04 May 2012

KOTAK AJAIB

Ini bukan sembarang kotak ajaib. Dia ada semenjak tercipta hingga entah sampai kapan selama orang masih punya kuping sebagai indera pendengaran.

Dia ada sejak jaman engkong-nya engkong, jaman kumpeni dan marsose bercokol, jaman Bung Tomo membakar semangat pertempuran, jaman Koes Plus yang masuk bui lantaran musik ngak ngek ngok-nya, jaman kelompencapir hingga jaman Cherybelle dan M. Nazarudin kesandung Wisma Atlet. Ya, setidaknya sampai saat ini.


Baiklah, sekarang kita bicara tentang RADIO, si kotak ajaib yang saya maksudkan tadi.

Ada ungkapan orang bijak yang mengatakan : “ Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. “

Masa yang berlalu hanya mengubah teknologi, bentuk, dan orang-orang di dalamnya. Adapun tentang fungsi ? Sami mawon, sama saja. Lalu di manakah ajaibnya ?

Nah, bicara soal ajaibnya kotak bernama radio itu, saya bisa membuat anda tersentak dan menyadari tentang sesuatu. Sabar.... Untuk menuju ke sana saya ingin mengajak anda merenungkan satu hal :

Hal apakah yang harus anda sishkan, sempatkan atau korbankan untuk mendengarkan radio ? Apakah anda perlu menyempatkan waktu tertentu untuk mendengarkan radio ? Apakah anda harus menyapkan ruangan tertentu untuk mencerna siaran radio ? Apakah anda harus meninggalkan aktifitas yang sedang anda jalani ?

Jawabannya : Tidak !

Anda tak perlu melakukan semua itu. Anda bisa melakukan aktifitas apapun untuk mendengarkan radio. Biarkan radio yang menemani anda.

Anda bisa menyimak siaran radio sambil makan, membaca, ngobrol, mengemudi, marah-marah, mandi, atau bahkan tidur dan mungkin –maaf—bercinta . Biarkan radio yang menyuapi anda akan hiburan.

Anda tak perlu memasuki ruangan tertentu untuk mencerna siaran radio. Bebas saja. Bisa di kamar, di ruang tamu, di jalan, di mobil, di kantor, di kafe, atau di mana saja. Biarkan radio yang menyajikan informasi untuk anda.

Radio tak menuntut anda untuk melebarkan mata untuk membaca atau melihat warna-warna visual. Radio tidak meminta anda duduk di satu tempat. Praktis, yang anda perlukan hanyalah telinga ! Itu saja.

Anda menyadari sesuatu ? Bukankah ini ajaib ?

Yang ini lebih ajaib. Anda pasti pernah menyaksikan sebuah video clip. Pasti. Apakah yang anda lihat ? Anda dituntun—atau dituntut—untuk mengikuti visual yang ditayangkan.

Sekarang bandingkan dengan ketika anda mendengarkan lagu lewat radio, dimana sang penyiar mengantarkan untuk menyimak lagu tersebut. Ya... hanya mengantarkan saja. Sebatas itu. Lalu, saat lagu itu diperdengarkan, imajinasi anda sendirilah yang bermain, menggambarkan adegan demi adegan, lengkap denag tekstur, warna dan aroma yang anda buat sendiri dalam benak anda.

Ajaib ! Betul kan ?

Setiap manusia memiliki kesan, suasana hati atau perasaan masing-masing setiap detik yang dijalaninya. Ajaibnya—lagi-lagi—ajaib, radio bisa menemani pendengarnya dalam suasana apapun ketika itu. Tak peduli apakah pendengarnya tengah menangis karena sedih, tersenyum dan tertawa karena bahagia, putus harapan atau optimis, sedang ingin tahu sesuatu, semuanya dapat tersentuh.

Ah, ternyata radio dapat mempengaruhi emosi pendengarnya. Bisa menyemangati saat sedih, atau bahkan ikut berempati akan problema yang di alami pendengarnya. Dalam saat yang sama. Ya, dalam saat yang sama, secara personal, pribadi.

Bukankah seseorang akan merasa tersanjung atau merasa dihargai jika disapa secara pribadi ? Di situlah salah satu kekuatan radio. Meskipun ucapan penyiar didengarkan oleh ratusan bahkan ribuan orang, pendengarnya akan merasa tersentuh secara personal, intim.

Ini juga ajaib bukan ?

Maka penyiar yang benar akan menggunakan sapaan pendengarnya dalm bentuk orang ke-dua tunggal seperti : anda, kamu, elu, ente, ngana, maneh, you,kowe, sampeyan, yeiy dan sebagainya sesuai dengan karakter format radionya (biasa disebut call audience). Dan bukannya : Anda semua, you all atau lainnya yang berkonotasi jamak.

Karenanya, berapa kalikah dalam hidup anda merasa tersentuh karena cuap-cuap penyiar ?

Anda pasti pernah dibuatnya menangis padahal di saat itu juga pendengar lainnya dibuat tertawa, atau sebaliknya. Hanya radio yang bisa begini.


Kawan, penemuan teknologi radio adalah suatu hal yang : brilliant.
Maka, profesionalitas dan keratifitas awak radio juga musti : excelent.
Dan pendengar yang memilih stasiun radio yang baik untuk didengar adalah : amazing.

Nah, dengan berbagai kejaiban itu, apakah radio siaran itu akan ditinggalkan ?

Saya rasa tidak. Karena saya yakin. Haqqul yaqin andapun salah satu dari pendengar radio.

Dengan media lain ? Kita hanya berbagi waktu saja.

Sekali di udara tetap di udara !
Bravo Radio !