apapun.<br /> <br />Secangkir kopi telah diseduh dan disiapkan. Mungkin untukku.<br /> Sehelai sarung, baju koko dan kopiah telah dijejerkan. Mungkin untukku.<br /> Sehelai handuk kering telah disampirkan di pegangan pintu. Mungkin untukku.<br /> Beberapa lembar kain tengah diguntingnya. Mungkin untuk membalut lukaku, seperti biasa.<br /> Selembar tikar telah digelar di sisi api unggun yang hangat. Mungkin untukku, dan dia.<br /> Sekerat hati telah dibuka dan dihangatkan dalam jiwanya. Pasti itu untuk mimpi-mimpi dan harapan serta rencana yang sering kutiupkan hingga mulutku berbuih.<br /><br /> Bodoh sekali...! Hanya dia yang masih percaya tentang cetak biru masa depan yang akan kubangun. Namun, harus kuakui, aku masih memiliki cinta yang membekaliku setiap fajar, dan menungguku setiap senja.<br /> <br />Aku letih, sementara aku masih menjadi buronan.<br /><br />"Entah sampai kapan..."Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-24931183427551061972011-04-02T13:04:00.002+07:002011-04-02T13:14:04.475+07:00CATATAN DIALOG BUDAYA BERSAMA EMHA AINUNNAJIB<span style="font-family: arial; font-weight: bold;">Dalam Rangka Ulang Tahun Kota Pekalongan Ke 105</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">31 Maret 2011 Jam 1 siang, saat itu GOR Jatayu Kota Pekalongan diramaikan dengan Pameran Buku dengan tajuk “Pekalongan Sejuta Buku” yang berlangsung mulai 30 Maret hingga 5 April 2011.<br /><br />Jika saya melangkah ke sana untuk hunting buku, itu pasti. Namu siang itu saya datang secara khusus untuk mengikuti Dialog Budaya dalam rangka Ulang Tahun Kota Pekalongan ke 105.</span><br /><span style="font-family: arial;">“KATA DENGAN KATA-KATA BERBAGI RASA MEMBANGUN MAKNA”, adalah tema yang melingkupi dialog budaya ini. Maka nuansa yang tercipta menjadi dialog yang cair, santai namu harus diakui sarat dengan makna.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Emha Ainunnajib (Cak Nun) yang menjadi pembicara dalam acara ini hadir bersama Walikota Pekalongan, dr. HM Basyir Ahmad dan juga EH Kartanegara (sastrawan Pekalongan). Cak Nun adalah Cak Nun, dia hadir dengan balutan pakaian yang sederhana, dengan kaki yang beralas sendal kulit. Dengan bungkusan tersebut, Cak Nun terasa bebas berbicara ke mana saja tanpa beban dari atribut apapun.<br /><br />Maka Bung Karta tak mau kalah, hadir dengan kemeja putih yang kancingnya disematkan hingga leher, bersarung dan berpeci, mirip dengan sosok-sosok yang aku lihat dalam foto-foto jadul.</span><br /><span style="font-family: arial;"><br />Seperti biasa, Cak Nun berbicara blak-blakan tanpa pretensi apapun. Namun ini yang membuat suasana menjadi segar. Sesuai denga tema, cak Nun memaparkan contoh-contoh kata yang sama namun berbeda makna, juga banyak kata yang memiliki arti yang sama. Semua bergantung kepada konteks kalimat dan subjek dimana kata itu melekat. Namun demikian, dengan kelakar khasnya, sebuah kata juga bisa terpeleset tetapi bermakna serupa. Seperti kata “kafir”, jika diambil huruf konsonannya saja menjadi “k-f-r” yang diplesetkan ke dalam bahasa Inggris menjadi ”c-v-r” ditambah huruf vokal sana sini, akan menjadi “cover”. Kafir, yang dalam bahasa Arab bisa bermakna menutupi (kebenaran) bisa bermakna sama dengan “cover’ yang dalam bahasa Inggris juga berarti tutup.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Masih banyak olah kata cerdas yang terkuak di situ. Lalu berbicara tentang makna, Cak Nun dan semuanya sepakat bahwa Allah, dengan nama dan dzat-Nya adalah hal yang mutlak menjadi nomor satu. Allah ada di mana saja, dan di sinilah kita bisa memanggil Allah dengan “Engkau”, “Dia” atau bahkan “Aku”.</span><br /><ul><li><span style="font-family: arial;">Ada di depan kita, manakala kitasedang shalat atau berdoa. Maka tak ada orang yang memalingkan muka saat melakukan shalat atau berdoa. Karena Allah ada di hadapan kita. Karenanya kita menyebul Allah dengan Engkau.</span></li><li><span style="font-family: arial;">Allah melihat kita, meskipun kita tak melihatnya. Saat itu, bisa jadi kita sedang beraktifitas, bekerja. Maka, Dia mengawasi kita.</span></li><li><span style="font-family: arial;">Saat sedih, Allah menjadi Aku. Untuk hal ini, tentu saja Cak Nun tak perlu berpanjang lebar menguraikannya dalam dialog seperti ini.</span></li></ul><span style="font-family: arial;">Cak Nun adalah Cak Nun, dia memiliki kata-kata yang bisa menuju ke mana saja, namun ada perenungan di baliknya. Untuk hal ini, dia berbicara tentang betapa penyakit bangsa ini sudah sedemikian parah. Tak ada seseorangpun yang mampu memberikan obatnya.<br /><br />Jika dalam penyakit medis, sebuah kasus tak bisa disembuhkan dengan cara apapun, maka Allahlah yang akan menyembuhkannya. Dalam konteks negeri ini, kiranya penyakit yang menggerogoti pertiwi ini sudah menjadi penanganan Allah. Allah yang akan memulihkannya, dengan syarat masing-masing individu melakukan self healing, berbuat baik pada diri dan keluarganya.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Demikian parahnya penyakit yang bernama korupsi di negeri ini, secara kelakar Cak Nun pribadi berseloroh bahwa :<br /><br />“Silahkan saja para penguasa melakukan korupsi sekehendak hati mereka, sebanyak apa yang mampu diambilnya. Hanya ada satu permintaan, jangan persulit rakyat, jangan sakiti rakyat. Itu saja sudah cukup.”</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Dari kesemuanya, ada satu hal yang peling membuat saya begitu terkesan.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Sehari menjelang gempa Jogja saat itu, Cak Nun mengirimkan untaian kata yang berasal dari Rasul untuk anak-anak Kyai Kanjeng, kelompok seni budaya yang dipimpinnya.</span><br /><span style="font-family: arial;">Dalam bahasa Indonesia, kurang lebih kata itu bermakna :<br /><br /><span style="font-weight: bold;">AKU RELA MENJADI APAPUN, BERTAKDIR BAGAIMANAPUN, SEMENDERITA APAPUN JIKA ALLAH INGINKAN. TAPI JANGAN JAUHKAN AKU DARI KASIH SAYANGMU.</span></span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Banyak orang yang tidak rela bernasib jelek, menderita, tersiksa. Banyak orang yang mengejar kesenangan, kemewahan, kekayaan sampai terkencing-kencing. Namun tak peduli dengan kasih sayang Allah. Padahal manusia hanya wajib menjalani kodratnya untuk berusaha, ikhtiar.</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">Kasih sayang Allah (mudah-mudahan kita mendapatkannya) melebihi apapun jika kita mendapatkannya. Semiskin apapun kita. Semua bagai tak memiliki arti lagi di mata kita.</span><br /><span style="font-family: arial;"><br />Bandingkan denga jika kita tidak disukai Allah, kapan saja waktunya tiba kita akan lebih menderita. Semua pasti tak memiliki arti lagi di mata kita. Mungkin juga di mata Allah.</span><br /><span style="font-family: arial;"><br />Rangkaian kata yang menyentak saya saat itu.<br />Kenapa saya tidak memulai untuk lebih bersyukur, agar Allah sudi memberikan cinta-Nya?</span>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-25003183953106185752011-03-30T12:13:00.008+07:002011-03-31T10:11:25.056+07:00Cinta Tumbuhkan Sayap<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_qW0-9xuTbCLSqp9UWYX1XSmxntPKN_oSnuM51HIPya0b5kCPCIAJY8tSCSc-Wa88y9umiERQYlRVLcOxKYKVvopIle_m9ElImISEV58bIaX0PeRFZjQfTYhAaWcz1btQwjTjJzoKytc/s1600/sayap.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 262px; height: 262px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_qW0-9xuTbCLSqp9UWYX1XSmxntPKN_oSnuM51HIPya0b5kCPCIAJY8tSCSc-Wa88y9umiERQYlRVLcOxKYKVvopIle_m9ElImISEV58bIaX0PeRFZjQfTYhAaWcz1btQwjTjJzoKytc/s320/sayap.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5589737496077785954" border="0" /></a><br /><span style="font-weight: bold;font-family:arial;" >Seorang anak kecil berkata :</span> <span style="font-family:arial;"><br /><br />Katakan aku bisa, dan aku akan bangkit berjalan</span> <span style="font-family:arial;"><br /><br />Katakan aku kuat, dan aku akan mengendong ibuku yang telah mengandungku</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Katakan aku pintar, dan aku akan membaca semua yang dapat kubaca</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Katakan aku manis, dan aku takkan lagi merengek</span> <span style="font-family:arial;"><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Seorang remaja pencinta berkata :</span></span> <span style="font-family:arial;"><br /><br />Katakan kau mencintaiku, dan aku akan memberikan lebih banyak cinta</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Katakan kau mempercayaiku, dan aku kan melekatkan setia dalam jantungku</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Katakan aku hebat, dan aku akan memetikkan rembulan</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Katakan aku hangat, dan aku akan merengkuhmu dalam pelukan sepanjang malam</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Katakan aku romantis, dan aku kan menulis ribuan puisi</span> <span style="font-family:arial;"><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Seorang suami berkata :</span></span> <span style="font-family:arial;"><br /><br />Katakan aku mampu, dan aku akan memikul seluruh tanggungjawab</span> <span style="font-family:arial;"><br /><br />Katakan aku bijak, dan aku akan mencerna semua kemarahanmu</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Katakan aku tampan, dan aku takkan melihat keindahan lain selain dirimu</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Katakan aku kuat, dan aku akan menanggung semua beban</span><br /><br /><span style="font-family:arial;">Hanya cinta yang dapat mengatakan apa yang tak terkatakan, meski tanpa kata terucap.<br />Hanya cinta yang bisa menumbuhkan sayap di kedua belah punggung, lalu membawanya terbang sejauh dan setinggi mungkin, bahkan yang tak disangka dapat dijangkaunya.</span><br /><span style="font-family:arial;">Hanya cinta yang bisa mengartikan kasih yang terucap. Terkadang dia sembunyi di balik labirin hati, yang bahkan tak dapat dibaca oleh pemilik rasa itu.<br />Terkadang cukup dengan tatapan mata, sentuhan tangan atau secangkir teh hangat di pagi hari.</span> <span style="font-family:arial;">Cinta dapat memberi tanpa disadari. Cinta dapat menerima lebih, meski tanpa pengharapan. </span> <span style="font-family:arial;">Seperti yang mereka katakan (anak kecil, remaja pencinta dan suami atau istri), <span style="font-weight: bold;">cinta memberi kekuatan.</span></span>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-84784982677764335972011-01-04T10:41:00.006+07:002011-03-31T10:12:36.186+07:009 TAHUN PENUH WARNA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq4mFIQN9McoWWHeq0ynhQqBe4aWlavzA7ngjlzkY3CYkNo7agkFvWvZRcOjbAh2fj2YNMg5-KyCHqhFY8I-sUp1LUzJFFfZnzLRG1IfeqY8LsIFBJgqrNioE5Ih_o3bPA-csrCApgW9w/s1600/p2-foto-pra-nikah-6.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 225px; height: 149px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq4mFIQN9McoWWHeq0ynhQqBe4aWlavzA7ngjlzkY3CYkNo7agkFvWvZRcOjbAh2fj2YNMg5-KyCHqhFY8I-sUp1LUzJFFfZnzLRG1IfeqY8LsIFBJgqrNioE5Ih_o3bPA-csrCApgW9w/s320/p2-foto-pra-nikah-6.