23 July 2009

" Welcome Home "

Gue jadi ngerasa narsis ngucapin " welcome home " pada diri sendiri. Tapi it's ok... daripada nggak ada ( belum ada ) yang menyambut. So anggap aja ini sebagai ekspresi dari hadirnya satu momen. Gue sih bilangnya sebagai " reborn moment ".

Yup. Gue ngerasa terlahir kembali. Minimal ini menandai semangat baru to do something, to be somebody. Ceritanya gini. Gue pernah jadi broadcaster ( penyiar radio ), dan gue cinta mati sama dunia radio yang pernah gue geluti. Nah... di dunia radio ini gue pertama kali in touch sama yang namanya IT. Itu terjadi sekitar tahun 95/96. Waktu itu belum ada radio yang siarannya computerized. Jadilah gue riset untuk menjadikan komputer sebagai salah satu perangkat siar. Singkat cerita, jadilah radio dimana gue kerja sebagai radio pertama yang siaran & produksinya computerized.

Truss... setelah gue nggak di radio lagi ( kenapa gue hengkang dari radio : tunggu postingan berikutnya ) gue pingin kerja sendiri. Ceritanya berusaha jadi enterpreneur. Bidang kerjanya sih gue niatin gak jauh dari dunia media. Gue pengen bikin produk - produk komunikasi audio visual.

Akhirnya gue punya equipment untuk ngebikinnya. Satu unit Digital Video Camera level pro ditambah satu unit PC buat ngedit audio video plus tetek bengek lainnya. Omong punya omong, selama 5 tahun gue terjun di usaha ini, cuma beberapa saja proyek kerja idealis seperti yang gue pengen. Cuma bisa diitung dengan jari. Meskipun emang client gue untuk bikin company profile video sama feature liputan event lumayan punya nama, seperti stasiun radio, ATPM Otomotif, operator penerbangan dan provider selular.

Asyik ngerjainnya tuh proyek. Lebih dari itu gue jadi ngerasa expert. Gue bisa explore kreatifitas gue, writing skill gue, sekaligus mengasah sense of communication. Biar narsis gue bilang : proyek semacam ini cuma gue yang bisa bikin. Minimal di sekitar gue lah... Apalagi nih produk bener - bener one stop service. Mulai dari ngambil gambar, naskah, narator ( dibantu istri ) sampai post production dan desain packaging gue kerjain sendiri.

Tapi ya itu tadi... proyek macam ini cuman mampir ke gue kuantitasnya cuma bisa diitung dengan jari dalam waktu 5 tahu. Busyet.... Mungkin strategi pemasaran gue gak bener. Mungkin juga target konsumen gue gak ngerti produk gue ini kayak apa, buat apaan atau pernyataan naif lainnya.

Yang ada juga proyek - proyek wedding video. Gak mengurangi rasa syukur, proyek kayak gini juga bisa nutupin biaya operasional sama nutupin modal asset yang gue punya. Tapi minta ampun ada di kerjaan ini ( minimal menurut gue, karena mungkin terlalu idealis ).

Kenapa kok gue builang ampun - ampunan ?

  • Pertama kompetitor. Gue gak bilang SDM mereka jelek. Tapi over confident kali. Atau apalah... Yang jelas selangit dech... Contohnya, ketika mereka ngelihat produk company profile yang gue bikin, komentar mereka gak spotif banget. Mereka bilang gampang bikin kayak gitu. Padahal waktu mereka komentar gimana caranya masukin narasi ke track video, mereka bilang caranya adalah : narasi dimasukin sekalian waktu ngambil gambar. Jadi seorang kameramen ngambil gambar, trus di sebelahnya seorang narator dengan external mic cuap - cuap. Nah lhooo.... Itu salah satu aja dari sekian banyak contoh kasus.
  • Kedua konsumen. Minta ampun dech nawar harganya.
  • Ketiga perias pengantin. Sama juga nginjek harga. Plus mintanya ini itu. Contoh : Gue udah edit video dengan background music yang sesuai. Eh... setelah jadi dia bilang, kok musiknya gak lagu " My Heart-nya Acha Septriasa " aja ? Gubrakkk... itu kan lagu tragis...

Tiga aja dech.... masih banyak sich... tapi gue kira itu juga udah bikin gue ngedrop.
Pokoknya saat - saat gue ngerjain wedding video, gue ngerasa gak seharusnya gue ada di sini. Bukan narsis, sombong atau takabur. Gue hanya berusaha menempatkan diri gue di tempat yang seharusnya. That's it.

Nah. Belum lama gue jual sebagian asset gue. Istilahnya gantung kamera. Gue sekarang main IT. Sambil menunggu waktu yang tepat buat gue main video lagi dengan produk yang gue targetin.
Mungkin seharusnya gue dag dig dug. Maksudnya now what ? Tapi aneh, gue gak cemas dengan ekonomi gue. Justru gue ngerasa plong. Ngerasa lega. Gue ngerasa punya alasan dan waktu yang banyak buat come back ngerjain dan bisnis IT based.

Gue ngerasa di sini seharusnya gue berada. Di tempat yang gue senangi, dan bisa berbuat lebih.
Soal hasil, gue punya prinsip bahwa kita akan berhasil menggapai apapun jika kita bekerja dengan tiga prinsip :

  • Ada hati di sana
  • Dedikasi
  • Bekerja & belajar

So, wish me luck.....

2 comments:

  1. Wellcome home brother

    ReplyDelete
  2. Salut ! atas keberanian loe melakukan apa yang loe yakini. Karena kebanyakan dari kita lebih memilih " comfort zone ", hanya karena takut akan resiko. Padahal, bukankah setiap bayi yang lahir kedunia, dia lahir bersama segudang resiko yang menunggunya ? So, Good Luck bro....

    ReplyDelete