20 June 2011

Aku, Dia Dan Bintang

Aku tak bisa berkata tidak ketika cinta menemuiku saat itu. Dia kabarkan padaku bahwa dia berjanji untuk merengkuh jiwaku, menyemai gairah yang selama ini terlupakan dan hampir mati.

"Aku suka pantai... aku suka laut. Kamu bisa hirup aromanya kan? Tahu nggak, angin yang kaya, lautan yang luas, matahari yang melimpah, membuatku merasa bebas..."
Dia terpekik kecil sambil merentangkan kedua tangannya seperti menyambut pelukan. Matanya terpejam, bibirnya menyimpulkan senyum.

Ah, betapa Tuhan menciptakan perempuan ini begitu indahnya, lalu jika dipadukan dengan suasana pantai senja itu, sungguh aku ingin sekali menuliskan sebaris puisi untuk kemudian kulagukan dengan melodi yang indah.

Aku biarkan dia menggumuli kedamaian dan kebebasan yang sedang dipeluknya. Seperti seorang ayah yang memandang takjub buah hati pertama yang baru saja dilahirkan, kupandangi wajahnya dengan penuh pesona. Kukagumi garis wajahnya yang membiaskan cahaya tanpa dosa.

"Pulang yuk...! Sebentar lagi malam..." ajakku setelah mengusap rambut di kepalanya seperti mengusap kepala anak kecil.

Dia mengangguk , dan kami bergandengan tangan menyusuri pantai yang memerah karena bias jingga senja, dan sosok kami melukiskan siluet, sementara jejak kaki kami di pasir mengular membuntuti kami.

Laut sedang pasang ketika kami tiba di dermaga sehingga kaki-kaki kami bisa menyentuh air saat duduk di tepi dermaga yang diapit dua pohon nyiur. Hening, hanya suara riak kecil ombak, nyanyian daun pepohonan dan kepak sayap camar yang terbang pulang.

Matahari baru saja meredupkan cahayanya, tenggelam dalam pelukan cakrawala. Perlahan, cahaya bintang mulai berpendar berganti memberikan sinarnya.

"Aku suka malam..." kataku.

"Kenapa? Aku lebih suka siang, lebih suka mentari..."

"Malam memiliki bintang, dan bagiku kamulah bintang. Bintang dalam hatiku. Aku bisa puas memandangnya saat malam seperti ini. Dan jika cinta adalah bintang, aku inginkan malam berjalan lebih lama, agar akau bisa tetap bersama cahayanya."

Dia menatapku, aku balik menatap bening samudra di matanya. Kurengkuh bahunya, dan kurebahkan kepalanya di bahuku. Lalu kubisikkan kepadanya,

"Tapi aku juga suka matahari, kamu suka menyebutnya mentari. Dia memberikan sinarnya sehingga bintang dapat bercahaya."

"Dengan tulus..."

"Ya, dengan tulus. Tanpa matahari, bintangpun akan mati. Aku mau jadi kedua-duanya. Bisa memberi dengan tulus, bisa menerima dan membagi cahaya."

Dia merepatkan pelukannya di pinggangku.

"Kamu suka laut?" tanya dia memecah kesunyian.

"Aku suka gunung..."

"Kenapa?"

" Sejuk, hijau dan di puncaknya akupun bisa meretas kebebasan. Ya, seperti kamu menikmati kebebasan saat di pantai."

Matanya terpejam, kepalanya terbenam di dadaku. Kaki kecilnya berayun-ayun dari bibir dermaga, menciptakan kecipak air.

"Aku menikmati saat-saat dengan kamu, di manapun kamu mengajakku," desahnya.

"Ya, denganmupun aku bisa belajar menyukai pantai. Karena lautlah yang memberikan uap airnya dan kemudian menyirami gunung dengan curahan hujan."

"Dan gunung menjernihkan airnya, lalu mengalirkan kembali ke pantai."

"Dengan ketulusan dan kasih sayang...."

"Aku mau jadi kedua-duanya...." bisiknya pelan.

Kemarin , cinta memperkenalkan perempuan ini ke dalam hatiku , dalam sekejap. Ya, begitu saja. Hingga sekarang aku menyadari betapa aku mencintainya, menyadari bahwa aku telah menumbuhkan benih kasih yang cinta berikan. Dan aku tak bisa membayangkan jika dia harus tercerabut dari hatiku.

"Aku menyayangi kamu setulusnya, dan aku juga menyayangi diriku sendiri karena diriku telah berani mencintaimu." Kuyakinkan padanya bahwa dia telah menggenggam separuh hatiku.

"Aku mau jadi dirimu yang tulus memnerikan cinta, aku mau jadi diriku yang bahagia dicintaimu."

Malam terus beranjak, kaki-kaki kami melangkah menjauh meninggalkan dermaga, untuk satu hal. Akan kami bagi lebih banyak cerita.

Aku menoleh sejenak memandang bintang dan tersenyum. Kini aku telah memiliki bintangku sendiri, seorang yang saat ini kugenggam tangannya, kubimbing menuju satu janji.

2 comments:

  1. ini memori saat mau nikah dulu ya? apa kabar Bung Reza lama saya gak nongol habis gak ada komputer n modem.Saya posting juga jarang

    ReplyDelete
  2. Hehehe...bisa aja bang Dadan. Lagi pengen romantis aja bang. Iya nich, sama. jarang OL juga, jarang posting juga. Tapi keep spirit ya bang...

    ReplyDelete