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558172038197453330" border="0" /></a><span class="Apple-style-span"><b></b></span><div><span class="Apple-style-span"><b><br /></b></span></div><div><span class="Apple-style-span">Hidupku adalah penggalan kisah, laksana episode-episode cerita yang habis satu per satu untuk selanjutnya beralih ke kisah lain.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Sebagian berakhir dengan bahagia, <i>happy ending</i>. Sebagian lainnya berakhir dengan duka, namun selalu ada makna di baliknya, orang menyebutnya dengan : hikmah.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Kepadanya, aku mengakui bahwa lebih banyak tangis yang kuberi dibandingkan tawa yang kubagi. Tapi kuberharap dia bahagia, seperti apa yang selalu kuperjuangkan.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Sangatlah penting menutup lembaran penghabisan episode dengan akhir yang terbaik. Tapi tak kalah penting bagaimana membuka lembaran cerita baru dengan penuh doa dan pengharapan.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Ini untukmu, sebuah nafas yang tertiup dari belahan jiwaku yang lain. Yang pasti aku akan mati jika kehilangan dirimu.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Denganmu, aku selalu menemukan hal-hal baru, setiap hari. Karena letupan-letupan dalam pikiranku tak cukup terang. Dan kamu, dari lisanmu selalu terpercik pemantik. Seperti lidah naga yang mengandung bara, memantik mesiu di ujung kembang api.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Tahukah kau apa yang terjadi kemudian ? Kilatan itu memicu pendar sinar terang hingga nampak apa yang tersembunyi di kepalaku. Membuat terang rangkaian huruf yang harus kutulis.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Kamu inspirasiku. Apakah aku tak berhak bahagia karenanya ?</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Aku telah memutuskan untuk memilihmu untuk hidup bersamaku, semenjak aku belum mengenalmu, sejak kau tak tahu bahwa aku memandangmu. Lalu kutulis puisi tentang hidup yang ingin kujalani, kusenandungkan lagu yang membalut kebersamaan kita.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Aku tahu, aku bahagia saat kubisikkan cinta dalam hatimu. Lalu kita berbagi sebagian hati kita masing-masing. Kupercayakan sebagian hatiku padamu. Dan kaupun merelakan sebagian hatimu untuk kujaga. Tak ada yang bisa lakukan itu selain kasih sayang yang menyaksikannya. Dengannya, aku tahu bahwa kaupun memiliki kebahagiaan yang sama.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Lalu kita sering bertengkar, tentang cinta kasih siapakah yang paling besar di antara kita. Aku selalu tersenyum mengingatnya. Ah, begitu banyak warna. Dan aku tak akan menghapusnya. Karena semuanya memiliki makna. Sebermakna saat waktu menuntun kita pada sebuah siang yang disitu kuamanatkan janji.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>" Berdosakah seseorang yang menyia-nyiakan amanat ? " Tanyaku kepadamu.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Dan kaupun hanya mengangguk sambil menyingkirkan helai rambut yang menutup wajahmu karena tertiup angin laut.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>" Aku tak ingin menjadi orang yang berdosa. Jujur, aku memiliki beban amanat yang harus kusampaikan kepadamu. " Kataku kemudian.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>" Apakah aku punya pilihan lain selain mendengarkan apa yang harus kamu katakan ? Akupun tak ingin kamu berdosa. " Untuk perrtama kalinya aku melihat kata-katamu. Bukan hanya dari bibirmu, tapu juga terbaca dari mata beningmu.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>" Kau tahu ? Aku telah dititipi cinta dari sebuah hati yang mengharap balas. Sangat mengharapkan. Hingga bahagia akan menggunung ketika cinta itu bersambut. Tapi dia takkan merasa sakit sekalipun cinta itu tak menemui ratunya. "</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Kukuatkan hatiku untuk mengucapkan : " Aku menyayangimu. Hatiku yang amanatkan itu. "</span></div><div><span class="Apple-style-span">Hening, tapi desau angin yang menampar-nampar pucuk cemara dan juluran nyiur melagukan orkestra yang kuyakini sebagai lagu cinta.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>" Aku telah menguji keberanianku untuk mengungkapkan kasih dari dalam hatiku. Jika bagimu hal itu terlalu berlebihan dan kau tak menginginkannya, katakan itu sekarang agar aku bisa segera memupusnya. Tapi, kau tak perlu jawab sekarang jika hati kita telah bertaut,....... "</span></div><div><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>" Aku tak mau menjawabnya sekarang ! " Katamu tiba-tiba.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Sesaat kutatap matamu, tak ada yang perlu kita katakan karena dalam hati kita telah terpadu janji. Hanya itu, ya hanya itu yang mebuatku melambung dan yakin akan apa yang telah aku pilih.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Mungkin hanya ada 2 hal yang aku berikan dan membuatmu bahagia. Selebihnya aku tak yakin. Mau tahu apakah dua hal yang kuyakin membuatmu bahagia ?</span></div><div><span class="Apple-style-span">Pertama, saat kuikrarkan cinta di siang itu.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Kedua, hari ini sembilan tahun yang lalu. Saat kuikrarkan janji pernikahan kita di depan Tuhan. Saat semua orang menyaksikan bahwa kita saling memiliki.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Aku memang selalu berusaha untuk membahagiakanmu, tapi maafkan aku jika aku belum bisa berikan semua. Maafkan jika dalam hidup kita berdua, aku banyak membuatmu menangis. Dan Maafkan aku jika aku baru bisa memberimu mimpi. Tapi yakinlah bahwa aku tengah berusaha mewujudkan mimpi-mimpi itu.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Kini, kuingin kita hapuskan semua yang menyakitkanmu, menyakitkanku. Tahukah kamu, bahwa semua itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kebersamaan kita, besarnya cinta kasihku kepadamu. Biarkan aku tetap memilikimu.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Mungkin, kamu sering sedih melihatku seperti tak peduli kepadamu. Kutahu aku salah bersikap seperti itu. Tapi kau juga keliru jika mengartikan itu sebagai sikap yang kutujukan kepadamu.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Mungkin aku adalah seorang yang tak pandai berkspresi secara nyata. Mungkin aku terkena titisan Alfred Riedl, Head Coach Timnas, yang selalu datar dalam menyikapi apapun. Mugkin aku tak bisa seperti Okto yang selalu mengembangkan senyum dan menari-nari saat menyarangkan gol.</span></div><div><span class="Apple-style-span">Karenanya, kumohon pengertianmu.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Ah, rasanya aku tak pantas memohon, mengharap dan meminta padamu. Karena belum cukup apa yang kuberikan kepadamu. Tapi satu hal, semua yang ada pada diri kita, itu sangat-sangat membahagiakanku. Aku tak merasa ada yang kurang dalam hidup kita, meski beban banyak menghimpit kita. Karenamu, aku kuat bertahan.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">Kucintai apa yang kita miliki. Yang telah kita raih. Kucintai kamu lebih dari apa yang kita genggam. Meski, Tuhan belum berikan buah hati untuk kita, kurasa Tuhan sudah berikan semua. Kuyakin suatu saat Tuhan akan berikan itu pada saat yang tepat.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span">I Love You So Much.</span></div><div><span class="Apple-style-span"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span">Untuk istriku,</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span">Rias Yuliana Prasasti</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span">9th Wedding Anniversary</span></div>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-71534496448236940982009-11-16T13:38:00.005+07:002011-08-19T18:50:44.697+07:00Penting Mana : Casing Atau Signal ?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieb90UqO-w_gnly3VisUlONAW3Z6_UTIpKNMDx9Wnw9F4sgLJYWztlF2hF5r8oxvhcWk0FU3JArgx3XeDblAajdD9dhaKqmTWfntD4j0368gZw8pLyY1lT6x4OHgzefRGaWwJMgDZAJKM/s1600/1.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 122px; height: 116px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieb90UqO-w_gnly3VisUlONAW3Z6_UTIpKNMDx9Wnw9F4sgLJYWztlF2hF5r8oxvhcWk0FU3JArgx3XeDblAajdD9dhaKqmTWfntD4j0368gZw8pLyY1lT6x4OHgzefRGaWwJMgDZAJKM/s320/1.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5404587912953990850" border="0" /></a><span style="font-family:Verdana;">Ngaku aja...! Hampir semua orang tertarik terhadap sesuatu berawal dari tampilan luar. Maklum aja, memang mata kita ini yang duluan kena jatah buat menilai sesuatu. Masalah daleman sich gimana entar aja dech... Iya nggak ?</span><p><span style="font-family:Verdana;">Biasanya memang gitu, asal tampilan luar danggap oke, baru kita mau pelototin dalemannya. Padahal belum tentu isinya sebagus tampilan luar yang keliatan.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Ibarat mobil, kalo ada dua buah mobil dipajang didepan anda, mana yang bakal anda pilih ? Mobil yang satu serba cling, mulus lus tanpa cacat. Trus mobil yang satunya lagi nih, tampangnya nggak ngenakin banget. Udah catnya kusem, gak pernah dicuci lagi. Males banget dech pokoknya...</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Sekarang gue yakin banget, sendainya anda belum liat judul tulisan ini, atau paragraf awalnya, anda pasti bakal jtuhin pilihan sama mobil yang pertama. Bener nggak ? Siapa juga yang mau deket-deket mobil bau kayak gitu !</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Nah, gimana kalau sama lawan jenis ? Ok, berhubung gue cowok, gue pake analogi cewek. Gini, yang namanya cowok pasti matanya bakal berubah ijo kalau ngeliat cewek cakep jalan di depan mata yang tadinya nggak ijo-ijo amat. Sementara kita lebih banyak bakalan cuek kalau ada cewek yang -sory- gak gitu cakep mondar mandir di depan hidung.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Inget kan ada istilah " Cinta itu datang dari mata turun ke hati " Busyet... nih pepatah sudah berhasil menjerumuskan sekian banyak manusia ke dalam jurang kekecewaan. Dari mulai yang belakangan baru ngerasa salah pilih, sampai orang-orang yang putus asa karena cintanya kok nggak kunjung turun gara - gara nggak ada mata yang mau ngeliat. Boro-boro turun ke hati, mampir ke mata aja nggak.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Gawat... !</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Yang lebih gawat lagi, gimana seandainya pepatah " Dari mata turun ke hati " bercampur dengan budaya yang lahir dari mental-mental yang silau dengan tampilan fisik dan " rekomendasi " kedudukan ? Wah,... kalau kolaborasi ini sukses mewarnai kehidupan bangsa ini dalam waktu yang lama, rasanya selama itu juga bangsa ini terseok-seok menuju satu tempat bernama kemajuan.