25 August 2009

Intermezo

Ketika memikirkan sesuatu, atau ketika kita berada dalam sebuah atmosfer tertentu. Kita biasanya ter-influence ( terpengaruh ) pada keadaan itu.

Yang kita lakukan, yang kita torehkan, yang kita lukiskan, atau yang kita tuliskan biasanya berada pada nuansa dan warna dari aura atmosfir yang mempengaruhi kita.

Dan, gue heran. Tapi gue tau banget kalo atmosfir ketika gue lagi jatuh cinta bisa membawa gue pada berbagai macam rasa dan nuansa. Bisa indah, bisa sakit, bisa putus asa, bisa harapan.

Pokoknya semua rasa yang tercipta di dunia ini gue rasa bisa gue dapetin sekaligus gara-gara cinta. Anda bisa buktiin sendiri dech.

Nah, yang bakal gue tulis ini juga karena cinta, :

AJINING KATRESNAN

Duh katresnan
Tego temen anggonmu nguji
Atiku kang gur siji
Wegah nggonmu mapan

Mapan marang sakwijining kangen
Kang banget gawe loro
Kang kerep gawe edan
Ugo kang iso gawe ciloko

Cilakaning batin
Kang ngemu tresno
Abot anggonku ngayahi
Ning seneng nggonku ngroso

Oh, yo kuwating awak
Sak kuwat - kuwating pundhak
Opo yo saguh
Ngenteni nggonku nggayuh

Oalah kang,
Reneo
Sruputen wedang alang - alang
Puluken sego megono

Mbok yo tulung
Rungokke sambatku
Jaremu, celeng...!!
Nangopo aku kudu ngrungokke sambatmu ?

Lik, takokke
Piro adohe Kertijayan ?
Cobo kandakke
Sepiro ramene Grogolan ?

Tak lakoni Nju...
Najan udan gedhe
Najan Mbanyurip banjir sakndhuwure pupu
Najan ora ono sing gelem ditunuti kae

Tak lakoni mubeng lapangan Mataram
mergo prapatan Ponolawen ditutup
Aku ora eram
Dalan kae pancen kerep bodhol

Lungoho Kang, Lik, Nju
Tak lampahi nganggo sikilku
Nganggo dhengkulku dhewe
Ora ketang mrangkang nggonku tekan kene

Duh, asmoro
Sliramu marakke lali
Nek sejatine awakku tanpo bondho
Yo mung atiku siji iki

Yul... tomponen
Lan woconen
Layang katresnan iki

****
Gak ngerti lah. Apakah tulisan gue tadi jelek ato nggak.
Tapi yang jelas, gue bisa ngungkapin di situ tentang rasa sakit, rasa kecewa, rasa marah, semangat yang membara, tentang mimpi dan tentu saja rasa cinta.

Emang begitu itu cinta kan?

Dan dalam tulisan ( puisi kali ) itu emang begitu dialek Jawa masyarakat Pekalongan. Gue gak tau bener atau nggak. Lha wong gue gak dari kecil di Pekalongan. Tapi seenggaknya itu yang gue tangkep.

Nah, soal makna. Kalo soal itu gue rasa gak asik kalo gue terjemahin kata per kata. Yang jelas, tokoh dalam puisi itu merasa lagi diuji bener dalam merasakan kerinduan karena cinta. Biasanya jika seseorang lagi fallen, dia cenderung cerita sama orang tentang yang dicintainya.

Dia hampir melakukannya. Tapi keteguhan mencegahnya. Biarlah mereka pergi, kata dia. Dia bakal jalanin dengan kakinya sendiri menemui cintanya. Apapun halangan dan rintangan yang harus dia lewati.

Dia rela diguyur hujan lebat. Direndam banjir di Banyurip yang sampai sekarang selalu banjir meskipun hujan cuma sebentar. Dia rela lewatin jalan memutar karena saat ini Perempatan Ponolawen ditutup untuk dua arah karena perbaikan yang kerap dilakukan.

Ini adalah sebuah idiom. Dimana hujan yang membasahi hatinya seperti curahan cinta yang menyiram hatinya. Sejuk, tapi kadang menyakitkan. Banjir yang mejerat langkahnya bagaikan beban yang mengikat kakinya. Berat, tapi kadang terdorong arus. Dan jalan yang tertutup membuatnya harus memutar arah. Seperti liku jalan yang harus dia lalui untuk cintanya.

Oiya, gue hampir lupa. Daerah-daerah tadi ada di kota Pekalongan. Dimana dialek bahasanya gue pake di tulisan tadi. Termasuk makanan dan minuman khas yang ditawarkan oleh tokoh tadi.

Endingnya, dia berhasil menemui cintanya. Dia berhasil ungkapin perasaannya. Meskipun jawaban cinta itu masihlah menjadi misteri. Itulah " Nilai Cinta " ( terjemahan dari judul puisi tadi = Ajining Katresnan ).

Gue mo jelasin satu lagi. Penulisan karakter dalam puisi tadi gue tulisin sesuai bunyi lisan.

Maksudnya begini. Aturan dalam penulisan bahasa jaw pada umumnya, walaupun merujuk pada bunyi lisan " o " pada kata-kata tertentu, dia tetap ditulisin " a ".

Ok, gue kasih contoh : kata lisan " ono " yang berarti ada, dalam penulisan haruslah " ana ".

Trus kenapa gue nulis pake bunyi lisan ?
Jawaban gue adalah : biar anda yang membacanya bisa mengucapkannya dalam bunyi lisan sesuai yang gue maksud. Gettooo...

Thanks yach...Keep Posting...!!!

No comments:

Post a Comment