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Masih inget kan <em>posting</em> gue yang kemarin ? Mental kayak gitu itu yang jadi budaya kita kan ? Masih ada lagi, mental buruk yang nyebelin banget, yang seharusnya bikin malu kita sebagai bangsa yang pengen maju. Dan contoh budaya mental ini gue alamin sendiri. Jadi gue gak perlu cari contoh kasus.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Anda bebas merespon cerita gue ini. Bebas. Boleh ikuta sebel dan kesel, atau mencibir, atau ngetawain nasib gue, terserah....</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Tapi,... nanti dulu. Sabar, gue pasti cerita kok.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Kenapa ? Soalnya gue ngerasa musti jelasin dua kata yang gue tulis di atas. Yaitu : <strong>"Rekomendasi Kedudukan".</strong> Terserah juga kalau anda bilang istilah ini maksa banget. Habisnya gue juga bingung cari istilah yang tepat. Intinya gini... Di samping tampang atau tampilan fisik yang menjadi daya tarik sesuatu, kedudukan atau posisi atau jabatan atau apapun namanya juga bisa jadi magnet yang menimbulkan ketertarikan.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Nah, kenapa gue pake ngajak-ngajak kata rekomendasi ? Tenang, gue jelasin. Kadang nich... saking " nggak banget "-nya <em>performance</em> seseorang, bisa menghalangi pandangan orang kalau dia itu sebenernya pejabat, atau orang penting. Biasanya, setelah dikasih tau bahwa " beliau " ini adalah " si Anu " yang " pejabat itu ", maka seketika berubahlah cara pandang kita sama orang barusan. Padahal, belum tentu isi kepalanya selevel dengan apa yang jadi tanggung jawabnya.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Terus, okelah... akhirnya kita tau siapa dia. Pastinya ada yang kasih tau kan ? Nah,... orang yang ngasih tau ini juga bakal ngerasa seolah-olah ketularan pengaruhnya. Seperti orang yang lebih tau dari siapapun, bak orang penting, atau bahkan saudara kembar si Bapak tadi.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Iya lah... masyarakat kita ini emang punya budaya suka pamer.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Liat berita di TV nggak ? Tadi malem ada aku lho, terima penghargaan bla bla bla.... " Wajar kalo berbangga hati, namanya juga berprestasi.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Kasihan yach.... tadi pas aku lewat di jalan depan mobil si anu mogok. Aku kasih tumpangan aja pake mobilku, maklum kasihan juga mobilnya nggak seperti punyaku. " Agak kurang wajar.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Ah... kamu, baru ketemu Walikota aja bangga, aku ketemu sama Presiden juga santai-santai aja. "</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Eh ibu-ibu... bagus yach gajahnya, kayak patung ganesha, itu loh maskotnya ITB.... anak saya kan kulah di sana... "</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Nah,... gawatnya lagi, kalo nggak ada yang bisa dipamerin atau dibanggain dari dirinya sendiri, dia pasti akan banggain orang lain.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Wah,... temen saya itu hebat ! Kenalannya orang-orang penting semua ! "</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Temen saya apalagi, perusahaannya di mana-mana "</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Eh.... mobil teman saya... gak ada yang nyamain dech..."</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Gubrak...!!! Temen semua, lah elu ngapain ?</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Ok, sekarang gue ceritain aja pengalaman gue jadi korban budaya mental. Begini ceritanya :</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Hari itu panas banget. Matahari terasa menyengat ubun-ubun. Wuih.... bahasanya kayak mau bikin cerpen aja. Udahlah, pokoknya seperti biasa, bulan Agustus emang selalu kering. Gue naik motor tergesa-gesa masuk ke halaman parkir sebuah kantor BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Namanya naik motor panas-panas kayak gitu pasti aja bikin keringetan dan muka jadi kusam. Gue bergegas, meskipun masih setengah jam lagi gue meeting sama <em>General Manager </em>kantor ini. Kebetulan gue dapet order buat jadi MC acara <em>gathering </em>dengan mitra kerja dan kantor di atasnya lagi lah, gitu ceritanya. Dan GM ini sendiri yang ngundang gue lewat HP gue buat <em>briefing </em>konsep acaranya.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Gue berenti ( atau diberentiin ) di depan pintu masuk oleh seorang S</span><span style="font-family:Verdana;">atpam.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Mau ke mana mas...? " kata Satpam yang nyegat gue dengan berlari dari pos jaganya sebelum gue nyampe di resepsionis.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Mau ketemu Pak #@&*#@. " Jawab gue dengan pasti.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Wah,... Pak #@&*#@ sedang <em>meeting.</em> " kata Satpam tadi dengan memandang gue dari bawah ke atas.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Justru itu pak, saya ke sini karena saya diundang Pak #@&*#@ buat <em>meeting. </em>" Gue mulai kesel.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Mas tunggu di sini saja, saya mau hubungkan. " Kata si Satpam sambil melarang gue buat masuk. Dia menuju ke mbak resepsonis dan mereka berbicara. Gue nggak dengar apa yang dibicarain. Tapi sekilas gue liat si mbak resepsionis tadi ngeliat ke arah gue. Kalau nggak lagi kesel dicurigain gini gue bisa GR nich diliatin gini. Bener aja, kayaknya gue liat dia menggelengkan kepalanya. Dan si Satpam kembali jalan ke arah gue. Dia bilang,</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Kalau mas mau nunggu, tunggu aja di sini, nanti saya sampaikan kalau Pak #@&*#@ sudah selesai <em>meeting. "</em></span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Gue bingung. Dan saat itu gue ngeliat seorang cewek turun dari mobil. Dia langsung berjalan ke arah pintu di mana gue berdiri di sampingnya. Melenggang dengan bebasnya. Si Satpam mengangguk tersenyum ngasih salam dan hormat. Lalu cewek tadi menuju ke resepsionis. Si mbak resepsionis melayani dengan ramah, kemudian menunjuk ke arah sofa yang nyaman dan mempersilakan duduk. Besoknya gue tau, kalau cewek tadi adalah penyanyi lokal yang nyanyi di acara yang gue MC-in.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Bukan itu aja, nggak lama kemudian ada ibu-ibu yang dateng pake mobil. Sama aja, nggak dicegat satpam, menuju resepsionis dengan lancar. Yang gue tau, dia pasti juga tamu, sama posisinya dengan gue, makanya dia ke resepsionis. Iya kan ?</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Gue akhirnya kesel beneran. Jadi gini nich ? Satpam masih berdiri di samping gue.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Pak, saya cabut aja. Sampaikan aja sama Pak #@&*#@ saya udah ke sini. "</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Gue nggak denger si Satpam ngomong apa, soalnya gue keburu bergegas ke tempat parkir dan geber motor gue. Budaya ngehormatin orang dari tampilan luarnya aja harus dirubah. Itu kata hati gue saat di atas motor. Mentang-mentang tampang gue kusut dan pake motor terus nggak dihargain ? Yak... bener, harus dirubah. Dan dengan gue cabut dari situ gue rasa bisa jadi <em>shock theraphy.</em> </span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Halo mas,... tadi kok nggak ikut <em>meeting</em> ? Ada halangan ? " Beberapa jam kemudian Pak #@&*#@ sang GM nepon gue.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Tadi saya dateng kok pak, cuman saya nggak bisa masuk, ketahan sama Satpam ! " Jawab gue dengan memendam kekesalan sama si Satpam. Karena gue denger dari nada bicaranya Pak #@&*#@ agak marah. Wah, bisa dianggap nggak professional nich gue...Tapi akhirnya dia minta maaf karena ke-<em>over acting-</em>an Satpamnya.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Anda tau kan ? <em>Meeting</em> ini penting sekali. Acaranya kan besok, gimana kita bisa koordinasi ? Ya sudah, nanti sore jam 7 saya tunggu di kantor. "</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Nah, sorenya gue beneran dateng. Masih dengan kostum yang sama, karena gue belum sempet pulang. Eh,... lagi-lagi si Satpam ngejar gue. Tapi langkahnya diurungkan. Karena udah bukan jam kerja dan nggak ada resepsionis, gue tau diri. Gue ke pos Satpam dan mengutarakan maksud kedatangan gue. Dia tanya ini itu seolah nggak percaya gue dipanggil sama bosnya malem-malem gini. Saat "interogasi" berlangsung, Pak #@&*#@ keluar dari pintu depan.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">" Mas Reza,... silakan masuk aja mas. Sudah lama ya ? " Sapaan Pak #@&*#@ bikin Satpam salah tingkah.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Perlu diketahui, Satpam yang barusan itu orangnya beda dengan Satpam yang nemuin gue siang tadi. Jadi jelas, ini adalah budaya bersama, dan bukan budaya salah satu Satpam tadi.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Lain waktu dan tempat, gue jadi MC di acara Seminar Kesehatan gitu lah. Pesertanya adalah pejabat-pejabat dan pengusaha target segmentasi Laboratorium Klinik yang jadi penyelenggara seminar. Gara-gara gue dateng pake motor, gue sempet dicuekin sama panitia waktu gue tanya kamar ganti.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Gue jadi pengen tau nich.... kalau di tempat anda gimana sich...? Gue sich ngalamain perlakuan itu di berbagai tempat. Artinya, budaya mental yang mentingin <strong>penampilan daripada isi kepala</strong>, <strong>apa yang dipakai daripada apa yang dibawa</strong>, <strong>cover dibanding isi</strong>, <strong>casing dibanding signal</strong>, ini sudah jadi budaya yang nggak perlu dipatenkan atau diakui UNESCO, tapi jadi kebanggaan penganutnya.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Sebagai strategi pemasaran, harus banget penampilan itu dibikin sebaik mungkin. Gue setuju itu. Tapi, nggak semua yang berpenampilan kurang bagus nggak perlu dihargai. Karena bisa jadi kita nggak lebih penting dari apa yang kita anggap nggak penting.</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Gue rasa, salah satu penyebab jauh tertinggalnya Indonesia dibanding Amerika misalnya, adalah terletak pada budaya, mental.....dan pepatah !</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Pepatah ?</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Ya, pepatah....!!!</span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Kita punya : <strong>" Dari mata turun ke hati "</strong></span></p><p><span style="font-family:Verdana;">Amerika : <strong>" <em>Don’t judge the book just from the cover </em>"</strong></span></p>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-46056861825039125442009-11-02T09:21:00.006+07:002011-03-31T10:15:35.852+07:00Mental Yang Gimana Sih...?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimqMWfAtrFKdYXGldZtWHHMJ-voHT5p7jareOJXeZU-x6LO6IHnH60hPGH39UNnrt18lagzQFpD1xP0gIdschKiQ7oMbghWNRgQgWE7EGdzUpaKE1bnDg_SlNuaNMKpkzvr8oG_Qp5X1E/s1600-h/Vespa-Alone.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 175px; height: 171px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimqMWfAtrFKdYXGldZtWHHMJ-voHT5p7jareOJXeZU-x6LO6IHnH60hPGH39UNnrt18lagzQFpD1xP0gIdschKiQ7oMbghWNRgQgWE7EGdzUpaKE1bnDg_SlNuaNMKpkzvr8oG_Qp5X1E/s320/Vespa-Alone.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5399325989440792306" border="0" /></a><br />Gue punya temen blogger. <a href="http://www.blogger.com/profile/01720141338060116495">Namanya Vicky Lurentina.</a> Gue suka gaya bicaranya, eh... maksudnya tulisannya yang lugas dan berani serta apa adanya. Dia nggak ragu bilang A kalau dirinya emang ngerasa harus bilang A. Dan, yang nggak kalah penting, dia <span style="font-style: italic;">good looking</span> gitu loh.....<br /><br />Nah, di salah satu <a href="http://georgetterox.blogspot.com/2009/10/jalannya-mbahmu.html">postingannya</a>, di bercerita tentang Fiona - temennya- yang sekarang lebih sering naik angkot ketimbang pake mobil sendiri. Usut punya usut, ternyata masalahnya ada pada gundukan pasir dan matrial bangunan tetangganya yang memakan badan jalan. Jalan yang biasa dia lewati jadi sempit. Dan ini membuat mobilnya nggak bisa lewat. Gitu kira-kira ceritanya. Gue akhirnya dipaksa buat merenung. Kenapa ? Kok repot-repot amat gue ikut mikirin masalah itu ? Bukan, bukan itu yang hinggap di pikiran gue.<br /><br />" Kok sama yah...? " batin gue. Serius, kasus-kasus kayak gitu tuh ternyata ada di mana-mana, tentunya dengan kadar dan situasi yang berbeda. Perilaku bertindak sembarangan tanpa peduli kiri kanan dengan nggak pake etiket itu ternyata ada di semua tempat. Ada yang kasih komentar, katanya itu adalah ciri kehidupan kota yang emang udah individualistis.<br /><br />Lah,... ternyata sikap semacam itu bukan monopoli orang kota aja. Di kampung-kampung atau desa-desa ? Sama aja !<br /><br />Gue pikir, ini masalah mental. Mental bangsa ini. Mungkin karena sejarah telah kasih warisan berupa lembaran-lembaran hidup di bawah penjajahan, dimana feodalisme dan arogansi jadi kebanggaan. Tapi itu kan udah berlalu bergenerasi-generasi.... Awet amat warisan itu nempel menghuni mental manusia-manusia negeri ini ? Mungkin gue salah satu pewarisnya ? Mungkin juga. Hehehe...<br /><br />Hmmmm... gue jadi inget buku yang berjudul Catatan Hukum Karni Ilyas. Itu loh, Pemimpin Redaksi TV One. Buku itu terbit beberapa tahun lalu. Sory, tepatnya gue lupa, soalnya barusan gue cari-cari kok nggak ada. Padahal gue pengen kasih referensi seakurat mungkin. Ah... nyempil di rumah kali.<br /><br />Pokoknya, dalam salah satu catatannya dia mengatakan bahwa budaya kekerasan, intimidasi dan sikap nggak peduli tentang kerugian orang lain itu mental kita punya. Kok kekerasan diajak-ajak sih ? Itu pertanyaan anda kan ?<br /><br />Sabar, ya begitulah yang gue kutip. Tapi yang harus digaris bawahi adalah sikap merugikan orang lain. <span style="font-style: italic;">That's the point !</span> Jadi, mental kita tuh sebenernya rentan terhadap kesempatan dan kekuasaan. <span style="font-style: italic;">Show up</span>, adalah dahaga yang musti diatasi. Ujungnya, mental kita akan berteriak kegirangan saat kesempatan itu ada.<br /><br />Masih gue kutip dari Catatan Hukum Karni Ilyas, di situ dicontohkan betapa orang akan menunjukkan kekuasaannya ketika ada kesempatan. Mungkin bangsa ini termasuk bangsa yang narsis. Orang seneng banget pamer sesuatu. Kalau nggak bisa pamer hal positif, yang jelekpun nggak masalah. Judulnya unjuk gigi...<br /><br />Liat aja di jalanan. Berapa banyak knalpot motor yang meraung-raung. Jujur, kalau gue di jalanan terus ketemu sama motor yang knalpotnya bikin sakit kuping itu, gue ngerasa terintimidasi. Belum lagi kalau gaya nyetirnya ugal-ugalan. Huh... memang jalan ini punya mbahmu ? ( Pinjem judulnya Vicky lagi :-) )<br /><br />Di jalur pantura, bahkan saat <span style="font-style: italic;">traffic jam</span>, bus-bus gede seenaknya nyerobot dan mepetin kendaraan kecil. Tambah lagi angkot yang seenaknya berenti di sembarang tempat dengan tiba-tiba. Nah, gue heran sama yang namanya angkot. Maksud gue gini, kadang-kadang angkot ngebut dengan keneknya yang teriak-teriak sambil mengacung-acungkan tangan biar kita minggir. Tapi di lain waktu jalannya lelet banget kayak keong, bikin yang dibelakangnya nggak sabar. Toh si angkot cuek aja.<br /><br />Kadang-kadang ngotot buat nyalip, tapi setelah itu berenti mendadak dengan motong jalan. Fuuuhhhh... Gue cuma bisa geleng-geleng kepala. Tapi ada lagi yang gue lebih geleng-geleng kepala. Apa itu ? Lagi-lagi motor. Ya... motor yang keluar dari gang. Pernah ngalamin nggak dikagetin sama motor yang dengan tiba-tiba nyelonong dari gang ? Ada apa dengan orang-orang itu sih ? <a href="http://radityadika.com/">Raditya Dika</a> pernah bilang dalam bukunya, orang-orang kayak gini nich yang boker jongkok di kloset duduk, yang selalu nyela-nyela antrian.<br /><br />Emang bener-bener dech. Orang-orang kayak gini udah ilang toleransi kayaknya. Mestinya sempetin waktu sebentar kek, pas di mulut gang berenti dulu atau minimal pelan-pelan. Liat situasinya dulu, lewat dech kalau aman. Lah ini nggak ! main selonong aja. Karuan aja kita yang lagi meluncur di jalan utama jadi kaget. Bayangin aja, sepanjang jalan ada berapa gang yang harus kita lewatin ? Bisa jantungan kalau di tiap gang kita dibikin kaget. Untung nggak lagi nggak ngelamun jorok. Nah kalau lagi ngelamun jorok, omelan apa kira-kira yang keluar dari mulut kita?<br /><br />Itu aja ? masih banyak...! Dari yang nganggep<span style="font-style: italic;"> traffic light</span> lampu disko sampe jalan raya yang dianggep arena<span style="font-style: italic;"> free style</span>. Nah, dengan semangat yang membara gue gak pengen termasuk dalam komunitas kayak gitu. Akhirnya, dengan sadar hati gue taat banget sama peraturan lalu lintas. Kecepatan motor gue sesuaikan dengan batas-batas yang diperbolehkan, lampu depan nyala siang malem, <span style="font-style: italic;">safety riding</span> gue terapin.<br /><br />Sampai-sampai suatu hari jam 3 malem gue baru pulang lembur. Hujan gede banget, serba salah. Kaca helm gue tutup, gue nggak bisa liat jalan, gue buka muka gue serasa disambitin kerikil. Sampailah gue di <span style="font-style: italic;">traffic light</span> yang pas gue lewat pas nyala merah. Sepi banget. Nggak ada satupun orang atau kendaraan lewat. Boro-boro ada polisi jaga. Tapi gue berenti juga, dengan semangat taat peraturan. Gue pikir-pikir, akhirnya gue senyum-senyum geli. Soalnya gue ngerasa culun banget. Bayangin aja, jam 3 pagi, hujan gede disertai angin kenceng, sendirian di <span style="font-style: italic;">traffic light</span>, berenti, senyum-senyum pula. Sekarang gue ngerasa kayak orang gila, senyum-senyum sendirian. Sadar mirip orang gila senyum-senyum sendirian... gue ngakak....sendirian, sampai nggak sadar kalau lampu ijo udah nyala. Gawat... jangan-jangan gue beneran gila. Gue tancap gas.<br /><br />Ngeliat ketertiban gue dalam berlalu-lintas mestinya gue dapet <span style="font-style: italic;">reward</span>. Tapi jangan berpikir gitu lah... nggak ada yang peduli. Bahkan Si Topi Putih ( Polisi Lalu Lintas ) sendiri. Buktinya, besoknya gue terperangkap razia. Pemeriksaan kelengkapan surat-surat kendaraan. SIM ada, STNK juga ada. Tapi gawatnya STNK gue telat 1 bulan, belum diperpanjang. Pengen sebenernya gue ceritain perilaku berkendara gue yang tertib dan taat. Tapi gue pikir nggak ada manfaatnya. Polisi selalu bertindak dengan bukti yang ada. Duh,... mustinya gue rekam peristiwa hujan di <span style="font-style: italic;">traffic ligh</span>t semalem. Namanya juga usaha, siapa tau dapet kebijaksanaan.<br /><br />Tapi akhirnya gue ditilang juga. STNK dan motor gue ditahan, dan baru boleh diambil kalo STNK udah diperpanjang. Gue hubungi adik, minta dijemput. Tragis, adik gue lagi liputan luar kota. Dan gue pulang naik angkot sambil nenteng helm.<br /><br />Nah, di dalam angkot gue berpikir. Di jalanan banyak pengendara yang seenaknya aja nyemplak kendaraannya. Tapi yang terus-terusan dirazia kok surat-surat melulu ? Bukannya nertibin mereka yang membahayakan, minimal merugikan pengguna jalan yang tertib ? Ah,... ini juga mungkin soal mental.<br /><br />Sampai di rumah, gue tetap menyalakan mode TERTIB dalam berlalu lintas. Meskipun tadi gue sempet berpikir : " Buat apa gue tertib berlalu lintas kalau aparat sendiri nggak ngehargain kesadaran gue buat taat ? "<br /><br />Ah,... yang terpenting gue berusaha buat memiliki mental yang baik.Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-60313720605924282532009-10-30T11:49:00.004+07:002011-08-19T18:51:30.459+07:00Banyak Penyiar Yang Onani Dalam Siarannya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibq50lIosYkI_ASPMMGZCAemcZzYlLgiAFIUQ7xhjsVs_Hs4I7sYHfwCHPvcuALd5u9i95uPM8oUWGdK6tC75pk6YtMwjelER0r-Wo0ANkbUUwXSEJlMCi_u-FjuKVM3rUF_7VreYzvb8/s1600-h/antena+1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 98px; height: 98px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibq50lIosYkI_ASPMMGZCAemcZzYlLgiAFIUQ7xhjsVs_Hs4I7sYHfwCHPvcuALd5u9i95uPM8oUWGdK6tC75pk6YtMwjelER0r-Wo0ANkbUUwXSEJlMCi_u-FjuKVM3rUF_7VreYzvb8/s320/antena+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5398251485347759618" border="0" /></a><span style="font-family:Arial;">" Lu siap-siap aja, besok dua hari lagi lu dikirim ke <em>workshop </em>tentang program radio ! " Waktu masih siaran, gue seneng banget kalau bos manggil gue ke ruangannya dan bilang seperti barusan. Walaupun dalam hati gue pengen banget bilang,</span>
<br /><p><span style="font-family:Arial;">" Bukan naik gaji bos ? "</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Tapi serius, dikirim ke sebuah <span style="font-style: italic;">workshop </span>atau pelatihan atau apapun namanya, juga bikin gue girang bukan kepalang, mungkin seperti anak kecil di bulan puasa yang lagi nunggu-nunggu lebaran, tiba-tiba bokapnya bilang,</span></p><p><span style="font-family:Arial;">" Lebaran datengnya dipercepat jadi besok pagi... " Nah loh, pasti waktu kecil anda juga udah jingkrak-jingkrak dapet pengumuman kayak gitu.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Begitulah, rasanya sama. Mengikuti pelatihan bagi gue adalah menang <em>door prize </em>yang ditunggu-tunggu. Karena dengan berangkat ke <em>workshop </em>yang biasanya bisa makan waktu seminggu, atau paling cepet tiga hari di luar kota, gue bakal dapet uang saku dari kantor, nginep gratis di hotel plus akomodasi.</span></p><p><span style="font-family:Arial;"><em>And last but not least</em>, di hari terakhir sebelum pulang ke kota masing-masing kita disuruh tandatangan di sebuah tanda terima dari sebuah amplop. Tau kan apa isinya ?</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Nah, ngomong-ngomong tentang <em>workshop </em>radio, gue inget bener dengan satu analogi yang dicontohkan oleh salah seorang pembicara. Dia bilang begini,</span></p><p><span style="font-family:Arial;">" Coba suatu saat sebelum siaran anda pasang hidden camera di rumah salah seorang pendengar ! " Maksudnya apa nih ? Gue bertanya dalam hati waktu itu.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">" Jangan lupa direkam adegan di ruangan pendengar anda itu ! " Tentu saja si pembicara tadi nggak bermaksud serius nyuruh peserta <em>workshop </em>buat mempraktekkan itu. Tapi gue pikir boleh juga tuh dicoba. Kira-kira apa yang bakal terjadi dalam rekaman video yang dipasang secara sembunyi-sembunyi tadi yah...?</span></p><p><span style="font-family:Arial;">" Nah,... siaranlah anda seperti biasanya. Berbicara dan putarlah musik seperti yan selama ini anda kerjakan. Setelah selesai siaran, ambil rekaman videonya, lalu putar dan lihat ! "</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Gue jadi penasaran. Sebenernya apa sih yang dimaksud sama pembicara ini ? Apa kaitannya antara siaran dengan video rekaman di ruangan pendengar radio ? Gue mulai meraba-raba, mungkin maksudnya buat mengetahui perilaku pendengar. Tapi penjelasan yang disampaikan oleh si pembicara membuat gue merenung. Bahkan sampai sekarang.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">" Coba anda lihat rekaman video tadi. Apa yang dilakukan oleh pendengar saat anda siaran ? Apakah dia akan menghentikan sejenak aktifitasnya demi menyimak apa yang anda sampaikan dalam siaran ? Ataukah dia acuh saja dan tetap beraktifitas tetapi telinganya masih mendengar anda bicara ? Apakah pendengar anda membiarkan anda berbicara bla bla bla panjang lebar sambil berakifitas dan tidak memahami apapun yang anda sampaikan ? Ataukah dalam video anda melihat pendengar anda bersimbah keringat karena menahan muntah atau bahkan muntah-muntah sampai kejang-kejang ? "</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Gawat ! Pendengar gue gimana ya saat gue nyerocos di depan <em>mic </em>? Gue kira kemungkinan terburuk dari contoh di ataspun tak lebih buruk daripada pendengar itu bersungut-sungut dan kemudian memindahkan <em>channel </em>atau malah mematikan pesawat radio. Tragis banget kan ?</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Dan ini yang juga sangat gue sukai dalam mengikuti <em>workshop</em>. Ada banyak <em>suggestion </em>yang bisa diserap hingga kita menjadi semakin kaya akan amunisi yang diperlukan untuk membuat siaran menjadi berkualitas.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Nyatanya kebanyakan penyiar radio sekarang ( terutama di daerah ) menjadikan siarannya sebagai ajang untuk tebar pesona. Gue heran banget kok kayaknya mereka nggak punya tanggung jawab moral buat bekerja secara professional. Dan gue semakin gemes ketika menyadari bahwa mereka itu dibayar !</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Nah, sekarang gue kaitkan perilaku penyiar semacam itu ke dalam analogi <em>hidden camera </em>tadi. Yang jelas memang dalam siaran si peyiar nggak akan bisa buat memuaskan semua orang. Lho... siapa suruh ? Kayaknya nggak ada dech tuntutan bagi penyiar buat memuaskan semua pendengarnya. Emang nggak ada yang nyuruh kan ? Jadi nggak usah repot-repot lah...</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Kenapa ?</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Gue kira semua radio juga nerapin target sasaran <em>audience </em>( pendengar ). Itu pasti. Kalau nggak, berarti stasiun radio itu nggak professional. Jadi buat anda yang ngebet siaran, jangan pernah bergabung di situ kalau ngak ingin jadi bodoh. Ok,...gue balikin lagi tentang pembicaraan kita tentang target <em>audience</em>. Sasaran pendengar dari satu statsiun radio atau biasa disebut dengan segmentasi sebenernya sangat spesifik dan mengerucut.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Maksud gue gini, segmentasi pendengar itu sendiri bisa dipersepsikan dalam berbagai sisi. Misalnya dari usia, status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan sampai ada yang menyentuh <em>lifestyle </em>atau gaya hidup. Ternyata cukup sempit kan ? Seharusnya dengan begitu kita mudah untuk mempersonifikasikan siapa pendengar kita. Gue ambil contoh di sini. Persepsikan sebuah program acara atau stasiun radio memiliki segmentasi pendengar :</span></p><p><span style="font-family:Arial;">- Usia 20 - 45 tahun</span></p><p><span style="font-family:Arial;">- SES / status ekonomi C - B dengan pengeluaran per bulan 1 - 3 juta</span></p><p><span style="font-family:Arial;">- Komposisi jenis kelamin Pria 40 % dan Wanita 60 %</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Sebenernya dalam filosofi program yang disususn oleh <em>Program Director</em> pastinya sudah dijelaskan profil pendengarnya. Jadi penyiar seharusnya sudah bisa mempersonifikasikan pendengarnya. Ok... kalau menurut rabaan gue, pendengar dengan kualifikasi usia dan tingkat usia kayak gitu kra-kira yang paling muda pastinya masih kuliah. Yang paling tua pastinya masih produktif. Sebagian besar di antaranya sudah memiliki keluarga alias sudah menikah. Memiliki kendaraan pribadi, minmal roda dua dan memiliki rekening di bank.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Tapi anehnya, yang namanya penyiar ( sekali lagi : terutama di daerah ) itu memang bandel banget. Kayaknya mereka itu masih nggak menganggap penting koridor itu, akhirnya jalannya kemana-mana. Kalau udah begini gue sedih, gue ngerasa justru penyiar itu sendiri yang nggak mau menghargai profesinya sebagai penyiar. Semuanya berangkat dari motivasi kali yah...? Tapi gue berprinsip, kita nggak boleh permisif dalam hal ini.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Dalam kasus ini, gue banyak menemukan kesalah pahaman penyiar saat memasuki ruang siaran. Dia nggak mau tau filosofi program yang ada. Jadilah dia siaran dengan berapi-api dengan persepsi profil pendengar yang ada di kepalanya sendiri. Bukannya berjalan di koridor yang seharusnya, dia malah sibuk berpacu dengan adrenalinnya sendiri seolah pendengarnya adalah kalangan remaja yang dia yakin akan terpesona dengan <em>performance </em>siarannnya. Hasilnya adalah, pendengar yang menjadi target <em>audience </em>program akan lari terbirit-birit lantaran takut ada <em>paedophil </em>nyasar. Sementara anak-anak remaja yang tergambar dalam benak si penyiar itu ternyata nggak ada yang mendengarkan. Jelas aja anak-anak remaja itu nggak denger dia saran karena yang dia tau sebenernya radio itu tuh radio dewasa ! Nah,... ada ide nggak ? Kalau anda jadi bosnya, mendingan diapain yah penyiar kayak gini ?</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Tapi itu mungkin contoh yang terlalu ekstrim, walaupun bisa aja terjadi. Kalaupun misalnya terjadi, gue nggak tau siapa yang goblok, penyiarnya atau <em>Program Directornya.</em> </span></p><p><span style="font-family:Arial;">Contoh lain, yang mungkin disadari atau nggak, diakui atau nggak adalah kedisiplinan penyiar terhadap apa-apa yang harus dipersiapkan sebelum siaran. Katakanlah <em>script </em>( naskah siaran ).</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Gue dulu ( sampai sekarang ) menganggap dunia siaran radio adalah dunia yang bebas dari KKN. Coba aja, anak bos yang memiliki stasiun radiopun nggak bisa seenaknya ikut-ikutan siaran kalau nggak mau bunuh diri mematikan perusahaan orang tuanya. Taruhlah misalnya iya, dia sempet siaran, pasti nggak lama setelah itu akan mental sendiri. Bisa karena sadar akan kapasitasnya yang nggak memenuhi syarat atau malu karena ternyata nggak ada yang dengerin siarannya. Pendeknya, kualitas dari siapaun yang mencoba untu siaran, pasti akan bisa dinilai dengan objektif.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Susahnya, tidak ada hal yang eksak dalam dunia radio. Tapi bukan berarti kebijakan-kebijakan dan SOP ( Standar Operasional dan Prosedur )-nya tidak bisa dinilai dan dipertanggungjawabkan baik secara kaidah maupun keilmuan. Nah celah ketidak eksakan itulah yang menjadi celah bagi beberapa penyiar untuk membuka etalase bagi dirinya sendiri.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Gue sering ngeliat atau mendengarkan penyiar yang bersiaran dengan menebar kata-kata yang berbunga-bunga. Dia tidak mau tau bagaimana dia harus memaksimalkan fungsi-fungsi radio sebagai media massa. Akhirnya program tebar pesonalah yang kemudian terdengar. Paling banter dia melaksanakan misi " dari dan ke ". Maksud gue, muatan andalan penyiar macam begini adalah " .....dari si anu untuk si itu....."</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Hah...! Udah gitu dia coba-coba buat belok dari <em>play list </em>yang disusun <em>Music Director</em>. Kemudian mengalunlah lagu-lagu favorit dia. Nih anak siaran buat siapa sih...?</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Udahannya, selesai siaran dia keluar dari ruang siaran dengan langkah pasti. Waajahnya berseri. Ekspresinya puaaaassss banget ! Gimana nggak puas ? Lagu-lagu yang dia putar semuanya lagu-lagu yang disukai. Tebar pesonanya nendang banget, sampai bikin kecengannya kelepek-kelepek. Sekali lagi puaaaasss banget !!!</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Hei...!!! Sadar nggak sih ? <em>Wake up man</em>...! Program yang disusun oleh <em>Program Director </em>dengan segala filosofinya menguap, terbang entah kemana. Akhirnya, target audience jadi nggak jelas. Target pesan juga nggak jelas kemana arahnya. Trus... apa yang didapatkan oleh pendengar selain tangannya yang kemudian dengan pasti beralih ke radio lain.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Akhirnya, hanya dia sendiri yang merasa sangat puas. Kalau <em>audience </em>yang sebenarnya menjadi target tetap mau dengerin tapi nggak ngerasa puas, berati tuh penyiar letoy atau ejakulasi dini.</span></p><p><span style="font-family:Arial;">Nah,... kalau dia puas sendiri dan ternyata nggak ada <em>audience </em>yang dengerin siarannya ?</span></p><p><span style="font-family:Arial;"><strong>Apalagi namanya kalau bukan onani alias masturbasi ?</strong></span></p>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-12456510823393751432009-09-28T11:59:00.013+07:002011-03-31T10:28:19.083+07:00Apakah Aku Laki Laki ?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGwYpb-4vHkNZ5jPrdyPTRuU1WjzXvkHq3DrfhPNqBwXAHYMPCntuwUCKGE7l3pKgSIw0bcoZ8gsxzpOtTNQe-HOW_mxxu4Ru3dbL5ZY_fJFwIacaSarZ3aSvPQnGUABTvWSM_LYFdmqY/s1600-h/J0099192.GIF"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGwYpb-4vHkNZ5jPrdyPTRuU1WjzXvkHq3DrfhPNqBwXAHYMPCntuwUCKGE7l3pKgSIw0bcoZ8gsxzpOtTNQe-HOW_mxxu4Ru3dbL5ZY_fJFwIacaSarZ3aSvPQnGUABTvWSM_LYFdmqY/s320/J0099192.GIF" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5386379141906459554" border="0" /></a>Apakah aku ini laki-laki ? Aku melihat diriku di cermin. Mencoba mencari-cari garis yang membuatku yakin bahwa aku laki-laki.<br /><br />Ya,... aku menemukan bulu-bulu halus di bawah hidung, sebelum bibir atasku. Ada lagi di bawah bibir bawahku, juga di daguku.<br /><br />Bulu halus ? Mungkin dulu iya, waktu aku masih SMA. Tapi mungkin sekarang tidak lagi. Sekarang berubah menjadi kasar karena terkena pisau cukur setiap pagi. Bulu-bulu itu memang harus aku cukur setiap pagi agar terasa nyaman bagiku. Itupun akan tumbuh kembali saat sore hari.<br /><br />Sampai di sini aku masih menemukan bahwa aku memang laki-laki. Walaupun memang bukan laki-laki yang tampan, karena wajahku biasa-biasa saja.<br /><br />Lebih jauh, sekarang aku buka bajuku. Dadaku cukup bidang kukira, setidaknya untuk badanku yang tidak terlalu tinggi. Lalu, kuamati dadaku. Yang aku tahu, dada perempuan biasanya memiliki dua payudara yang menonjol kenyal dengan <span style="font-style: italic;">ariola</span> yang cukup luas. Aku tidak memiliki dada yang seperti itu. Aku hanya menemukan beberapa bulu di dadaku meskipun jauh dari kata lebat.<br /><br />Aku masih berdiri di depan cermin. Masih memandangi tubuhku. Dan sekarang kubuka celanaku, kulepas ! Lalu kulihat di antara kedua pahaku. Aku memastikan diri bahwa aku memang laki-laki. Itu kupastikan ketika di sana kulihat kelamin milikku. <span style="font-style: italic;">Penis </span>! Dan bukan <span style="font-style: italic;">vagina<span style="font-style: italic;"> </span></span>seperti yang perempuan miliki.<br /><br />Hening, sunyi dan dingin. Kukenakan lagi pakaianku. Sambil masih berpikir, utuhkah aku sebagai laki-laki ? Untuk sementara iya. Kusimpulkan dari anatomi tubuhku. Lalu bagaimana dengan jiwa ? Uh... benar. Bagaimana dengan jiwaku ?<br /><br />Ya, bagaimana dengan jiwaku ? Aku cemas, karena banyak jiwa perempuan yang meminjam tubuh laki-laki. Dan banyak jiwa laki-laki yang yang meminjam tubuh perempuan. Aku terpekur, menggigil memeluk lututku yang gemetar di sudut kamar. Terduduk, sambil meraba-raba jiwaku, meyakinkan jiwaku tetap ada, kesadaranku masih utuh.<br /><br />Tapi aku menyukai perempuan. Menikmati sentuhan-sentuhan perempuan, mengejang saat merasakan hasratku terhadap perempuan. Aku bahkan mencintai satu di antara perempuan, dan aku bahagia karenanya. Aku tidak tertarik dengan tubuh laki-laki untuk kugumuli. Karena tubuh dan jiwaku kupastikan laki-laki.<br /><br />Sekarang, laki-lakikah hatiku ? Kucoba memeras isi hatiku agar aku bisa tahu hangatkah cairannya terhadap perempuan. Hangat. Kusentuh lagi dinding hatiku. Hangat. Pernah kurasakan hangat yang membara ketika perempuan menyentuhnya.<br /><br />Namun, apakah kehangatan itu akan dirasakan oleh perempuan yang menghuni ruang hatiku ?<br /><br />Aku pernah membuat perempuan merasa dicintai dengan tulus meskipun dengan sederhana. Dan perempuanku bersedia memberikan hal yang sama, cinta yang juga tulus. Karenanya aku bisa memberikan kepada perempuan rasa rindu yang menggebu, sama dengan yang aku rasakan. Aku bahkan bisa mengajaknya mendaki puncak. Puncak kebahagiaan.... sekaligus kenikmatan dari hasrat yang menggelora.<br /><br />Aku bisa membuat seorang perempuan keluar dari rumahnya yang telah bertahun-tahun menjadi fokus kebahagiannya. Lalu menuju ke rumahku, mempertaruhkan kebebasan dan kebahagiannya, hanya karena di rumahku ada jiwa yang memberinya cinta dan kasih sayang. Jiwaku.<br /><br />Yang aku lakukan untuk perempuan yang memadukan jadi satu dua hati, hatiku dan hatinya ?<br /><br />Aku bersedia menempuh ribuan mil untuk menjemputnya, untuk kemudian menggendongnya. Ya, mengendongnya di atas kakiku sendiri, mengarungi <span style="font-style: italic;">savana </span>yang gersang, bahkan gurun yang tandus.<br /><br />Aku bersedia memeluk perempuanku saat dingin menerpa tubuh atau hatinya. Aku bersedia menjilati air matanya saat perempuanku menangis. Memberinya perasaan damai sekaligus perasaan dimiliki dan dibutuhkan.<br /><br />Aku bersedia memeluk pinggangnya saat berjalan bersama, menuntunnya saat melalui jalan terjal dan membasuh kakinya saat melewati jalan berlumpur.<br /><br />Aku mau menggenggam tangannya dan menyediakan dadaku untuknya bersandar saat dia butuh dukungan dan <span style="font-weight: bold;">perlindungan.</span><br /><br />Aku tersentak. <span style="font-weight: bold;">Perlindungan ?</span> Bisakah ? Aku sendiri takut kekerasan ? Akankah perempuanku merasa terlindungi olehku ?<br /><br />Aku dengar suara teriakan tak jauh dari rumah. Agak jauh sebenarnya. Tapi karena siang ini sangat sepi, aku bisa dengar dengan jelas suara teriakan itu. Aku bergegas keluar rumah. Kulihat ada dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Perempuan itu menjerit tertahan ketika melihat salah seorang laki-laki yang berbadan kecil ditarik kerah bajunya oleh laki-laki satunya. Badannya lebih besar. Tapi aku mengenal laki-laki malang itu. Dia seorang <span style="font-style: italic;">play boy</span> yang sering mempermainkan hati perempuan.<br /><br />" Kamu mau jadi pahlawan buat perempuan ini hah ? " si kekar menghardik.<br /><br />" Tolong... jangan sakiti kekasihku ! " kata perempuan itu memohon kepada si kekar untuk membebaskan kekasihnya. Baru aku tahu, ternyata laki-laki malang itu adalah kekasih perempuan itu.<br /><br />" Ambil tas ini, dan bawa yang kamu mau... dan biarkan kami pergi, kumohon.... " perempuan itu mulai meratap.<br /><br />Laki-laki malang itu berteriak sambil lehernya masih dalam cengkeraman si kekar.<br /><br />" Jangan ! Jangan berikan kepadanya sayang, pergilah... jangan hiraukan aku...! "<br /><br />" Tutup mulutmu !!! " si kekar menghardik sambil tinjunya melayang ke mulut laki-laki malang itu.<br /><br />Laki-laki itu terjajar beberapa langkah ke belakang sebelum akhirnya jatuh telentang di atas tanah. Darah mengucur dari hidungnya. Dia mencoba bangkit. Matanya merah menahan amarah yang teramat sangat. Tapi kulihat raut wajah yang ragu dan ciut dari laki-laki malang itu.<br /><br />Mungkin laki-laki itu sama denganku, gentar melihat kekerasan, apalagi harus terlibat dengan kekerasan. Tulang-tulangnya sama dengan tulang-tulangku, kecil dan rapuh. Sebuah konstruksi badan yang menghalangi ototnya untuk menjadi kekar.<br /><br />" Kasihan dia... " Aku membatin. Dan ketika itu aku lebih merasa mengucapkannya untuk diriku sendiri.<br /><br />Laki-laki itu mencoba untuk membalas pukulan dengan membabi buta. Namun pukulannya hanya beberapa saja yang mengenai badan si kekar. Itupun lebih terasa seperti tamparan seorang anak kecil. Lunglai.<br /><br />Dan dengan sekali pukul, tinju si kekar tepat mengenai ulu hatinya. Membuatnya kembali tersungkur sambil mengerang memegangi perutnya. Kekasih perempuannya menjerit. Dan sebelum perempuan itu menghambur ke arahnya, si kekar memuaskan ego kekuatannya dengan sekali lagi menendang punggung lelaki malang itu. Dan dengan sekali sentak si kekar berhasil merebut tas yang ada di pelukan kekasih laki-laki malang yang sudah tidak berdaya itu.<br /><br />Dan perempuan itu, dia sudah tidak peduli lagi dengan benda-benda berharga di dalam tasnya. Dia hanya melirik sepintas saja ketika si kekar membawa pergi tas itu dengan tertawa-tawa. Sementara laki-laki malang itu masih mengerang kesakitan dengan kepala di pangkuan kekasihnya, sebelum akhirnya warga berdatangan dan membawanya ke rumah sakit.<br /><br /><div style="text-align: center;">*****<br /><br /><div style="text-align: left;">Aku tertegun, merutuki diri sendiri. Menyesali diri, kenapa aku tidak memiliki keberanian untuk menolongnya ?<br /><br />Lalu aku kembali menggigil, kembali di sudut kamar yang kosong. Lagi-lagi aku merenung tentang makna laki-laki. Siapakah yang berhak menyandang nama laki-laki ? Antara aku, laki-laki malang tadi, dan si kekar ?<br /><br />Apakah laki-laki malang tadi ? Yang berusaha memberikan perlindungan kepada kekasihnya meski dengan gentar. Mungkin karena amarahnya tersulut. Sedangkan aku sama sekali tidak tahu kekasihnya itu perempuan yang ke berapa yang berhasul dia dekap. Tapi mungkin dialah laki-laki.<br /><br />Atau mungkin juga si kekarlah yang pantas disebut laki-laki. Dia begitu kuat dengan badannya yang besar. Dengan kekuatannya itulah si kekar menebar ketakutan disertai gertaknya yang menggelegar. Tapi kenapa dia takut menghadapi kenyataan bahwa untuk mendapatkan sesuatu dia harus berusaha dan bekerja ? Tapi mungkin juga dialah laki-laki.<br /><br />Atau laki-lakikah aku ? Yang meskipun bisa membuat perempuan merasa nyaman dengan cinta dan pengabdianku, ternyata hanya bisa gemetar dan membiarkan kekerasan terjadi di depan mataku ?<br /><br />Entahlah....<br />Mungkin laki-laki malang itu adalah laki-laki bagi kekasihnya.<br />Mungkin si kekar adalah laki-laki bagi cecunguk-cecunguknya.<br />Mungkin aku hanya merasa sebagai laki-laki bagi diriku sendiri.<br />Entahlah...<br /><br /></div></div>Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-51394692693921015462009-09-25T11:55:00.014+07:002011-03-31T10:20:28.102+07:00Pangeran Kodok Terganjal Level<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ-GxOWif9s39JNRHw0AZ4pMqNgsl-dKH9hAYlS-UFKGVE3egwGYw919-MDFu2hA6JYZPpoGC3FjD8e8ydCKCLb-lVROB2tWxL5MItNDRWHFkbYtoI-AeHo58Q8WiGFjOV02a8J48rc_k/s1600-h/3d-5.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ-GxOWif9s39JNRHw0AZ4pMqNgsl-dKH9hAYlS-UFKGVE3egwGYw919-MDFu2hA6JYZPpoGC3FjD8e8ydCKCLb-lVROB2tWxL5MItNDRWHFkbYtoI-AeHo58Q8WiGFjOV02a8J48rc_k/s320/3d-5.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5385264862394312162" border="0" /></a>Lebaran baru saja berlalu. Aroma lebaran juga masih terasa dalam nafas. Nah, sekarang di sinilah gue. Di belakang meja dalam kantor gue yang masih juga berantakan mirip kapal pecah. Gue memang belum sempat beresin tempat kerja gue. Tepatnya memang nggak disempet-sempetin.<br /><br />Tapi gimanapun gue betah berlama-lama di sini. Melototin monitor sambil tangan gue gerayangin <span style="font-style: italic;">mouse</span> sama <span style="font-style: italic;">keyboard.</span><br /><br />Biasalah... temen gue cuma air minum yang bisa saja berupa air putih, teh, kopi atau minuman suplemen. Yang penting ada airnya. Nggak ketinggalan sebungkus rokok, atau juga bisa cuma beberapa batang rokok lantaran dompet ini lebih sering cekak daripada ada isinya, boro-boro tebel. Tapi gue <span style="font-style: italic;">enjoy....swear...!</span><br /><br />Inilah kepuasan gue. Bisa dibilang kebahagiaan gue. Gue ngerasa bahagia banget jika pulang ke rumah ketika gue baru saja menghasilkan suatu karya.<br /><br />Ngomong-ngomong, gimana suasana lebaran anda ? Pasti menyenangkan. Iya lah... kesenangan dan kebahagiaan itu gak bisa kita tuntut dari orang lain. Kita sendiri yang musti ciptakan suasana hati semacam itu.<br /><br />Oiya, tapi ada yang terasa mengganjal pikiran plus perasaan gue. Belum sampai pada tahap resah sich, ngapain juga resah sama hal yang nggak penting buat hidup gue. Tapi kalo gue pikir-pikir, hal yang membuat persaan gue ganjel tadi rasanya kok penting juga.<br /><br />Maksud gue, ini bisa jadi penting bagi kita buat meneropong dari sudut mana kita memandang kehidupan. Mungkin aja dari sudut pandang yang berbeda saat kita melihat hidup, bisa jadi beda juga cara kita memaknai hidup.<br /><br />Wah, kok ribet amat sich... ? Gini dech... gue coba ceritain yang gue maksud tadi, dengan pengertian yang lebih sederhana.<br /><br />Ceritanya, gue sama istri gue merayakan lebaran hari pertama. Setelah shalat Ied dan ngumpul bareng keluarga istri gue, gue lanjutin bersilaturahmi ke keluarga dan tetangga. Setelah itu pulanglah kami berdua ke rumah gue. Rencananya sorenya gue bakal melakukan perjalanan mudik ke keluarga gue. Bareng sama istri tentu saja.<br /><br />Menjelang berangkat, gue masih terpaku di depan TV. Gue penasaran sama <span style="font-style: italic;">ending</span> FTV di sebuah televisi swasta yang identik dengan warna biru <span style="font-style: italic;">diamond.</span><br /><br />Istri gue udah teriak-teriak dari kamar.<br /><br />" Pa....!! cepetan mandi... mama udah siap nich...! "<br /><br />Maksudnya istri gue nyuruh gue mandi biar bisa cepet berangkat mudik. Bukan ngajakin yang yang lain. Hahaha...<br /><br />" Bentar dulu ma... papa penasaran sama <span style="font-style: italic;">ending </span>ceritanya nich.... " gue jawab dengan mata masih melototin layar TV.<br /><br />Ceritanya tuh sebenernya gak istimewa banget.<br />Ada seorang dokter cewek. Masih muda dan cantik. Dia ditugaskan di sebuah desa terpencil. Dia harus merubah pola pikir masyarakat desa tersebut tentang pengobatan medis.<br /><br />Saking terpencilnya, ke mana-mana dokter cewek tersebut harus jalan kaki berkilo-kilo meter buat menuju ke kliniknya. Nah, ceritanya ada seorang cowok yang sering dampingin tuch dokter cewek. Dari <span style="font-style: italic;">gestur</span>-nya kayaknya nich cowok ada hati sama dia. Dan itu semakin terbukti dari perhatiannya sama si dokter.<br /><br />Sebenernya si dokter males banget ditugasin di desa itu. Soalnya kliniknya gak pernah dapet pasien lantaran masyarakat di sana lebih suka nyembuhin penyakitnya lewat dukun desa.<br /><br />Tapi ada dua hal yang membuat dia balik lagi ke desa itu. Alasan klasik dan sangat tinggi faktor kebetulannya gue rasa.<br />Pertama, saat si dokter itu balik ke kota dan pengen nunjukin <span style="font-style: italic;">surprise</span> sama kekasihnya, dia menangkap basah cowoknya itu lagi bermesraan sama selingkuhannya. Nah, klasik banget kan ?<br /><br />Kedua, setelah dia memutuskan buat balik lagi ke desa terpencil dimana dia ditugaskan, tiba-tiba dukun desa yang selama ini jadi dewa penolong sakitnya warga ternyata sakit. Singkat cerita tuch dokter bisa ngeyakinin warga dan keluarga si dukun agar bisa dia rawat. Nah, dengan berbagai macam analisis, akhirnya ditemukan apa penyakit sang dukun. Dan si dokter cewek itu berhasil menyembuhkannya. Jadilah mereka bisa kompakan dengan komunikasi yang lebih baik. Gak kalah klasik !<br /><br /><span style="font-style: italic;">But, it's ok.</span> Nggak ada masalah bagi gue.<br /><br />Terus, apa nich yang jadi masalah yang ngeganjel di hati gue ?<br /><br />Nah,... masih inget seorang cowok desa yang selalu mendampingi dokter cewek itu ? Keliatannya dia emang naksir sama tuch dokter. Tapi si dokter tetep aja gak ada tanda-tanda yang sama. Istilahnya tuch cowok bertepuk sebelah tangan, gitu dech...<br /><br />Sampai suatu saat, karena kelelahan si dokter pingsan. Ditolonglah dia sama tuch cowok. Dibawa ke rumah si dokter dan ditungguin sampai siuman. Pas banget setelah siuman, bokap sama nyokap si dokter datang. Setelah ngobrol panjang lebar, bokap si dokter bertanya sama si cowok desa tadi.<br /><br />" Terimakasih ya nak, sudah membantu anak saya di desa ini. Ngomong-ngomong lagi sibuk apa nich ? "<br /><br />" Ya... biasalah pak, berkebun kecil-kecilan. Lumayan buat menyambung hidup. " Si cowok menjawab dengan tersipu malu. Belum habis si cowok menjawab, si dokter ikut menerangkan kegiatan cowok tadi.<br /><br />" Iya pah... dia punya perkebunan melon tidak jauh dari sini. "<br /><br />" Wah, besok papah harus lihat tuch... papah juga tertarik. " Kata bokap si dokter.<br /><br />" Dengan senang hati pak. Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya tunggu besok kedatangannya di perkebunan saya. " Akhirnya si cowok desa berpamitan.<br /><br />Esok harinya, si dokter cewek beserta bokap nyokapnya bener-bener datang.<br /><br />Nah di sinilah terjadi adegan-adegan yang memaksa gue buat merenung.<br /><br />" Kok kamu bekerja di kebun pake baju <span style="font-style: italic;">lab </span>? " Tanya si dokter tiba-tiba. Dan pertanyaan ini membuat si cowok tadi gelagapan. Gak bisa menjawab.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Save by the bell</span>.... bokap nyokap si dokter datang.<br /><br />" Hai... luas juga kebun kamu nak... tanamannya juga bagus-bagus. Bagaimana kamu bisa membudidayakan tanaman sebagus ini ? "<br /><br />Belum sempat si cowok menjawab, bokap si dokter tadi bertanya lagi. Kali ini dengan penuh antusias dan penasaran.<br /><br />" Tunggu...! Sepertinya saya nggak asing dengan kamu, apa kita pernah bertemu ? Sebentar, saya ingat-ingat dulu. Kamu kan,... kamu....tunggu dulu sebentar. " Dan si bokap bergegas menuju <span style="font-style: italic;">gazebo</span> di sudut kebun. Membuka tasnya, dan mengambil sesuatu.<br /><br />Sambil berlari kecil si bokap membuka sebuah halaman dalam majalah yang ada di tangannya.<br /><br />" Untung saya membawa majalahnya. Ini kamu kan nak ? "<br /><br />Terpampanglah sebuah foto dalam sebuah halaman majalah. Tertera judul artikel di samping fotonya : " Mahasiswa Berprestasi, Mengembangkan Melon Varian Baru " Lalu di bawahnya terpampang satu paragraf <span style="font-style: italic;">headline</span> yang berbunyi :<br /><br />Seorang mahasiswa berprestasi bernama......( gue lupa namanya ) berhasil mengembangkan <span style="font-style: italic;">varietas </span>baru buah melon. Ini adalah hasil riset yang dilakukannya untuk mengambil gelar S 2 di....( sebuah PTN terkenal ).<br /><br />Si dokter cewek kaget. Marah,<br /><br />" Jadi kamu selama ini.... " kata-katanya nggk dilanjutin. Dia memilih berlari sambil menangis menahan kemarahan.<br /><br />" Kok kamu masih diam di sini ? Kamu tau ? Kalau seorang wanita berlari menjauh, itu tandanya dia minta untuk dikejar ! " Kata bokap si cewek. Wah,... lampu ijo nich....<br /><br />" Sekarang pak ? " Tanya si cowok dengan culunnya, meminta ketegasan.<br /><br />" Apa yang kamu tunggu ? " Kata si bokap meyakinkan.<br /><br />Kelanjutannya bisa ditebak. Nggak perlu gue ceritain detailnya. Sampai pada suatu pagi, mereka berada di <span style="font-style: italic;">gazebo</span> kebun. Si cowok berpamitan untuk pergi ke kota untuk menguji risetnya. Mereka berbincang serius. Dan mungkin ini satu-satunya dialog yang gue suka.<br /><br />" Aku merasa berat untuk melepasmu pergi. Tapi aku mencoba untuk memahami apa yang harus kamu lakukan. " Kata si cewek<br /><br />" Aku juga berat meninggalkanmu. Tapi semua yang kulakukan kupersembahkan untukmu. Aku yakin itu, seyakin diriku merasa bahwa kamu akan menunggkuku di sini. " Wuih.... mantap.<br /><br />" Aku percaya dengan apa yang akan kau lakukan, seperti percayanya aku terhadapmu, bahwa kamu pasti akan kembali menemuiku, di sini. " Ugh... gue <span style="font-style: italic;">gue jealous.</span><br /><br />Singkat cerita, di tempat yang sama beberapa bulan kemudian. Mereka akhirnya membuktikan kata-kata yang menjadi janji terakhir mereka. Si dokter cewek akhirnya memang menunggu. Dan si cowok memang menepati janjinya buat kembali.<br /><br />Seperti kalimat penutup dalam dongeng masa kecil : <span style="font-style: italic;">" and they lived happily ever after... "</span><br /><br />Ujungnya gue bengong... sampai-sampai gue gak ngerasa waktu istri gue ngelempar anduk ke muka gue. " Mandi.... FTV-nya udah abis tuch... "<br /><br />Nah,... analisa gue sama FTV yang " terpaksa " gue tonton tadi adalah :<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pertama</span>, kalo diliat dari sisi bahwa film itu dibuat dan dinikmati sebagai hiburan semata, gak masalah lah... namanya juga hiburan ringan.<br /><br />Tapi <span style="font-weight: bold;">kedua</span>, gue kok ngerasa terganggu dengan yang namanya cinta. Tepatnya cinta yang berlandaskan ketulusan. Tanpa kalkulasi duniawi. Udah jarang kali ya yang kayak gitu ?<br /><br />Gue punya beberapa pertanyaan tentang keputusan cinta si dokter cewek muda itu.<br /><br />Gue nggak liat ada tanda-tanda cinta dari si cewek itu sebelumnya. Tapi cinta itu tumbuh setelah dia tau bahwa cowok itu ternyata selevel dengan dia. Gawat...<br /><br />Okelah... anggap aja sebenarnya si cewek juga sebenarnya cinta. Tapi keliatannya dia lebih memilih untuk menepiskan perasaan itu. Dan ketika dia tau level cowok itu, maka dia bersedia untuk menyemaikan benih cinta itu. Gawat juga...<br /><br />Terus bokapnya. Dia merelakan putrinya untuk menjalin cinta dengan cowok kampung itu karena hal yang sama. Level yang sepadan. Nah.... udah <span style="font-style: italic;">triple </span>gawat nich....<br /><br />Pertanyaan gue :<br /><br />Apakah si dokter cewek itu akan jatuh cinta kalo ternyata si cowok hanyalah anak desa biasa ?<br />Apakah dia akan bersedia menyemaikan cintanya jika ternyata si cowok asli hanya anak kampung yang nggak selevel dengan dia ?<br />Apakah bokapnya akan merelakan putrinya jatuh cinta dengan anak desa itu jika sebenarnya dia bukan mahasiswa berprestasi ?<br /><br /><span style="font-style: italic;">I don't think so..</span>. Gue nggak yakin.<br /><br />Analisa gue yang <span style="font-weight: bold;">ketiga</span> adalah : <span style="font-style: italic;">welcome to real world !</span><br /><br />Kita tidak sedang hidup di negeri dongeng yang penuh fantasi. Dimana seorang pangeran buruk rupa dicintai secara tulus oleh seorang putri, dan ketulusan cinta itu melepaskan kutukan yang menimpa pangeran dan mengembalikan keadaannya menjadi pangeran tampan.<br /><br />Dalam cerita tadi, sang pangeran tampan baru dicintai setelah sang putri tau benar bahwa dia adalah sang pangeran, dan bukan rakyat jelata.<br /><br />Lalu gimana yach... kalo pangeran kodok dari negeri dongeng tersesat ke negeri nyata kita ini ? Wah,... kayaknya sampai matipun dia nggak akan bisa lepas dari kutukannya. Karena ketulusan dari sang putri yang wanita cantik dan bermartabat tinggi sudah punah di dunia nyata.<br /><br />Ada nggak yach... karakter seperti dalam FTV tadi yang berperan secara tulus mencintai apa yang menjadi getar hatinya, meskipun cowok yang dicintainya hanya orang biasa ?<br /><br />Ada nggak yach... karakter yang keukeuh mencintai tanpa syarat secara tulus dan sederhana, yang ketika dia tau bahwa kekasihnya bukan " orang biasa ", kemudian dia menganggap hal itu hanyalah sebagai bonus ?<br /><br />Gue harus angkat bahu !<br /><br />Tapi okelah.... daripada pusing, gue anggap aja itu sabagai hiburan semata.<br />Gue gak ada masalah sama penulis ceritanya.... semoga <span style="font-style: italic;">keep on writing</span>.<br />Bahkan gue musti angkat jempol ! Kenapa ?<br /><br />Karena di tengah banyaknya teriakan mengangkat realita, justru inilah relita. Hebat banget !<br /><br />Diakui atau tidak, inilah potret masyarakat dunia sekarang ini. Faktanya memang begitu. Banyak yang harus diperhitungkan untuk memberi dan menerima cinta. Busyet...!!!<br /><br />" Cinta sih bisa numbuh sendiri.... asal ada <span style="font-style: italic;">reward</span>-nya " Walah....!<br /><br />Gue banyak nemuin, cewek yang nangis-nangis ketika dikawinin, menolak dijodohin sama cowok yang menurut orang tuanya selevel. Tapi toh, ternyata hamil juga, punya anak juga, banyak malah. Yang gue liat sich cukup <span style="font-style: italic;">comfort </span>dan <span style="font-style: italic;">enjoy</span> banget.<br /><br />Sementara gue yakin, dalam FTV tadi kalau si cowok memang beneran rakyat biasa, dia pasti akan tetep gigit jari.<br /><br />Ya... begitulah sob....<br />Inilah realita...<br />Relita level !Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-270458072209783570.post-44093258230897526372009-09-12T16:18:00.011+07:002011-03-31T10:20:59.835+07:00Lebaran ?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFj3hdvkpCNDXOHbWFRhz0vgT8CWBrHwTqbdwI-YouOK2R5Y9IjTRpppsgwO-GmRVeCZSqaElzSSE7WVAo3rdvnedsG3yW5ZKrfuXUXs7RK-VA1-k2K5Hpg8rQrPAzX5eNOfwbLD8LbHw/s1600-h/277791013uUpnhJ_ph.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 256px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFj3hdvkpCNDXOHbWFRhz0vgT8CWBrHwTqbdwI-YouOK2R5Y9IjTRpppsgwO-GmRVeCZSqaElzSSE7WVAo3rdvnedsG3yW5ZKrfuXUXs7RK-VA1-k2K5Hpg8rQrPAzX5eNOfwbLD8LbHw/s320/277791013uUpnhJ_ph.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5380509150747554338" border="0" /></a>Sebentar lagi lebaran. Kalo siang jalan penuh, pasar penuh. Kalo malem, sama aja. Jalan penuh, <span style="font-style: italic;">mall </span>penuh.<br /><br />Gue ngerasa, lebaran selalu membangkitkan romantisme waktu kecil. Dimana gue sama temen-temen gue masih lengkap pada ngumpul. Komplit... plit. Belum lagi emang karakter anak-anak yang taunya seneng aja. Gak mau tau, pokoknya bokap nyokap mesti nyediain baju baru. Gue juga gitu. Meskipun gue sama adik-adik gak minta, bokap nyokap selalu beliin baju baru. Bukan apa-apa, kali aja mereka cuma bisa beliin itu setaun sekali. Hehehe... jadi pas <span style="font-style: italic;">moment</span>-nya.<br /><br />Itu juga kali yang jadi magnet terkuat bagi mereka yang tinggal jauh dari kampung halamannya. Lebaran sama dengan mudik, kesempatan buat bertemu dengan sanak keluarga. Syukur-syukur bisa kumpul lagi sama temen-temen masa kecil.<br /><br />Anda punya kenangan lebaran masa kecil ? Pasti punya dech. Sekarang coba hitung, berapa banyak dari kenangan itu yang termasuk kategori lucu ? Hampir semuanya kan ?<br />Nah, gue juga bakal ceritain kenangan lebaran masa kecil. Bukan cerita gue sich, tapi temen gue yang pernah ceritain itu sama gue. Sekarang gue <span style="font-style: italic;">share </span>di sini.<br /><br />Begini ceritanya :<br /><br />Temen gue punya bapak. Pasti lah... masa gak punya bapak, emang bisa numbuh sendiri ?<br />Bapak dari temen gue ini seorang pegawai kecamatan. Dia punya banyak sepatu kulit. Tau kan, sepatu fantofel jadul ? Yang hak belakangnya tinggi, trus kalo jalan di lantai suaranya mirip suara kaki kuda ?<br /><br />Di rumah temen gue itu ada beberapa pasang sepatu bekas yang udah gak bisa dipake. Kebanyakan karena kulitnya udah kusam, ato bahkan retak-retak. Tapi ada sepasang yang kulitnya masih mulus...mengkilap. Tapi sayang salah satu haknya udah lepas.<br /><br />Nah, sepatu ini nich yang diincer sama tetangga temen gue. Orang yang ngincer sepatu ini udah berusia agak tua, kalo 50 tahun sich kayaknya lebih, banyak malah.<br /><br />" <span style="font-style: italic;">Pak, menawi mboten dipun agem sepatu puniko ajeng kulo pek kemawon</span> " ( Pak, kalo gak dipake sepatu itu mau saya minta saja. ) Begitu katanya.<br /><br />" Silakan aja mbah, tapi itu solnya lepas. Besok biar dibetulkan dulu ya ? " kata bokap temen gue, si empunya sepatu.<br /><br />" Nggak usah pak, biar nanti saya betulkan sendiri saja " katanya.<br /><br />" Ya terserah mbah kalo begitu. " bokap temen gue mempersilahkan.<br /><br />Suka cita, si mbah tadi berlari-lari kecil sambil gak ada hentinya bilang terimakasih. Terus berjalan sambil bersiul-siul menyusuri jalan setapak menuju rumahnya. Seneng banget raut mukanya.<br /><br />" Ini lho bu... sepatu kulit, yang bapak inginkan. Sekarang bapak punya. " kata si mbah sambil memeluk tuch sepatu seperti memeluk kucing kesayangan yang udah lama ngilang.<br /><br />" Lho,... bapak dapet dari mana hayo...? Nemu di mana coba ? " tanya istrinya kuatir kalo-kalo suaminya jadi penadah barang curian.<br /><br />" Ada deeeeech...! " jawabnya sambil niruin gaya bicara ABG jaman sekarang. Padahal waktu itu masih jadul. Wah... ngeduluin tren nich si mbah.<br /><br />Dielapnya sepatu kulit itu dengan sangat hati-hati. Karena di rumahnya gak ada semir, dia kerok jelaga dari pantat panci istrinya di dapur, dia campur sama minyak goreng dikit. Abis itu dia gosokin tuch ramuan ajaib ke sepatu kebanggaannya. Lumayan, mengkilap juga.<br /><br />Giliran sol sepatu sebelah kanan yang jadi fokus dia sekarang. Gimana caranya buat nempelin sol sepatu tadi. Akal punya akal, dia nekat ambil paku dan martil. Dengan mantap dia lekatin lagi sol sepatu yang lepas tadi dengan memakunya. Arahnya dari arah bawah sepatu. Dia tersenyum puas....<br /><br />Si mbah tadi ngeliatin sepatunya terus. Diamatinya lekuk-lekuk sepatunya. Dalam hatinya dia berkata : " Akan aku pakai buat lebaran. " Yo wis lah. Sakkarepmu !<br /><br />Lebaran tiba. Si mbah bangun pagi-pagi banget. Bersiap buat shalat Ied di alun-alun kecamatan. Bersarung, berbaju batik, berkopiah.....bersepatu !!! Ya, sepatu kulit yang dielus-elusnya selama ini. Istrinya cuma diem sambil geleng-geleng kapala dan berkata : " Puber ke tiga barangkali ! "<br /><br />Berangkat shalat Ied. Dengan sangat berhati-hati si mbah ini berjalan seperti gak rela ada sebutir debupun hinggap di sepatunya. Gak boleh ada setetes embunpun yang boleh nempel di kulit sepatunya. Bahkan dia udah nyiapin tas plastik buat ngebungkus tuch sepatu.<br /><br />" Biar nggak ada yang nyuri. " bisiknya sama temen gue, sambil meringis.<br /><br />Selesai shalat Ied dan khutbah, jamaah berhamburan ke rumah masing-masing. Juga si mbah dan istrinya. Dalam pelupuk matanya terbayang opor ayam plus lontong yang lembut buatan istrinya. Sedap banget keliatannya.<br /><br />Bergegaslah dia. Perutnya lapar karena beberapa hari ini gak doyan makan gara-gara mikirin sepatu kulit pujaannya. Jadilah sepatu itu sekarang agak sedikit terlupakan. Langkahnya cepat. Sesekali disekanya sepatu itu dengan ujung sarungnya. Melewati jalan berbatu, langkah kakinya berangsur aneh. Agak berjingkat jingkat. Tapi dia tetep berjalan hingga sampailah di rumahnya. Istrinya terengah-engah menyusul di belakangnya.<br /><br />Ada perasaan perih di telapak kakinya. Dibukalah sepatu yang dipakenya. Tumit sebelah kanannya berdarah. Tepat di tumit kaki kanan. Sisi sepatu yang lepas solnya tadi dan sempat dia rekatkan dengan paku.<br /><br />Ternyata, di sinilah masalahnya. Paku yang dia pake buat nempelin sol sepatu tadi, ukurannya sedikit lebih panjang dari sol sepatunya. Awalnya gak terasa. Tapi setelah jalan cepat di jalan berbatu tadi, pakunya makin melesak ke dalam. Mencuat mengenai kakinya.<br />Oalah mbah...mbah...!<br /><br />Tapi kecintaannya sama sang sepatu kulit tadi memang begitu besar. Habis makan, dia mengajak istrinya buat silaturahmi ke tetangga-tetangga. Yap ! Dengan sepatunya.<br /><br />Tapi kali ini dia alasi lagi dengan kertas karton. Jalanlah dia dengan gegap gempita.<br />Gak ngaruh... si karton tembus juga. <span style="font-style: italic;">The show must go on</span>. Nekat ! Dia lepas sepatunya, dia cabut copot lagi sol sepatu itu dengan tangannya. Senyum dikit, terus pake lagi.<br /><br />Terpincang-pincang tentunya. Bukan karena kakinya sakit, tapi karena sepatunya tingi sebelah. Tapi si mbah tetap berjalan dengan percaya diri. Hebaaaat !<br /><br />Nah, cerita tadi terjadi jelas bukan karena salah yang ngasih sepatu. Tapi ada juga cerita lain yang terjadi karena salah yang ngasih.<br /><br />Ceritanya, ada seorang nenek tua. Anak-anaknya semuanya udah berhasil jadi orang lah ceritanya. Tapi mereka hidup di luar kota. Jadilah si nenek itu hidup dengan ditemani seorang pembantu yang juga udah berumur.<br /><br />Menjelang lebaran si nenek pesen sama anak-anaknya.<br /><br />" Kalau ada baju-baju bekas yang layak pakai, tolong dibawa ya ? Nanti ibu kasihkan kepada yang butuh. " gitu pesennya.<br /><br />Bener aja, seminggu sebelum lebaran anak cucunya ngumpul di rumah sang nenek. Buat menyambut lebaran ceritanya.<br /><br />" Pesenan ibu mana ? " si nenek bertanya harap-harap cemas.<br /><br />" Itu bu, di kardus cokelat itu. " jawab anaknya.<br /><br />Singkat cerita, si nenek langsung ngebongkar tuch kardus dan milihin baju-baju yang bakal dia kasih ke orang.<br /><br />" Ini buat kamu, dan ini buat suamimu, terus yang ini buat anak-anakmu. " kata si nenek sambil ngasih ke pembantunya.<br /><br />Legalah si nenek. Keinginannya udah tercapai.<br /><br />Tibalah saat lebaran. Saat acara silaturahmi, datanglah si pembantu berdua dengan suaminya.<br /><br />" Kok cuma berdua ? " si nenek bertanya.<br /><br />" Iya bu, anak-anak masih di tempat mbahnya. " kata pembantunya.<br /><br />Sepasang suami istri pembantu tadi ngerasa gak enak banget. Pasalnya mereka ngerasa dirinya diliatin tamu lain sambil senyum-senyum menahan tawa. Gue dan temen-temen yang kebetulan ada di situ juga gakkuat nahan tawa. Gimana tidak ?<br /><br />Coba bayangin ! Sepasang suami istri yang udah berumur, penampilannya mirip guru dengan muridnya. Suaminya jadi murid, istrinya jadi guru. Masih belom ngeh yach...?<br /><br />Gue terangin.<br />Si istri pake rok panjang warna biru, sedangkan bajunya adalah baju Korpri. Tau kan baju Korpri ? Nah, suaminya pake Celana panjang cokelat tua, dengan baju cokelat muda yang masih komplit dengan atribut-atribut. Ya, seragam Pramuka. Nah lho....!<br /><br />Nah, ini jelas salah yang ngasih.<br /><br /><span style="font-style: italic;">By the way</span>, anda juga pasti punya pengalaman lain saat lebaran. Dan itu pasti akan teringat dengan jelas saat leberan tiba. Seperti beberapa hari lagi.<br /><br />Tapi yang gue rasa sekarang, lebaran bagi gue udah punya makna yang berbeda dibanding saat gue ngerayainnya waktu kecil dulu. Sekarang ini banyak tanggung jawab yang harus dipikul, bahkan beban saat harus ngerayainnya. Semuanya mungkin karena tradisi.<br /><br />Tapi terkadang gue ngerasa kangen dengan atmosfer lebaran masa kecil. Sepertinya sekarang kita kehilangan <span style="font-style: italic;">euforia </span>saat kita bersama temen-temen bersorak gembira :<br /><br />" Hore,....besok lebaran...!!! "<br /><br />Kita kehilangan rasa sukacita yang teramat sangat ketika memakai baju baru dan terima angpau. Kita kehilangan suasana ketika bersama-sama berlarian di jalan yang ramai orang. Yah, inilah hidup. Harus ada yang berubah seiring dengan kedewasaan.<br /><br />Selamat berpuasa di sepuluh hari terakhir, selamat menyambut Hari Raya Idul Fitri.Reza Ahmad Zamronihttp://www.blogger.com/profile/11700434617981766776noreply@blogger.com2